#OSKMITB2018
Padoha merupakan sosok naga/ular ghaib yang berada dalam mitologi Batak dan juga Bali. Dalam artikel ini, akan dijelaskan tentang Padoha dalam mitologi Batak dan bagaimana legendanya tampak jarang atau bahkan tidak terlihat di masyarakat.
Menurut mitologi Batak, Padoha dikenal sebagai penghuni Banua Toru, yaitu dunia bawah tanah. Banua Toru diciptakan oleh ayah Padoha, Mangala Bulan, yang juga berupa penguasa bulan. Kuasa akan Banua Toru diberikan oleh Mangala Bulan kepada Padoha untuk mengingatkan manusia yang tidak menuruti hukum-hukum oleh Mulajadi na Bolon, dewa dengan status tertinggi di mitologi Batak, bisa disebut pencipta alam semesta. Mulajadi na Bolon jugalah ayah dari Mangala Bulan, sehingga ia merupakan kakek Padoha.
Padoha memiliki saudara, Siraja Odap-Odap. Mulajadi na Bolon memerintahi agar Siraja Odap-Odap untuk menikahi Siboru Deakparujar, penenun di Banua Ginjang, atau disebut kahyangan. Tetapi Siboru Deakparujar menolak. Awalnya Ia menggunakan alasan bahwa tenunannya belum selesai, setelah waktu lama berlalu akhirnya Ia memutuskan untuk kabur dari Banua Ginjang.
Saat kabur dari Banua Ginjang, Siboru Deakparujar meminta tanah untuk dia injak kepada Mulajadi na Bolon. Mulajadi, yang bukan penghukum, memberikannya. Itulah awal terbuatnya Banua Tonga, atau disebut bumi.
Namun, terjadi guncangan besar di bumi tersebut dis aat Siboru Deakparujar tiba. Ia ingin meminta tolong, tetapi guncang tersebut menahan suaranya.
Ternyata yang membuat guncangan tersebut adalah Padoha, yang mengganggunya karena membantah perintah Mulajadi na Bolon untuk menikahi Siraja Odap-Odap. Konon, terpecaya juga bahwa Padoha melakukan hal itu karena Ia merasa lebih berhak melamar Siboru Deakparujar.
Siboru Deakparujar tidak henti meminta tolong dari Mulajadi, Ia pun diberkati pedang untuk menaklukan Padoha. Tak lama kemudian, Banua Tonga pun jadi. Padoha masih sesekali mengguncangkan Banua Tonga, tetapi hanya dengan menunjukkan pedangnya, Siboru Deakparujar berhasil membuatnya takut dan diam di Banua Toru. Setelah kejadian itu, Padoha mulai tidak tampak lagi di mitologi Batak dikarenakan ketakutannya akan Siboru Deakparujar.
Terlupakannya mitologi ini mungkin diakibatkan karena masuknya agama Kristen ke Tanah Batak yang banyak menentangi mitologi ini, seperti bahwa Banua Tonga (bumi) diciptakan oleh Sibrou Deakparujar dan bahwa Mulajadi na Bolon yang merupakan Tuhan memiliki istri yang berupa ayam.
Tetapi masih banyak istilah yang digunakan dari mitologi ini yang artinya persis. Dalam doa Bapa Kami dan Aku Percaya dalam bahasa Batak, kata Banua Ginjang yang berarti khayangan digunakan dengan arti surga. Kata Banua Toru diartikan neraka, dan Banua Tonga tetap diartikan bumi.
Padoha mungkin merupakan sosok iblis di mitologi Batak, namun tidak ada sumber yang menjelaskan apakah Padoha merupakan sosok jahat atau sosok baik di mitologi tersebut dikarenakan banyak versi yang ada dan kurangnya data mengenai mitologi Batak secara umum.
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...