|
|
|
|
Pak Paloy Dengan Kambe Jadin Tanggal 27 Dec 2018 oleh Admin Budaya . |
Pada suatu hari Pak Paloy, berangkat ke hutan hendak mencari kulat, rebung dan daun paku-pakuan untuk gulai mereka anak-beranak. Maka ia pun membawa bakul yang dipikulnya diatas bahunya lalu berangkat. Sampai di hutan Pak Paloy, menemukan sebuah kumpulan kulat, banyak sekali kulat (cendawan) itu sehingga memutih kelihatannya tanah itu. Maka Pak Paloy mulai memetik cendawan itu lalu dimasukkannya ke dalam bakulnya.
Ketika ia memetik cendawan itu dengan tak terasa sampailah ia ke suatu tempat di mana banyak sekali bunga-bungaan. Ada yang putih, kuning, merah dan masih banyak lagi warna-warninya, cukup macam bunga-bungaan yang ada di situ. Pak Polay pun melepaskan bakulnya dari atas bahunya lalu menuju bunga-bungaan itu. Diciumnya bunga-bungaan itu disana-sini.
"Bunga itu bagus, tetapi kurang harum " kata Pak Polay, baiklah aku pergi ke sana barangkali yang itu bagus dan harum baunya serta bagus rupanya, boleh aku memetiknya untuk Bu Paloy." "Bunga ini harum baunya tetapi tidak baik rupanya," kata Pak Polay, "lebih baik aku pergi ke yang sana barangkali bagus rupanya dan harum pula baunya." Begitu terus-menerus Pak Polay ke sana kemari mencium segala bunga-bungaan itu. Tetapi tak satu pun yang dipetiknya. Ia amat terpukau oleh bunga-bunga itu.
Ketika Pak Polay, mencium-cium setangkai bunga, tiba-tiba tercium olehnya bau yang lain. Busuk sekali baunya sampai bersin Pak Paloy olehnya. tetapi Pak Polay tidak mempedulikan bau yang busuk itu, ia tetap saja mencium disini dan disana. Tiba-tiba kepalanya terantuk dengan sesuatu yang keras seperti tempurung rasanya. Pak Polay pun mendongak dan terlihatlah olehnya ada suatu seperti anak manusia rupanya.
"Amboy, betapa tidak beradatnya kamu. Tidak kau lihat saya, ah? Manis matamu? kata Pak Paloy memarahi anak yang di hadapannya itu. "Duhai, betapa beraninya engkau marah denganku?" jawab anak tadi. "Tidak kau tahu aku ini anak Kambe Jadin?"
"Cis, berani engkau denganku?" kata Pak Polay lalu menangkap anak itu. Nak hantu itu meronta-ronta, tapi Pak Paloy tidak mau melepaskannya. "Lepaskan saya." kata anak hantu itu. "Boleh saja aku melepaskan engkau, tapi beritahukan padaku apa sebabnya engkau melarang aku ke mari?" kata Pak Polay. "Bunga ini, kami yang punya," Kata anak hantu itu lagi. "Ini adalah kebun bunga kepunyaan kami." "Bohong," kata Pak Polay, tidak ada orang yang membuat kebun bunga, ditengah hutan."
"Benar, ini adalah kebun bunga kami," jawab anak hantu itu. "Bohong, ini bagianmu, anak pendusta, "kata Pak Polay, lalu menampar anak hantu itu beberapa kali, sampai anak hantu itu hampir pinsan. "Nanti kamu rasa, kuberitahukan ayahku.Tubuhmu akan dikoyak-koyaknya." "Beritahukan saja. Aku ini Pak Polay, biarpun ayahmu Kambe Jadian sebesar kampung, aku tetap tidak takut kepadanya," kata Pak Paloy sambil mendorong anak hantu itu.
"Pak Paloy tiba-tiba merasa takut, kemudian lari tunggang-langgang meninggalkan tempat itu. Ia tidak ingat lagi kepada bakulnya yang berisi kulat tadi. Nafasnya tersendat-sendat karena lari sekuat tenaga menuju pondoknya. Mukanya tergores-gores karena lari menembus rumput, semak, dan duri rotan, tanpa diperdulikan. Saat itu ibu Paloy bau kembali dari ladang, dan tiba-tiba melihat orang lari tunggang-langgang menuju ke pondok mereka.
"Siapakah itu? Apa sebabnya lari cepat-cepat seperti ada bahaya yang mengancam? Apakah dia Pak Paloy? Tetapi mana bakulnya? "Kata ibu Paloy di dalam hatinya, lalu ia pun pulanglah ke pondok. Terlihatlah olehnya Pak Paloy terbaring, terlentang di lantai karena kecapean. "Tolong bu, tolong, matilah saya," kata Pak Paloy sambil perkataannya terputus-putus, karena nafasnya masih terengah-engah.
"Kenapa kamu? Apa yang terjadi kepadamu Pak Paloy ? tanya ibu Paloy. Matilah aku ini ibu Paloy. Kambe Jadin akan mengamuk disini nanti." Apa sebabnya ia mengamuk ke tempat kita? Apa salah kita kepadanya?
A.....a,..a..a, anaknya ku tampar tadi hampir pingsan. Kata anak itu ia akan mengadukannya kepada ayahnya. Tolong bu, nanti saya mati dikoyak-koyaknya.
A.....a...a,.a kamu keterlaluan Pak Paloy. Mengapa sebodoh tu, sudah kau tahu hantu itu besar dan menakutkan, mengapa berani memukul anaknya. kata ibu Paloy.
"Tolonglah bu, mati aku," kata Pak Paloy sambil menangis minta bela. "Ibu Paloy duduk berdiam diri, sambil berpikir bagaimana menolong dan menyelamatkan Pak Paloy. Setelah beberapa lamanya maka timbullah rencananya dan mendapat jalan, caranya menyelamatkan Pak Paloy. Segera ibu Paloy bangkit menuju dapur, ke arah tempat menyimpan padi.
"Apa kerjamu? Jangan tinggalkan aku," kata Pak Paloy. "Diam saja kamu, jangan dulu menyatakan apa yang kulakukan ini," jawab ibu Paloy.
Pada saat itu anaknya Paloy baru saja pergi, pulang ke kampung mengunjungi saudaranya, anak maharaja. Putri bungsu sangat gembira, apalagi Paloy berkunjung ke tempat mereka. Karena Paloy seorang anak yang lucu, pandai dan rajin bekerja.
Tidak lama ibu Paloy berada di dapur, ia pun ke luar lalu masuk ke kamar, membawa tali dan karung yang sudah dibelah dua. "Apa yang kau lakukan?" tanya Pak Paloy, sebab ia tidak mengerti apa maksud ibu Paloy membawa tali dan karung itu. Ibu Paloy lalu mengambil sebuah tangga dan mengikatkan tali pada kayu bubungan pondok mereka. Sesudah itu ia mengangkat karung itu dengan tali. Dan tersedialah sebuah ayunan terbuat dari karung.
"Kemarilah kamu," kata ibu Paloy kepada Pak Paloy. Sementara itu nafas Pak Paloy tidak lagi terengah-engah dan sudah kembali seperti biasa. "Masuklah kamu dalam ayunan ini dan berbaringlah," kata ibu Paloy kepada Pak Paloy. "Tetapi..." kata Pak Paloy, yang ingin melawan perintah ibu Paloy. "Tidak ada tetapi ayu masuklah ke dalam ayunan ini. Kemudian ibu Paloy mengayunnya sambil berdendang.
Tidak beberapa lama kemudian, tiba-tiba terdengarlah bunyi kayu berderak-derak dan berdentuman rumbang ke sana ke mari. "Nah itulah dia" kata Pak Paloy matilah aku dirobek-robeknya". "Diamlah kamu jangan berbicara sedikit pun kata bu Paloy. Pak Paloy diam seribu bahasa sambil memeluk tubuhnya dan gemetar, karena rasa takut yang berlebihan.
"Uaaa auuuh....... uaaaa auuh..... tidur....tidur," suara ibu Paloy sambil membuat ayunan itu. Pak Paloy tidak berani membuka niatnya. "Uaaa auuuh....waaaa....auuuh .....tidur.....tidur, kucing hitam panjang ekornya..... tidur....tidurlah" begitulah kata ibu Paloy berulang kali sambil mengayun ayunan itu.
Bunyi kayu berderak-derak dan dentuman kayu yang tumbang, kini telah lewat. Yang terdengar hanyalah derap langkah kaki yang berjalan ditengah ladang. Tidak berapa lama, terdengarlah teriakan dari arah ladang.
Mana dia Pak Paloy itu? keluarlah kalau memang laki-laki. Inilah aku Kambe Jadin, mau mengadakan pembalasan."
"Itulah dia Kambe Jadin, " kata ibu Paloy dalam hatinya.
"Ayah keluar, ini aku Kambe Jadin, mana dia Pak Paloy itu."
"Siapa kamu?" tanya ibu Paloy.
"Siapa aku?" Tidakkah kamu dengar tadi? Aku ini Kambe Jadin."
"Oooh, jadi kamu Kambe Jadin yang ternama itu? jawab ibu Paloy.
"Ya..... nah, kalau sudah tahu, siapa aku ini suruhlah Pak Paloy keluar cepat berhadapan denganku, kalau ia benar-benar laki-laki supaya aku merobek-robek badannya.
"Mengapa kau marah-marah ke mari? kata ibu Paloy.
"Ia telah berani memukul anakku dan menentang aku, oleh karena itu, aku datang kemari untuk mengukur keberanian dan keperkasaannya."
"Aduhai, baru saja Pak Paloy pergi, keluar dari dalam pondok ini."
"Kemana dia?" kata Kambe Jadin. "Katanya ia pergi ke tempat yang jauh mendatangi Jin, yang menentangnya berkelahi." Kambe Jadin kaget mendengar kata ibu Paloy.
"Jadi, rupanya Pak Paloy adalah orang yang sangat berani, sampai-sampai berani melawan Jin." kata Kambe Jadin dalam hati.
"Tetapi, siapa yang di dalam ayunan itu?"tanya Kambe Jadin.
"Yang ini?" kata ibu Paloy." ini anaknya."
Sementera ibu Paloy dan Kambe Jadin bersoal jawab, rupanya Pak Paloy karena sangat takut sampai-sampai berak dan kencing di dalam ayunan itu. Air kencingnya bercucuran dari dalam ayunan.
"Itu, lihatlah" kata ibu Paloy. "bayi ini masih berak dan kencing dalam ayunan."
Kambe Jadin menjenguk ke dalam ayunan, kelihatan olehnya, seseorang terbaring dan memeluk tubuh.
"Mengapa anak itu mempunyai kumis dan jenggot?" kata Kambe Jadin
"Itulah anak Pak Paloy ini memang aneh, lain dari yang lain. Sejak dilahirkan sudah bergigi, berjenggot serta berkumis lagi pula tidak pernah menyusu." jawab ibu Paloy. Apa saja makanannya?" kata Kambe Jadin, kepada ibu Paloy.
"Daging binatang," kata ibu Paloy langsung mengambil sepotong kaki ayam. Kaki ayam itu diberikannya kepada Pak Paloy yang berbaring di dalam ayunan. Rupa-rupanya Pak Paloy baru dapat mengerti, apa tujuan ibu paloy membuat ayunan untuknya.
Kambe Jadin sangat heran melihat hal itu. beberapa saat lamanya ia diam dan berpikir, karena menemukan banyak hal-hal yang mengherankan disitu.
Kalau demikian halnya, Pak Paloy itu sungguh menakutkan. Rupanya memang benar bahwa Pak Paloy itu seorang yang tangkas dan gagah berani," pikir Kambe Jadin dalam hatinya.
Sedang Kambe Jadin termenung ibu Paloy bertanya:
"Ada pesan apa?"
"Oh tidak ada, saya permisi pulang," kata Kambe Jadin lalu berpaling terus pulang ke tengah hutan rimba. Setelah Kambe Jadin sudah jauh, ibu Paloy menyuruh Pak Paloy keluar dari dalam ayunan, dan menyuruhnya segera mandi ke sungai, membersihkan tubuhnya yang berlumuran dengan kotorannya sendiri. Sejak itu Pak Paloy tidak lagi sembarangan memukul anak-anak. Ia telah tobat.
Kalau bukan pertolongan ibu Paloy, dan mendapat akal sedemikian itu, pastilah Pak Paloy kesakitan diajar oleh Kambe Jadin.
sumber:
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |