Cerita Rakyat
Cerita Rakyat
Cerita Rakyat Maluku Utara Maluku Utara
O' Gohi
- 26 November 2018

Pada zaman dahulu, di Desa Marahai hidup satu keluarga. Mereka adalah sepasang suami isteri dengan seorang anak perempuan. Sang ayah bemama Daluku dan sang ibu bemama Haiti, sedangkan anak perempuan mereka bemama Bebeoto.

Hari-hari mereka lalui dengan bahagia. Bebeoto sangat disayangi oleh ayah dan ibunya. Agaknya, kebahagiaan di keluarga ini tidak berlangsung lama. Pada waktu usia Bebeoto enam tahun, Daluku meninggal karena sakit keras. Maka hari-hari berikutnya dilalui Bebeoto hanya berdua dengan ibunya. Untuk menghidupi anaknya yang masih kecil, Haiti menanam tanaman di kebun dan memelihara ayam.

Pada suatu saat, wabah penyakit temak melanda Desa Marahai. Semua ayam yang dipelihara Bebeoto mati kerena diterjang wabah penyakit. Seekor ayam betina yang baru bertelur lima butir pun ikut mati. Keadaan itu membuat Bebeoto dan ibunya putus asa. Mereka hanya berdoa kepada Tuhan agar bencana wabah itu cepat berlalu.

Dalam beberapa minggu si ibu masih bisa menjaga diri dan anaknya dengan memanen hasil kebun yang sebagian ditukar dengan ikan dari para nelayan. Namun, setelah beberapa minggu, Haiti kehabisan bahan makanan yang disimpan. Bahkan, bahan makanan di kebun juga habis. Yang ada di kebun hanyalah tanaman yang bam ditanam dan baru bisa dipanen dalam waktu dua hingga em pat bulan kemudian.

Akhimya, sang Ibu teringat bahwa dia masih mempunyai lima butir telur yang disimpan. Haiti memasak telur itu untuk anaknya. Sebutir sehari untuk dimakan. Pada hari kelima, telur pun tinggal sebutir. Telur terakhir itu direbus oleh Haiti. Karena takut cepat habis, Bebeoto menyarankan kepadanya ibunya agar telur jangan dimakan sekaligus, tetapi sedikit demi sedikit.

“Meme, kalau kalu mo makang tolar, tara usa kase pica tapi ambe depe isi sadiki-sadiki dengan peneti supya jang capat abis tape tolar," demikian kata Bebeoto. Namun, sang ibu langsung mengambil telur itu dan langsung mengupasnya. Tampaknya sang ibu tidak menganggap apa yang diusulkan oleh anaknya yang memang masih kecil.

“Ah, kalu makan sadiki-sadiki. Ngana tara kanyang. Jadi, lebe bae makan satu kali saja," bentak sang ibu. Kata-kata ibunya tersebut tidak menyenangkan hati Bebeoto. Dia menangis dan merajuk, lalu pergi ke pantai.

“Mama so kase abis tape tolar, lebar kita balari dari rumah,” keluh Bebeoto. Setibanya di pantai, Bebeoto langsung berjalan sampai batas air kering dengan air laut yang dalam. Kebetulan pada saat itu pasang surut yang kering sehingga Bebeoto dengan mudah bisa menemukan batu-batu besar dan karang-karang laut yang memiliki lubang besar. Bebeoto memandang sebuah batu besar yang memliki lubang besar dengan wajah sedih.

“Lebe bae kita masuk ke dalam batu itu, supaya tape mama tara bisa dapa deng ambe pe kita," kata Bebeoto dalam hati. Setelah beberapa saat berpikir, Bebeoto masuk ke dalam lubang batu itu. Sementara itu, ibunya hanya dapat melihat perbuatan Bebeoto dari kejahuan sebelum Bebeoto masuk ke dalam lubang batu. Dengan tergesa-gesa Haiti berlari menuju batu itu dengan harapan agar bisa mengeluarkan Bebeoto. Sementara itu, air laut mulai pasang naik (aer nae) dan memenuhi lubang batu yang dimasuki Bebeoto. Hal ini membuat ibunya semakin takut dan sedih. Ia berusaha mencari cara untuk mengeluarkan Bebeoto dari dalam lubang batu. Sambil memeluk batu itu, Haiti memanggil Bebeoto dengan nada sedih.

“Bebeoto! Mama tau ngana ada! Mama lmrap ngana kaluar la torang pulang ke rumah. Nanti mama cari lagi ngana pe tolar la ngana bole makan beso,” pinta sang ibu dengan nada penuh kesedihan.

“Kita tara mau kaluar", kata Bebeoto dalam lubang batu.

“Tarada! Mama tara akan pukul pa ngana! Mama cuma harap nganan kaluar kong pulang," kata ibunya sedih. Demikianlah, berulang kali sang ibu memanggil Bebeoto. Namun, Bebeoto tidak mau keluar dari lubang batu. Ibunya hanya duduk di atas batu dan menangis tersedu-sedu.

"Bagaimana eh, supaya Bebeoto bisa percaya pa kita la bisa kaluar dari dalam lubang batu?" tanya sang Ibu dalam hati. Pada saat berpikir si Ibu melihat sebuah kerang besar di sampingnya. Kerang ini bisa disebut Bia Kima. Bia Kima sedang membuka kulitnya dengan lebar.

“Lebe bae kita kase foya pa Bebeoto," kata sang ibu dalam hati.

“Bebeoto! Kalu ngana tara mau kaluar dari batu, lebe bae mama masuk dalam bia basar la mama mati suda!" teriak sang ibu. Secara pelan si Ibu menuju ke Bia Kima yang masih terbuka dan duduk di dalam Bia itu. Sementara itu, Bebeoto mulai sadar bahwa ibunya sangat menyanyanginya dan dia tidak mau kehilangan ibunya. Dia tidak mau bila ibunya sampai ditelan Bia Kima. Kalau sampai terjadi, berarti dia akan kehilangan orang tuanya. Untuk itu, Bebeoto keiuar dari lubang batu, kemudian pergi mencari ibunya yang berada dalam mulut Bia Kima. Namun, belum sempat sang ibu keluar dari mulut Bia, Bia Kima itu menutup kulitnya yang membuat ibu terjepit. Akibatnya, ibu sulit keluar dari Bia Kima. Terdengar teriakan minta tolong dari dalam Bia Kima. Namun, apa daya, karena tubuh Bebeoto lebih kecil daripada Bia Kima, ia tak mampu menolong ibunya.

 "Mamaeee ... !!! Meme ... ! !! kaluar, karena kita so kaluar supaya torang pulang ke rumah!" pinta Bebeoto. Bebeoto hanya memandang Bia Kima. Semakin lama, air laut semakin naik sehingga Bia Kima pun hilang ditelan air laut. Akhimya, Bia Kima tidak terlihat lagi. Dari kejahuan Bebeoto hanya memandang dengan tangisan sedih, kemudian dia pulang ke rumah sendirian. Itulah akibatnya kalau tidak mendengarkan nasihat ibu, sekarang Bebeoto benar-benar kehilangan kedua orang tuanya.

 

sumber: http://repositori.kemdikbud.go.id/3043/1/Kisah%20Boki%20Dehegila%20Antalogi%20Cerita%20Rakyat%20Maluku%20Utara%202011.pdf

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline