Pakaian Tradisional
Pakaian Tradisional
Pakaian Sulawesi Utara Sulawesi Utara
Pakaian Adat Sulawesi Utara
- 24 Mei 2018

A. 7 Macam Pakaian Adat Bolaang Mongondow

Berdasarkan catatan sejarah wilayah ini terbentuk gabungan empat kerajaan yang berkembang pada masa penjajahan Belanda. Struktur kehidupan masyarakat yang bernuansa kerajaan pada waktu itu kemudian melahirkan stratifikasi sosial yang tegas. Hal ini dapat dilihat kelengkapan aksesori yang menempel pada tubuh, serta kualitas bahan yang digunakan untuk membuat pakaian adat setiap anggota masyarakat sesuai dengan kedudukannya dalam kehidupan sosial.

Dilihat dari model atau wujudnya, busana adat tradisional daerah Bolaang Mongondow, banyak mendapat pengaruh dari budaya Melayu. Busana kaum wanita umumnya terdiri atas kain dan kebaya atau salu, sementara busana adat yang dikenakan oleh kaum pria terdiri atas ikat kepala atau mangilenso, baniang atau baju, celana dan sarung tenun. Dalam hal ini, busana adat tradisional kaum bangsawan tampil dengan ciri khas tersendiri. Detil, aksesoris, bahan serta pemilihan warnanya jauh mencolok seperti merah, ungu, kuning, keemaasan, dan hijau dipadu dengan aksesori yang terbuat dari emas.

Pakaian Bangsawan

Umumnya pakaian adat yang dikenakan oleh kaum bangsawan lebih beragam jika dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, hal ini memiliki keterkaitan yang erat dengan kegiatan kerajaan maupun yang berkaitan dengan upacara di seputar lingkaran hidup mereka. Seperti upacara penobatan raja, penerimaan tamu-tamu kerajaan, atau busana yang khusus dikenakan untuk bekerja, busana bayi, busana pengantin, serta jenis busana yang dikenakan pada saat upacara kehamilan dan kematian.

Busana Kohongian

Busana kohongian merupakan pakaian adat yang dikenakan pada upacara pernikahan oleh anggota masyarakat dengan status sosial satu tingkat di bawah kaum bangsawan.

Busana Simpal

Busana simpal merupakan busana yang khusus diperuntukkan bagi warga masyarakat yang termasuk ke dalam golongan pendamping pemerintah dalam kerajaan. Sama halnya dengan busana kohongian, busana simpal pun dikenakan pada upacara pernikahan.

Busana Kerja Guha-ngea

Busana kerja guha-ngea umumnya dikenakan oleh para pemangku adat pada saat berlangsung upacara-upacara kerajaan.

Pakaian Rakyat Biasa

Pakaian rakyat biasa ini dikenakan oleh masyarakat yang menempati strata paling bawah dalam kehidupan sosial, selain itu ada juga busana rakyat biasa yang sering digunakan pada saat melakukan panen padi.

Busana Pengantin Pria

Kelengkapan busana pengantin pria dalam adat Bolaang Mongondow terdiri dari kemeja model baju kurung dan celana bentuk piyama dengan warna warni mencolok serta ikat pinggang, pending dan keris pada bagian pinggang.

Busana Pengantin Wanita

Sementara busana yang dikenakan oleh pengantin wanita yaitu berupa “salu” semacam kebaya dan sarung berkotak-kotak, kain sarung yang dilipat pada bagian depan, serta sanggul atau konde dengan hiasan bulu burung, bunga, sunting dari emas atau perak yang berbentuk rantai kembang.

Seiring perkembangan zaman, pemahaman warga masyarakat Bolaang Mongondow terhadap fungsi busana adat tradisional mereka tidak setegas dahulu, namun untuk pemilihan serta penentuan unsur berikut kelengkapan busana adat tradisional daerah tersebut, tidak bisa terlepas dari simbolisasi sebuah makna yang berkaitan dengan sistem kepercayaan, sistem religi, bahkan berhubungan erat dengan sejumlah fenomena sosial yang terjadi pada masa itu.

B. 5 Perlengkapan Pakaian Adat Sangihe Talaud

 

Pakaian adat Sangihe Talaud merupakan pakaian tradisional yang biasa dikenakan oleh masyarakat etnis Sangihe dan Talaud untuk keperluan upacara adat “Tulude” yang diselenggarakan setiap tahun. Upacara ini merupakan perayaan yang diwariskan oleh para leluhur masyarakat Nusa Utara di kepulauan Sangihe, Talaud serta Sitaro di propinsi Sulawesi Utara. Bentuk pakaian adat yang dikenakan oleh kaum laki-laki dan perempuan dalam ritual adat Tulude hampir tidak dapat dibedakan, yakni terdiri atas baju panjang, ikat pinggang dan ikat kepala, dengan warna-warna dominan merah, hitam dan biru.

Jenis pakaian adat yang digunakan dalam ritual adat setempat umumnya dibuat dari bahan serat kofo atau fami manila yaitu sejenis pohon pisang yang banyak tumbuh di kawasan berikim tropis seperti daerah Sangihe dan Talaud. Serat kofo tersebut kemudian ditenun menjadi lembaran kain menggunakan alat tenun yang disebut “kahuwang”. Kain tenun inilah yang digunakan untuk membuat pakaian adat Sangihe Talaud yang disebut “laku tepu”. Laku artinya pakaian, sedang tepu artinya agak sempit, maksudnya pakaian yang bagian lehernya agak sempit atau tidak terbuka.

Pakaian adat yang dikenakan oleh kaum pria dalam upacara Tulude yaitu berupa baju lengan panjang yang digunakan sebagai lambang keagungan masyarakat Sangihe Talaud, dengan bagian leher berbentuk setengah lingkaran, dan panjangnya sampai sebatas tumit. Sebagai pelengkap ditambahkan pula penggunaan popehe dan paporong.

Popehe

Popehe merupakan sejenis kain dari bahan kofo yang diikatkan pada pinggang sebelah kiri dengan ujungnya terurai kebawah. Fungsinya adalah untuk memperindah laku tepu sekaligus menandung makna sebagai pembangkit semangat dalam melaksanakan tugas ataupun mengatasi berbagai rintangan.

Paparong

Paparong merupakan sehelai kain yang diikatkan pada bagian kepala menutupi dahi. Paparon umumnya terbuat dari bahan kain kofo yang dibentuk segitiga sama sisi, dengan alasnya yang dilipat sebanyak tiga kali dengan lebar 3 sampai 5 sentimeter. Paporong yang dikenakan oleh pria dari golongan masyarakat biasa umumnya disebut dengan nama lingkaheng, sementara untuk keturunan bangsawan disebut paporong kawawantuge.

Seperti halnya pakaian pria, jenis pakaian yang dikenakan oleh kaum wanita dalam upacara Tulude juga disebut dengan nama Laku Tepu, hanya saja bentuknya berupa baju terusan yang memanjang dari leher sampai di betis. Pada bagian leher terdapat lipatan berbentuk segitiga atau huruf V. Sebagai pelengkap ditambahkan pula pengunaan kahiwu atau kain sarung, bandang, serta botu pusige.

Kahiwu

Kahiwu merupakan pelapis bagian dalam yang diikat dipinggang sebelah kiri, dengan variasi berupa lipatan atau wiron yang disebut “leiwade”. Lipatan untuk rakyat biasa berjumlah 5 lipatan sementara untuk bangsawan sebanyak 7 atau 9 lipatan.

Bandang

Bandang ialah selembar kain berukuran 1,5 meter dengan lebar 5 sentimeter yang diletakkan di bahu kanan dan ujungnya diikat pada pinggang sebelah kiri. Bandang umumnya hanya digunakan oleh wanita biasa, sedangkan untuk wanita dari keturunan bangsawan menggunakan “kaduku atau animating” yang berguna untuk memperindah Laku Tepu dan melambangkan derajat sosial pemakainya.

Boto Pusige

Boto Pusige dapat diartikan sebaai sanggul yang terletak di ubun-ubun kepala wanita. Sanggul ini biasanya dibuat dari rambut asli pemakainya. Untuk memperkuat sanggul  digunakan Sasusu Boto (tusuk Konde) yang ditusukkan dari sebelah kiri sampai kanan. Semakin tinggi Boto Pusige semakin indah.

C. 2 Macam Pakaian Adat Minahasa

Seperti daerah lain di pulau jawa, jenis busana yang dikenakan oleh kaum wanita Minahasa dan suku lain di propinsi Sumatera Utara pada masa lalu, yaitu berupa baju sejenis kebaya yang disebut dengan nama (pakaian kulit kayu). Ada pula yang mengenakan blus atau gaun pasalongan rinegetan yang terbuat dari tenunan bentenan. Sedangkan jenis pakaian yang diperuntukkan bagi kaum pria yaitu berupa baju karai. Baju karai merupakan jenis baju tanpa lengan berbentuk lurus berwarna hitam yang terbuat dari ijuk yang dipadukan dengan celana pendek atau celana panjang menyerupai bentuk celana piyama. Namun pada perkembangan selanjutnya, model dan desain pakaian adat minahasa sedikit mendapat pengaruh dari bangsa Eropa dan Cina.

Bukti dari masuknya pengaruh budaya Eropa tersebut dapat dilihat dari bentuk baju kebaya lengan panjang dengan rok bervariasi yang dikenakan oleh wanita Minahasa serta baju lengan panjang yang modelnya berubah menyerupai jas tutup dari kain blacu warna putih (baniang) yang dipadukan dengan celana panjang untuk pria. Sementara  pengaruh budaya Cina dapat dijumpai pada kebaya wanita Minahasa berwarna putih dengan kain batik bermotif burung dan bunga-bungaan. Pada busana pria pengaruh Cina tidak begitu tampak.

Pakaian Adat Pria Minahasa

Pakaian adat yang dikenakan oleh kaum pria Minahasa yaitu berupa baniang atau kemeja yang lengan panjang berkerah atau tanpa kerah yang dihiasi saku pada bagian pada bagian bawah sebelah kiri dan kanan serta bagian atas sebelah kiri kemeja. Selain itu ditambahkan pula hiasan berupa sulaman motif padi, kelapa dan ular naga pada bagian bawah lengan dan bagian depan kemeja. Pemakaian baniang ini umumnya dipadukan dengan celana hitam polos tanpa hiasan yang panjangnya sampai sebatas tumit, dengan model yang melebar pada bagian bawah makin kebawah makin lebar. Ditambahkan pula penggunaan ikat pinggang dari kulit ular patola yang berbentuk mahkota pada bagian depannya.

Pakaian Adat Wanita Minahasa

Pakaian adat yang dikenakan oleh kaum wanita Minahasa pada mulanya disebut ‘ Karai Momo” ada juga yang disebut “wuyang”. Pakaian ini terdiri dari kebaya model lengan panjang berwarna putih, dengan bagian bawah berbentuk lipatan seperti ikan duyung dan agak melebar pada bagian bawah yang dihiasi dengan sulaman sujiber berbentuk bunga padi dan bunga kelapa dan pada dada sebelah kiri serta kembang kaca piring dan bunga melati yang berbau harum.

Untuk mempercantik penampilan wanita Minahasa, ditambahkan pula penggunaan sanggul atau bentuk konde, mahkota (kronci), kalung leher (kelana), kalung mutiara (simban), anting dan gelang. Dalam adat Minahasa Konde yang menggunakan 9 bunga Manduru putih disebut konde lumalundung, sedangkan Konde yang memakai 5 tangkai kembang goyang disebut konde pinkan. 
 
 
 
Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2014/07/pakaian-adat-sulawesi-utara/

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline