Ornamen
Ornamen
Ornamen Jawa Tengah Klaten
PAYUNG LUKIS TAKUT AIR KHAS JUWIRING YANG MENDUNIA

PAYUNG LUKIS TAKUT AIR KHAS JUWIRING YANG MENDUNIA

Jika ada yang menyebut daerah Juwiring pasti sebagian besar akan bertanya-tanya di manakah daerah itu. Sebenarnya daerah tersebut tidak terlalu jauh dari Klaten dan Solo. Jika anda akan pergi ke Solo dari arah Klaten, saat sesampai di daerah Gatak Kecamatan Delanggu, anda tinggal membelok ke arah kanan dan sekitar 26 km anda akan sampai di sentral payung yang unik ini. Payung Lukis Ngudi Rahayu merupakan sentral payung unik khas Juwiring yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Juwiring, Kabupaten Klaten. Tidak hanya di Desa Tanjung, bahkan di dua desa lainnya yaitu Desa Kwarasan dan Desa Kenaiban hampir semua warga terlibat dalam produksi payung unik tersebut. Payung ini unik dan khas, mulai dari bahan, bentuk, corak hingga warna.

Sudah sejak tahun 1970 warga di tiga desa tersebut menggantungkan nasibnya dengan membuat payung, namun dahulu payung terbuat dari kertas semen dan difungsikan untuk payung hujan. Namun karena payung dengan bahan kertas dinilai kurang bermanfaat untuk payung hujan, maka payung kertas diganti dengan payung berbahan plastik.

Payung kertas yang awalnya dibuat untuk payung hujan, akhirnya dibuat untuk hiasan. Untuk Payung Lukis di tiga tersebut pertama kali diproduksi pada tahun 1998. Hanya saja, dahulu setiap pengrajin memproduksi sendiri-sendiri dan menjual payungnya pun sendiri juga, baru pada tahun 2012, perkumpulan warga pembuat payung tersebut dibentuk dan dinamakan Ngudi Rahayu. Untuk kelompok yang membuat kerangka, dapat dilakukan di rumah anggota masing-masing, lalu di sentral ini sebagian besar hanya melakukan finishing termasuk mengecat dan menempelkan kain payung ke rangkanya. Payung hias tersebut dapat digunakan untuk hiasan ruangan, untuk aksesoris menari (misalnya Tari Luyung), upacara adat (Payung Kraton, Payung Temanten, Payung Taru, Payung Pantai, Payung Kebun, dan Payung Pemakaman), payung ini juga digunakan untuk acara Suronan dan Muludan di Keraton Surakarta.

Untuk membuat payung lukis tersebut ternyata membutuhkan lebih dari satu jenis kayu. Pada bagian rangka atas atau jari-jarinya, itu berasal dari bambu. Untuk bagian yang berbentuk lonjong dan berada dibawah rangka bagian atas atau sering disebut ngeronce, terbuat dari kayu Bunga Kenanga, orang disekitar Juwiring biasa menyebut dengan Kayu Bungkul. Dan untuk pegangan payungnya terbuat dari kayu Pohon Melinjo. Proses pembuatan payung lukis diawali dengan pembuatan rangka, kemudian membungkusnya dengan kain atau bisa juga dengan kertas semen, lalu menyulamnya atau mengikat agar lebih kuat, setelah selesai diikat tinggal dilukis sesuai corak yang diinginkan pemesan dan proses terakhir yaitu dijemur.

Payung Lukis Ngudi Rahayu ini sering dipesan untuk beberapa event, pesanannya pun hingga ribuan jumlahnya, misalnya digunakan untuk pameran dan festival payung lukis yang diadakan oleh Kelas Pagi Yogyakarta Creative Space, Festival Payung Indonesia di Balekambang Solo, dan Lomba Lukis Payung perayaan HUT Klaten ke-213, serta masih ada banyak lainnya. Hebatnya lagi, Payung Lukis Ngudi Rahayu ini sudah dijual paling jauh hingga ke Bangka Belitung untuk wilayah Indonesia, dan payung ini juga sudah diekspor ke beberapa negara, misalnya ke Berlin dan Belgia.

Untuk harga payung lukis ini bervariasi tergantung ukuran, jenis kain yang digunakan, dan pelukisnya. Karena Kelompok Payung Lukis Ngudi Rahayu ini bekerjasama dengan ISI Surakarta, untuk biaya pelukisannya pun lebih mahal jika digarap oleh pihak ISI Surakarta. Jika dilukis oleh pihak Ngudi Rahayu, payung dengan ukuran yang paling kecil dibandrol dengan harga sekitar Rp30.000,00 - Rp35.000,00. Dan payung yang paling besar dibandrol dengan harga sekitar Rp2.500.000,00 – Rp3.000.000,00.

Untuk menuju ke sentral payung lukis tersebut, dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi dua roda maupun empat roda, hanya saja tempat tersebut berada di pedesaan yang agak sempit jalannya. Walaupun berada di area pedesaan, tempat tersebut dapat dicari dengan menggunakan aplikasi Google Maps atau aplikasi sejenisnya. Sebelum sampai di area tersebut, tidak akan tersesat karena disepanjang jalan menuju kesana terdapat plakat petunjuk arah.

Setelah dibuat kelompok sejak 2012, pihak Ngudi Rahayu ini juga membuka program edukasi budaya. Dengan cara memesan tanggal dan waktunya, lalu kita dapat berkunjung ke sentral payung ini, baik membawa rombongan banyak maupun sedikit. Program tersebut berisi kegiatan melatih membuat payung lukis dari awal, namun lebih ditekankan ketahap pelukisan karena merupakan tahap yang paling mudah. Setelah selesai mengikuti alur program tersebut, peserta dibolehkan membawa hasil karya payung lukisnya sendiri-sendiri.

 

#OSKMITB2018

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Taman Lansia Ceria
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Pecel Mie
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 MAsukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap

avatar
Netizen
Gambar Entri
Wisma Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Rumah Indis Wisma RRI
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Gereja Santo Petrus dan Santo Paulus Klepu
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Awal mula hadirnya Gereja Klepu sebagai tempat peribadatan bermula dari didirikannya sekolah tingkat dasar untuk rakyat. Sekolah tingkat dasar pertama didirikan oleh Rm. Strater, SJ, seorang misionaris Jesuit, pada tahun 1912. Latar belakang pendirian sekolah ini ialah adanya keprihatinan terhadap tingginya jumlah penduduk pribumi yang masih buta huruf. Umat Katolik awal berasal dari orang-orang yang bekerja sebagai kuli di perkebunan tebu milik tuan-tuan berkebangsaan Belanda. Para kuli yang sudah di sekolahkan akan naik pangkat menjadi mandor. Pastor F. Strater, SJ mengajar mereka untuk membaca dan menulis. Sebagian dari mereka yang tertarik dengan iman Kristiani kemudian memeluk agama Katolik. Sebulan sekali mereka mengikuti magang di Kotabaru. Baptisan pertama terjadi pada tahun 1916. Thomas Sogol dari Kaliduren menjadi orang pertama yang dibaptis. Selang 3 tahun setelah baptisan pertama, pada tahun 1919 baru ada satu orang lagi yang dibaptis. Kemudian tahun 1921, terdapat sat...

avatar
Seraphimuriel