OPAK KETAN BAKAR
SEJARAH
Opak ketan bakar ini berasal dari salah satu desa di Kabupaten Kuningan. Awal mulanya dibuat oleh seorang warga bernama Ny. Siti Jamilah yang berdomisili di Dusun Pon Desa Nanggela Kecamatan Mandirancan Kabupaten Kuningan. Berdasarkan cerita yang beredar dari para tetua di kampung tersebut, kurang lebih sejak tahun 1950, Ny Siti Jamilah sudah memproduksi opak ketan bakar yang berbeda pada umumnya, dilihat dari rasa dan berbentuk segi empat tipis, lain halnya dengan opak lainnya yang berbentuk bulat dan tebal.
Dulu kala Ny. Siti Jamilah memproduksi opak ini hanya secara khusus untuk melayani pesanan-pesanan para gegeden (orang gedean) seperti camat wedana, dan bahkan orang-orang atau para dokter Belanda yang bekerja di Sanotarium (sekarang Rumah Sakit Paru di Sidawangi). Karena harganya yang tidak terjangkau oleh penduduk setempat kala itu, “jaman weurit atau jaman paceklik” maklum, Indonesia baru merdeka.
PEMBUATAN
Dengan menggunakan alat-alat yang sederhana seperti: jubleg dan alu (alat untuk menumbuk nasi ketan), bambu dan daun pisang untuk mengkaliskan adonan (ulen) yang sudah ditumbuk.
Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah beras ketan dan kelapa.
Cara pembuatan:
- Beras ketan dicuci lalu dimasak (kukus) dan dicampur dengan kelapa yang sudah diparut lalu ditambahkan dengan bumbu.
- Setelah matang, ditumbuk dengan jubleg dan alu, lalu adonan dipipihkan dan dibentuk sehingga berbentuk segi empat, setelahnya dijemur sampai kering.
- Kemudian dibakar di atas bara arang sampai berwarna coklat kekuning-kuningan.. Opak sudah siap untuk dikemas.
SEKARANG
Sekitar tahun 2000, produksi opak ini dilanjutkan oleh keturunan Ny. Siti Jamilah tersebut dengan cara dan proses pembuatan semi modern, dan jangkauan pemasaran yang lebih luas. Bahkan para pegawai yang tadinya bekerja kepada Ny. Siti Jamilah, kebanyakan membuka usaha home industri opak ini, sehingga sampai saat ini sudah banyak dijumpai opak dengan berbagai merk dan cita rasa yang berbeda.
#OSKMITB2018
Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kasultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN : terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda berwarna hitam. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. kain sembong berwarna ungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam berupa golok dan pisau. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR : sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis namun ada juga yang memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH : Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce. QUIVER ( TEMPAT ANAK PANAH ): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock ana...
Pasukan pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI chapter dki jaya) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belakang.
aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan
Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang