Dibalik kemegahan situs pemakaman Plangon peninggalan abad ke 15, tersimpan kisah haru yang mendalam, sebab di situs itulah Jasad seorang jaksa jujur lagi baik budinya yang ditakdirkan wafat terbunuh dalam melaksanakan tugas yang bernama Pangeran Kejaksan. Pangeran Kejaksan merupakan anak ke sembilan dari Pangeran Cakrabuana. Selama hidupnya Pangeran Kejaksan dikisahkan sebagai seorang yang bertanggung jawab dalam bidang hukum di Kesultanan Cirebon. Di tangan beliaulah hukum diputuskan. Beliau juga dikenal sebagai seorang yang cekatan dalam menindak lanjuti laporan soal pelanggaran hukum, khusunya laporan menganai adanya perbuatan kriminal dan hal-hal lain yang berkaitan dengan hukum dan ketertiban kerajaan.
Pada abad XIV Pangeran Kejaksan dan kakaknya, Pangeran Panjunan, datang ke Giri Toba beserta pasukannya yang berjumalah sekitar enam puluh orang . Sebelum memasuki Giri Toba, Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan terlebih dahulu memantau daerah disekitarnya dan memerintahkan pasukannya untuk membuat tempat peristirahatan, tempat peristirahatan ini kemudian dikenal dengan nama Plangon. Setelah membuat tempat peristirahatan, Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan mendirikan pandai besi untuk membuat alat-alat pertanian seperti perkakas golok, gergaji, parang, cangkul, bajlong, bodem, linggis, serta perkakas lainnya . Pandai Besi ini kemudian diberi nama Pande Domas yang berlokasi disebelah barat jembatan gantung yang melintas menuju daerah Wanantara . Di Pande Domas ini pula Pangeran Panjunan menanam tujuh buah pohon beringin sebagai kenang-kenangan atas keberadaan mereka ketika bermukim, ketujuh beringin itu oleh masyarakat babakan dikenal dengan nama Beringin Pitu. Karena daerah ini sering terkena longsor dan erosi, Pande Domas kemudian dipindahkan ketempat lain yang tidak jauh dari lokasi sebelumnya .
Setelah mendirikan Plangon dan Pande Domas, Pangeran Panjunan memerintahkan pasukannya untuk segera memulai pekerjaan membangun pemukiman . Pasukan Pangeran Panjunan membangun pemukiman dengan cara meratakan gundukan-gundukan tanah dan menebangi pohon sehingga menjadi sebuah lapangan luas. Karena tempat yang dijadikan pemukiman itu dibuka dengan cara menebang pohon dan meretakan bukit (bahasa cirebon: ''Babak'') maka tempat itu dinamakan Babakan.
Pangeran Kejaksan sangat dicintai masyarakat Babakan dan sekitarnya. Beliau merupakan sosok yang adil, bijaksana sekaligus penjaga ketentraman dan kenyamanan warganya. Hampir setiap hari Pangeran Kejaksaan membaktikan hidupnya demi tegaknya hukum di berbagai wilayah Kesultanan Cirebon. Tapi tragis, akibat dari jabatannya yang berkaitan dengan dunia kriminal itu, rupanya beliau kemudian wafat ditangan seorang penjahat. Kisah terbunuhnya Pangeran kejaksan ditangan penjahat itu dikisahkan dalam naskah mertasinga pupuh LIV,15-LIV,20. Adapun kisah selengkapnya adalah sebagai berikut:
Diceritakan, Pangeran Kejaksan tengah memeriksa laporan tentang adanya seorang penjahat yang mengamuk di Beringin Pitu. Penjahat itu dikisahkan mengamuk dengan membabi buta menggunakan senjata tajam. Dalam upaya melumpuhkan penjahat tersebut, rupanya pangeran Kejaksan ikut terlibat didalamnya, tapi malang, dalam pergerumulan meringkus penjahat itu, rupanya senjata yang digunakan penjahat mengenai sang Pangeran. Beliaupun kemudian wafat dalam peristiwa itu.
Mendengar kabar terbunuhnya Pangeran Kejaksan dalam peristiwa penangkapan Penjahat. Sunan Gunung Jati dan Sunan Kalijaga segera datang ke waringin pitu untuk menyempurnakan jenazahnya. Dan sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa sang Pangeran yang Syahid dalam menjalankan tugas. Sunan Gunung Jati kemudian memakamkannya di Plangon. Dan kini nama Pangeran Kejaksan menjadi nama jalan penghubung desa yaitu Jalan Pangeran Kejaksan.
Sumber : - wikipedia.org/wiki/Babakan,Sumber,Cirebon - www.historyofcirebon,id
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...