Legenda Gunung Kemukus atau legenda Pangeran Samodra berasal dari Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Kira-kira 26 kilometer dari kota Surakarta ke selatan. di Gunung Kemukus tersebut terdapat makam kramat Pangeran Samodra yang sekarang menjadi tempat objek wisata di Kabupaten Sragen. Setiap malam Jumat pon, makam kramat tersebut didatangi oleh banyak orang dari mana-mana untuk, biasanya mereka ingin mencari pesugihan.
Sebenarnya yang dimaksud Gunung Kemukus itu berbeda dengan gunung-gunung yang lain seperti Gunung Merapi, Merbabu dan gunung api yang lain. Gunung Kemukus itu tingginya hanya 300meter dari permukaan laut. Jadi sebenarnya Gunung Kemukus itu hanya gunung anakan. Nama Kemukus itu sebenarnya berasal dari nama pohon kemukus, bentuknya seperti pohon beringin tetapi tidak mempunyai akar gantung. daunnya bisa digunakan untuk obat. namun, sumber lain mengatakan bahwa nama kemukus itu berasal dari kata kukus karena dari gunung tersebut sering keluar asap yang berasal dari pembakaran menyan yang menjadi syarat untuk orang yang mencari berkah di makam kramat Pangeran Samodra.
Menurut cerita dari masyarakat, Pangeran Samodra adalah putra dari Pangeran Kadilangu atau Sunan Kalijaga yang gagah, bagus rupawan, dan baik tutur katanya. akan tetapi, jika ditelusuri lewat sejarah putra Sunan Kalijaga itu bernama Sunan Muria. Maka dari itu, legenda ini masih membingungkan.
Saat itu, Kerajaan Majapahit terpecah akibat dari adanya pemberontakan Girindrawardana.Para bangsawan dan punggawa-punggawa pergi menyelamatkan dirinya sendiri-sendiri. Ada yang pergi ke Gunung tengger, adapula yang menyeberang ke Pulau Bali. Pangeran Samodra bingung antara ikut melarikan diri atau tetap tinggal.
"Jangan mengikuti para bangsawan dan para punggawa yang memilih untuk pergi dari sini, Pangeran Samodra. Ikutlah denganku saja! Aku akan pergi ke Demak kemudian mendirikan pemerintahan di sana." Kata Raden Patah.
"Baiklah, saya akan menurut" jawab Pangeran Samodra.
Akhirnya, Pangeran Samodra dan ibu tirinya, Dewi Ontrowulan ikut dengan Raden Patah ke Demak.
Sesampainya di Demak, Raden Patah dan rombongannya mempersiapkan pemerintah guna untuk melawan Girindrawardana yang sekarang menguasai Kerajaan Majapahit. Raden Patah kemudian memanggil Pangeran Samodra untuk menghadapnya.
"Ada perlu apa Raden?"
"Pangeran Samodra, sekarang aku sedang mempersiapkan pemerintahan yang kuat untuk melawan Girindrawardana, maka dari itu untuk berjaga-jaga dan supaya pemerintahan menjadi kuat, aku berkeinginan untuk mengumpulkan para bangsawan dan punggawa yang pergi entah kemana. Aku mengutusmu untuk mencari dan mengumpulkan para bangsawan dan punggawa-punggawa itu. Supaya pemerintahan Demak lebih kuat melawan Girindrawardana."
"Saya akan melaksanakan perintah"
Tanpa banyak berpikir Pangeran Samodra langsung menyetujui. Setelah pergi mencari, Pangeran Samodra merasa sedikit kesulitan untuk mencari para punggawa dan bangsawan karena dia tidak mengetahui dimana keberadaan orang-orang itu dan ada beberapa yang sengaja bersembunyi karena mereka tahu jika sedang dicari oleh Pangeran Samodra.
Setelah lama Pangeran Samodra mencari, akhirnya di lereng Gunung Lawu, Pangeran Samodra bertemu dengan Raden Gugur. Kemudian ia bertemu dengan Raden Bethara Katong yang biasanya dikenal orang dengan nama Adipati Ponorogo, Adipati Madiun, dan masih banyak lagi yang akhirnya mau mendukung kembali Raden Patah.
Di Demak, Dewi Ontrowulan merasakan rindu dengan anak tirinya, Pangeran Samodra.
"Pangeran Samodra, kapan kamu akan kembali ke Demak? Sudah lama kamu pergi melaksanakan tugas, akan tetapi karena apa dirimu sampai sekarang tidak kembali jua?" Kata Dewi Ontrowulan saat dirinya melamun di kamar.
Pangeran Samodra mulai sakit-sakitan karena kelelahan.
"Pangeran Samodra, karena dirimu sedang sakit, bukankah lebih baik jika Anda pulang saja ke Demak?" ujar prajurit kepada Pangeran Samodra.
Setelah rombongan sampai di Barong, Pangeran Samodra sakit lagi.
"Sudah begini saja, karena ragaku sedang sakit, sepertinya ragaku sudah tidak kuat, lebi baik aku di sini saja. kalian semua pulanglah ke Demak, laporlah kepada Raden Patah. Sekalian sampaikan maafku kepada Ibu, Dewi Ontrowulan." Ujar Pangeran Samodra kepada kedua prajuritnya.
Ketika kedua prajurit berangkat menuju Demak, sakit Pangeran Samodra semakin parah. Pangeran Samodra sudah merasa kalo ajalnya sudah dekat. Pangeran Samodra memberi perintah kepada salah satu prajurit yang masih menemaninya.
"Aku sudah benar-benar tidak kuat lagi. Sepertinya sebentar lagi aku akan dipanggil Tuhan. Jika nanti perkataanku benar, tolong semayamkan aku di gunung Kemukus yang tempatnya ada di barat kampung Barong ini." Titah Pangeran Samodra.
"Jangan berkata seperti itu, Pamgeran."
Ketika kedua prajurit tadi sampai di Kerajaan Demak, Dewi Ontrowulan sedih mendengar kabar jika anaknya sakit. Kemudian Dewi Ontrowulan meminta izin kepada Raden Patah untuk menyusul Pangeran Samodra ke Kampung Barong.
"Raden Patah. saya pamit, saya akan menyusul Pangeran Samodra ke Kampung Barong. Saya rindu dengannya Raden."
"Ya Dewi Ontrowulan, cepat pergilah."
Dewi Ontrowulan cepat-cepat pergi menyusul Pangeran Samodra ke Kampung Barong. hati Dewi Ontrowulan hancur berkeping-keping ketika sampai tempat yang dituju. Pangeran Samodra sudah meninggal dan sedang akan dikuburkan di Gunung anakan Kemukus. Dewi Ontrowulan menyusul rombongan orang yang membawa jenazah Pangeran Samodra sambil menangis sesenggukan. Dewi Ontrowulan merasa dirinya perlu mandi sebelum mendekati jenazah Pangeran Samodra. Akhirnya Dewi Ontrowulan mandi di danau bekas untuk memandikan jenazah Pangeran Samodra. Setelah sudah bersih, Dewi Ontrowulan menyusul rombongan tepat ketika jenazah Pangeran Samodra akan dimasukkan ke liang kubur.
Menurut orang-orang yang berada di sana, Dewi Ontrowulan yang sedang menyaksikan jenazah Pangeran Ontrowulan dimasukkan ke liang lahat tiba-tiba tidak sadar, meninggal, dan ikut terjatuh masuk ke liang kubur menjadi satu dengan Pangeran Samodra. Akhirnya, Pangeran Samodra dan Dewi Ontrowulan dikubur bersama di satu liang kubur.
Sumber: http://gelapitusaya.blogspot.com/2012/10/cerita-rakyat-pangeran-samodra.html
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja