×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Cerita Rakyat

Elemen Budaya

Cerita Rakyat

PUTRI PINANG MASAK - ASAL USUL SUKU KUBU DAN SUKU TALANG MAMAK

Tanggal 21 Jul 2018 oleh Deni Andrian.

 
Salah satu kekayaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah keanekaragaman sukunya. Di antara sekian banyak suku tersebut terdapat suku asli yang tinggal di daerah-daerah tertentu di Indonesia. Di Riau, terdapat sebuah suku yang dikenal dengan Suku Talang Mamak. 
 
Orang Talang Mamak merupakan sekumpulan masyarakat yang terasing dan hidup masih secara tradisional di sehiliran Sungai Indragiri, Provinsi Riau, Indonesia. Dalam kelompok masyarakat ini terdapat sub kelompok yang mereka sebut dengan suku, kemudian dibagi lagi dalam tobo dan unit terkecil mereka sebut dengan hinduk atau perut atau disebut juga puak anak.
Kelompok masyarakat ini tergolong Proto Melayu (Melayu Tua) yang merupakan suku asli Indragiri Hulu dengan sebutan ”Suku Tuha” yang berarti suku pertama datang dan lebih berhak atas sumber daya alam di Indragiri Hulu. Selain itu juga, mereka termasuk Melayu Tua.
 
Asal Usul
Masyarakat Talang Mamak berasal dari Pagaruyung yang terdesak akibat konflik adat dan agama. Berdasarkan hikayat yang berkembang pada masyarakat tersebut, bahwa nenek moyang mereka turun dari Gunung Marapi menuju ke Taluk kuantan, menelusuri Batang Kuantan dipimpin oleh Datuk Patih bergelar Perpatih Nan Sebatang, kemudian membangun pemukiman pada sehiliran sungai tersebut.
 
Bahasa
Masyarakat Talang Mamak dalam percakapan sehari-hari menggunakan bahasa yang disebut dengan Bahasa Talang Mamak, walaupun dalam percakapan dengan pihak di luar komunitas, mereka biasa menggunakan Bahasa Melayu. Dalam kosakata Bahasa Talang Mamak ini terdapat pengaruh Bahasa Minang dan Bahasa Melayu.
 
Pemukiman
Suku Talang Mamak sendiri tersebar di kecamatan :
  1. Batang Gansal, Indragiri Hulu, Riau
  2. Batang Cenaku, Indragiri Hulu, Riau
  3. Kelayang, Indragiri Hulu, Riau
  4. Rengat Barat, Indragiri Hulu, Riau
  5. Rakit Kulim, Indragiri Hulu, Riau
  6. Sumay, Tebo, Jambi : Dusun Semarantihan Desa Suo-suo
Dusun Tuo Datai
Untuk menuju Dusun Tuo Datai Talang Mamak yang terletak di Hulu Sungai Gansal dan Sungai Melenai Desa Rantau Langsat Kecamatan Batang Gansal Kabupaten Indragiri Hulu di Wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh dapat diakses jalan Darat. Yaitu melalui Siberida (Pekanbaru-Siberida 285 km) dengan menggunakan Mobil untuk menuju jalan bekas HPH. Atau juga melalui Simpang Pendowo sekitar 2,5 km dari desa Keritang, desa yang terletak di Kecamatan Kemuning Kabupaten Indragiri Hilir yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Indragiri Hulu, Riau. Rute sejauh 22 km dari Simpang Pendowo hingga memasuki perbatasan wilayah Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) atau juga yang lebih dikenal Jalan Dalex ini, sebaiknya dilakukan dengan sepeda motor ”lelaki” atau mobil bergardan dua.
 
Selanjutnya, jarak tempuh dari jalan Dalex ke Dusun Tuo Datai sekitar 6 hingga 8 km hanya bisa dilewati jalan kaki. Meski tidak begitu jauh, namun jangan berharap akan segera sampai. Karena, medan yang diarungi harus ”mendaki gunung melewati lembah sungai mengalir indah.” Jadi, diperlukan stamina jreng untuk menempuh 1 hingga 3 jam perjalanan.
 
Hasil Kebun
Biasanya pada hari tertentu, Suku Talang Mamak akan turun ke desa terdekat, Keritang atau Siberida. Tujuannya menjual hasil kebun atau hasil hutan yang mereka peroleh untuk dibelikan kebutuhan hidup. ”Tapi, sekarang kami sudah jarang turun. Hasil hutan sudah berkurang. Yang kami andalkan untuk keseharian hidup hanyalah hasil kebun,” jelas Pak Katak atau pak Sidam yang juga menjabat Ketua RT Dusun Tuo Datai.
 
Penduduk
Saat ini, total penduduk Talang Mamak dari Lubuk Tebrau hingga Melenai berjumlah 265 jiwa. Lima puluh persen jiwa diantaranya, sudah dapat menggunakan suaranya pada pemilihan Presiden dan pemilihan Bupati.
 
Agama
Sebagian besar masyarakat Talang Mamak mempercayai kekuatan-kekuatan gaib pada benda-benda yang berada di sekitar (animisme). Beberapa kepala keluarga beralih ke Islam. Mereka mengakui bahwa Islam adalah agama mereka, namun untuk ibadah hanya cukup di lisan saja.
 
Mata Pencaharian
Secara keseluruhan, mata pencarian mereka adalah berladang, menyadap karet, dan mengambil hasil hutan nonkayu. Di samping berburu atau juga menangkap ikan. Namun, kini Dusun Datai tampak sepi dan banyak rumah yang tidak terawat lagi. ”Sekarang banyak yang meninggalkan rumahnya, bisa jadi mereka sedang membuka kebun baru atau juga pergi mencari Jernang.
 
Budaya
Untuk urusan budaya, Masyarakat Talang Mamak di Taman Nasional Bukit Tigapuluh sedikit berbeda dengan Tiga balai-Pusat kebudayaan Talang Mamak. Ini terlihat dari tidak adanya tradisi mengilir dan menyembah raja, serta lunturnya sistem kebatinan. Umumnya, mereka hidup otonom dalam beraktivitas sehingga berbagai persoalan yang ada akan diserahkan kepada kepala desa.
 
Tradisi
Namun begitu, mereka masih kental dengan tradisi adat. Sebut saja Gawai (Pesta Pernikahan), Kemantan (Pengobatan Penyakit), Tambat Kubur (Acara 100 hari kematian), serta Khitanan untuk anak lelaki berumur 12 tahun ke atas yang dianggap mendekati usia dewasa. Begitu juga dengan rumah yang masih berbentuk panggung, sebagai ciri khas mereka, misalnya. Bangunan kayu tanpa ruangan khusus serta sekat pembatas -mulai dari dapur hingga ruang tidur- sehingga, segala barang tergeletak menjadi satu masih kokoh berdiri.
 
Pengobatan
Meskipun mereka hidup secara tradisional, namun untuk masalah pengobatan bisa diandalkan juga. Hasil Ekspedisi Biota Medika (1998) menunjukkan Suku Talang Mamak mampu memanfaatkan 110 jenis tumbuhan untuk mengobati 56 jenis penyakit dan mengenali 22 jenis cendawan obat.
 
Selain di Riau, di Provinsi Jambi juga terdapat sekelompok Suku Talang Mamak yang berada di Dusun Semarantihan, Desa Suo-Suo, Kecamatan Sumai, Kabupaten Tebo, Jambi. Namun, yang disebut-sebut sebagai suku asli Jambi adalah Suku Kubu atau lebih dikenal dengan Suku Anak Dalam atau Komunitas Orang Rimba. Menurut sebagian ahli, suku ini juga merupakan termasuk golongan Melayu Tua atau Proto Melayu. Secara garis besar, mereka bermukim di tiga wilayah yang berbeda, yaitu di sekitaran Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (wilayah utara Provinsi Jambi), Taman Nasional Bukit Dua Belas, dan di sepanjang jalan lintas Sumatera (wilayah selatan Provinsi Jambi). Mereka masih hidup secara sangat tradisional, tinggal berpindah-pindah secara berkelompok, dari satu hutan ke hutan lainnya di wilayah Provinsi Jambi dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu.
 
Selain itu, asal-usul Suku Talang Mamak di Riau dan Suku Kubu di Jambi juga dapat diketahui melalui mitos atau cerita-cerita yang berkembang di dalam masyarakat. Cerita mengenai asal-usul Suku Kubu dan Suku Talang Mamak ini memiliki beberapa versi yang berbeda. Salah satu versi yang sangat terkenal diceritakan dalam cerita rakyat tentang Putri Pinang Masak. Konon, di Indragiri hidup tujuh pasang putra-putri yang dilahirkan secara kembar. Ketujuh putra tersebut menjadi pemuda yang gagah berani, sedangkan ketujuh putri tumbuh menjadi gadis cantik jelita. Dari ketujuh putri tersebut, salah seorang di antaranya yang tercantik, Putri Pisang Masak namanya. Suatu hari, Putri Pisang Masak tiba-tiba hilang. Ketujuh saudara laki-lakinya sibuk mencari ke sana ke mari, namun tidak juga ditemukan. Hilang ke manakah Putri Pisang Masak? Siapa yang telah menculiknya? Berhasilkah ketujuh saudara laki-lakinya tersebut menemukannya? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisah selengkapnya .... 
 
***
 
 
Alkisah, pada zaman dahulu, tersebutlah sebuah kisah di Negeri Simbul, Siberida, Indragiri, Riau. Di negeri itu hidup tujuh pasang putra-putri yang dilahirkan secara kembar syam :
  1. Marudum Sakti lahir kembar dengan Putri Pinang Masak (sulung),
  2. Buyung Selamat dengan Putri Mayang Mengurai,
  3. Sampurago dengan Subang Bagelan,
  4. Tonggak de Tonang dengan Putri Pandan Bajelo,
  5. Sapu Jagat dengan Putri Loyang Bunga Emas,
  6. Roger dan Putri Setanggi
  7. Tuntun dengan Putri Bungsu.
Ketujuh putra tersebut tumbuh menjadi pemuda yang gagah berani, sedangkan ketujuh kembarannya tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita. Dari ketujuh putra tersebut, Roger adalah yang paling gagah dan pemberani. Sementara, dari ketujuh putri, Putri Pinang Masak adalah yang termolek. 
 
Pada suatu hari, seluruh warga heboh, karena tiba-tiba Putri Pinang Masak hilang. Ketujuh saudara laki-lakinya sibuk mencarinya ke sana kemari, namun tak juga mereka temukan. Roger yang gagah dan pemberani kemudian pergi menyusuri berbagai tempat hingga bertemu dengan Datuk Motah. Dari Datuk itulah ia memperoleh kabar bahwa kakaknya, Putri Pinang Masak, dibawa lari dan dikawinkan dengan Raja Dewa Sikaraba Daik oleh Paduka Raja Telni Telanai dari Jambi. 
 
Setelah mendengar kabar keberadaan kakaknya, Roger segera melaporkan kabar itu kepada saudara-saudaranya. Mereka kemudian berkumpul untuk mengadakan musyawarah. 
  • “Wahai, Adikku Roger! Kita semua sudah tahu, bahwa di antara kita bersaudara engkaulah yang paling gagah dan pemberani. Maka sepantasnyalah engkau yang harus menjemput Putri Pisang Masak ke Jambi,” kata Marudum Sakti kepada adiknya. 
  • “Benar, Abang! Kami setuju dengan pendapat Abang Marudum Sakti,” tambah Tuntun, adik Bungsunya. 
  • “Ya, kami juga sepakat,” sahut saudara-saudaranya yang lain serentak. 
Akhirnya, diputuskan Roger diutus ke Jambi untuk membawa pulang Putri Pinang Masak dengan damai. Keesokan harinya, Roger berangkat ke Jambi seorang diri. Negeri Jambi dijaga ketat, karena terjadi pertentangan antara Raja Telni Telanai dengan Belanda. Setelah melakukan perundingan dengan para pengawal istana, Roger pun diizinkan untuk menemui Raja Telni Telanai. 
  • “Hai, Orang Muda! Kamu siapa dan dari mana asalmu?” tanya Raja Telni. 
  • “Ampun, Baginda! Hamba Roger. Hamba berasal dari Indragiri,” jawab Roger, tanpa memberitahukan sang Raja kalau dirinya adalah adik kandung Putri Pinang Masak. 
  • “Apa gerangan yang membawamu kemari, Roger?” Raja Telni kembali bertanya. 
  • “Ampun, Baginda! Jika Baginda berkenan, izinkahlah hamba ikut membantu mengusir Belanda dari negeri ini,” Roger memohon kepada Raja Telni. 
  • Raja Telni menyambutnya dengan gembira, seraya berkata, 
  • “Baiklah, Roger! Kamu boleh tinggal di istana ini.” Sejak itulah, Roger tinggal di istana Kerajaan Jambi. Putri Pinang Masak telah mengetahui keberadaan adiknya itu, namun ia tidak pernah bercerita kepada siapa pun tentang hubungan mereka.
Untuk menguji keperkasaan Roger, berkali-kali Raja Telni mengutusnya untuk menumpas para perampok yang berkeliaran di perairan Jambi. Oleh karena kesaktiannya, Roger selalu berhasil, sehingga ia diangkat menjadi dubalang negeri. Tak lama kemudian, Roger pun diperkenankan untuk ikut berperang melawan Belanda. 
 
Pada malam sebelum berangkat ke medan perang, diam-diam Putri Pinang Masak menemui adiknya dan memberinya selendang cindai sebagai pusaka. Berbekal cindai dan kesaktiannya, Roger pun berhasil memukul mundur pasukan Belanda. 
Cindai  adalah sutera halus yang biasanya dibuat untuk ikat pinggang, berjambul ujungnya, bercorak bermacam-macam.
Segenap raja Jambi menyambutnya sebagai pahlawan. Oleh karena jasa-jasanya terhadap kerajaan, Raja Telni Telanai menganugerahkan gelar Datuk dan mengukuhkan Roger sebagai Dubalang Utama. Maka lengkaplah gelar Roger sebagai Datuk Dubalang Utama Roger. 
 
Waktu terus berjalan. Raja Telni Telanai mulai sakit-sakitan. Akhirnya, ia pun menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada putranya, Raja Dewa Sikaraba Daik. Namun sejak pemerintahan dipegang oleh Raja Dewa Sikaraba Daik, kerajaan menjadi lemah. Banyak pengkhianat muncul di lingkungan istana. Kesempantan itu kemudian dimanfaatkan oleh Belanda untuk menekan raja muda itu. Setelah terus dibujuk dan didesak oleh para hulubalang yang menjadi mata-mata Belanda, akhirnya Raja Dewa Sikaraba Daik yang lemah itu mau menandatangani perjanjian perdamaian dengan Belanda. Datuk Roger pun ditangkap. 
 
Dengan tangan diikat, Datuk Roger dibawa ke kapal untuk ditenggelamkan di tengah-tengah samudera. Namun, sewaktu akan menaiki kapal, tiba-tiba terjadi peristiwa gaib. Dengan izin Allah, Roger tiba-tiba menghilang tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Lama Roger tidak muncul, sehingga orang-orang Belanda menganggapnya telah mati. Sepeninggal Datuk Roger, Belanda kemudian menyerang Kerajaan Jambi. Banyak pasukan Raja Dewa Sikaraba Daik yang gugur. Mereka pun semakin terdesak oleh Belanda. 
 
Pada saat yang kritis itu, tibatiba Datuk Roger muncul. Kemudian ia memohon izin kepada Raja Sikaraba Daik untuk melawan Belanda. Dengan keperkasaannya, Roger dan pasukannya berhasil memukul mundur pasukan Belanda. Para pengkhianat kerajaan kemudian ditangkap dan dihukum mati. Kerajaan Jambi kembali aman dan damai. 
 
Raja Dewa Sikaraba Daik pun memimpin rakyat Jambi dengan arif dan bijaksana. Melihat kondisi sudah kembali aman, Datuk Roger pun bermaksud kembali ke Indragiri. Ia pun segera menghadap Raja Dewa Sikaraba Daik, 
“Ampun, Baginda! Kini saatnya hamba harus pulang. Jika Baginda memerlukan Hamba, panggillah hamba di Desa Siambul, di Hulu Batang Gangsal, Siberida, Indragiri,” kata Datuk Roger. 
Mengetahui adiknya akan kembali ke Indragiri, Putri Pinang Masak segera bersimpuh di hadapan suaminya, Raja Dewa Sikaraba Daik, 
  • “Maafkan Dinda, Kanda! Sebenarnya Dinda adalah kakak kandung Datuk Roger. Izinkanlah Dinda pulang ke Indragiri bersamanya. Dinda akan segera kembali ke istana ini untuk melahirkan putra kita.” Raja Dewa Sikaraba Daik terkejut mendengar perkataan Putri Pinang Masak. 
  • “Benarkah itu, Datuk Roger?” tanya sang Raja penasaran. 
  • “Benar, Baginda Raja!” jawab Roger singkat. Akhirnya, Raja Dewa Sikaraba Daik mengetahui hubungan persaudaran mereka yang selama ini dirahasiakan.
Namun, mengingat Datuk Roger telah berjasa kepada kerajaan Jambi, sang Raja pun memakluminya. Dengan berat hati, Raja Dewa Sikaraba Daik mengizinkan Putri Pinang Masak pulang ke Indragiri bersama adiknya.
 
Keesokan harinya, sebelum kakak beradik itu berangkat, Raja Dewa Sikaraba Daik menyerahkan Plakat Kerajaan yang berisi maklumat bahwa hutan di daerah Jambi diserahkan kepada anak cucunya melalui keturunan dari Putri Pinang Masak.
Setelah menempuh perjalanan jauh, sampailah Roger dan Putri Pinang Masak di Indragiri. Mereka disambut oleh masyarakat Siambul dengan suka-cita dan haru. Untuk meluapkan perasaan gembira tersebut, masyarakat desa mengadakan upacara gawai atau selamatan. Dalam suasana gembira tersebut, Datuk Marudum Sakti berkata, 
“Keluarga kita sudah utuh kembali. Peristiwa ini hendaknya kita jadikan pelajaran berharga agar selalu membela dan melindungi saudara-saudara kita.” 
Sesuai dengan Plakat Kerajaan yang diberikan oleh Raja Dewa Sikaraba Daik, selanjutnya :
"anak keturunan Putri Pinang Masak berkembang menjadi Suku Kubu dan Talang Mamak yang menguasai hutan Jambi".
Hingga kini, kedua suku tersebut masih dapat ditemukan di daerah-daerah pedalaman di Pulau Jambi.
 
Sumber: http://agathanicole.blogspot.com/2017/07/putri-pinang-masak-suku-talang-masak.html

DISKUSI


TERBARU


Tari Hudoq: Mer...

Oleh Firasalihaz | 03 May 2024.
Tarian Tradisional

Budaya Tari Hudoq dari Kalimantan Timur mempesona dengan keunikan dan kedalaman maknanya. Tarian ini berasal dari suku Dayak Basad, di mana penari la...

Candi Ijo - Sej...

Oleh Dewiarya | 02 May 2024.
Bangunan Bersejarah

Candi ijo terletak di kecamatan Prambanan Sleman DIY , kita harus melewati perbukitan Boko yang berbatu cadas, Candi Ijo merupakan situs seja...

Lumpia

Oleh Kyaya | 28 Apr 2024.
Makanan khas

Lumpia merupakan salah satu kuliner khas semarang yang banyak di gemari masyarakat. Ciri khas dari lumpia semarang yaitu berada pada isianya, rebun...

Kolintang: Alat...

Oleh Klasiktoto | 27 Apr 2024.
Alat Musik Tradisional

Sulawesi Tenggara, surganya keberagaman budaya, telah menjadi tempat bagi berbagai suku yang membentuk kehidupan dan kebudayaan yang kaya. Dalam jurn...

Bubur Pedas

Oleh Sherly_lewinsky | 25 Apr 2024.
Makanan khas Kalimantan Barat

Bubur pedas adalah salah satu makanan khas dari Kalimantan Barat. Biasanya, bubur ini akan dilengkapi dengan berbagai macam sayuran seperti daun kuny...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...