Ritual
Ritual
ritual Banten Rangkasbitung
'Nyawer' Tradisi Unik saat Nikahan Masyarakat Sunda

'Saweran! saweran!" ucap sang pembawa acara,kemudian para tamu undangan berlomba-lomba maju kedepan untuk ikut serta dalam ritual unik yang satu ini. Yak namanya 'Nyawer' atau 'Saweran'. Saweran adalah salah satu rangkaian acara pada pernikahan ketika kedua mempelai melemparkan uang koin dan campuran lain kepada para tamu undangan untuk diambil dengan cara 'berebut'. Didaerah asal Ibuku,ritual ini telah ada sejak jaman dahulu dan telah menjadi sebuah hal yang 'wajib' ada di acara seperti pernikahan,ulang tahun,40 harian,dan masih banyak lagi. Saweran ini bermaksud agar kedua mempelai bisa memiliki banyak rezeki di masa mendatang dan senantiasa berbagi kepada masyarakat sekitar. 

Isi dari saweran sangat beragam mulai dari uang koin,beras,beras kuning,sirih,kunyit,pemen,bunga. Masing-masing dari bahan-bahan tersebut memiliki makna tersendiri seperti berikut :

1. Beras ; menyimbolkan kesejahteraan dan kebahagiaan kepada kedua pasangan,karna beras merupakan makanan pokok masyarakat sunda,dengan harapan keduanya selalu hidup berkecukupan

2. Kunyit ; warna kuning dari kunyit diibaratkan sebagai emas dengan harapan kedua mempelai dapat hidup tidak kekurangan

3. Bunga-bunga ; aroma wangi dari bunga yang semerbak menjadi harapan agar nama kedua mempelai selalu harum dengan perilaku yang baik

4. Uang logam ; melambangkan kekayaan

5. Sirih ; menyimbolkan kerukunan

6. Permen ; seperti permen yang manis semoga kehidupan rumah tangga selalu manis dan harmonis

7. Beras yang ditendam dalam air kunyit.

isi campuran tersebut dan dimasukkan kedalam bakul nasi atau pun tampah lalu ketika sudah waktunya untuk saweran,kedua mempelai atau orang yang 'punya' hajat akan me'nyawer' uang koin kepada para tamu undangan. Ritual ini adalah rangkaian acara yang paling dinanti karna dengan adanya Saweran acara pernikahan yang biasanya sakral dan kaku bisa menjadi lebih fun. Ada sensasi tersendiri ketika kita 'berebut' uang koin yang dilemparkann dengan para tamu undangan lain. Sayangnya,tradisi ini sudah sangat jarang dilakukan bahkan sudah tidak pernah lagi padahal makna lain dari saweran ini kita bisa bercengkrama dengan para kerabat dan tamu undangan lain serta bersuka cita di acara pernikahan.

Nyawer atau saweran merupakan budaya menaburkan berberapa benda-benda kecil yang dilakukan oleh orang tua kedua mempelai. Konon dengan menaburkan benda-benda tersebut dapat memberikan petunjuk kepada kedua calon mempelai agar dapat menjalankan kehidupan rumah tangga yang bahagia dan tidak lupa untuk senantia bersedekah kepada orang yang membutuhkan.

Dalam prosesi pernikahan adat Sunda, nyawer atau saweran dilakukan setelah upacara ijab kabul atau pemberkatan dan sungkeman. Jika biasanya acara nyawer dilakukan di luar ruangan, kini demi kepraktisan, ada beberapa mempelai yang melakukan prosesi ini di dalam gedung.

Nyawer berasal dari kata awer yang diibaratkan seember benda cair yang bisa diuwar-awer (diciprat-cipratkan atau ditebar-tebar). Namun ada pendapat lain yang ditulis dalam buku Bagbagan Puisi Sawer Sunda yang menjelaskan bahwa nyawer berasal dari kata penyaweran, yakni tempat yang kerap terkena air hujan yang terbawa hembusan angina. Nah, dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tempat yang dimaksud untuk melangsungkan nyawer adalah di halaman rumah. Sementara itu, cipatran air merupakan benda-benda sawerannya.

Makna Tersirat dari Benda-benda Saweran

Ada beberapa benda istimewa yang kerap disebar dalam acara nyawer, antara lain kunyit, beras putih, berbagai bunga rampai, sirih, permen, uang logam dan beras kuning yang sudah direndam dalam air kunyit. Masing-masing bahan tersebut memiliki makna berupa doa-doa untuk kedua mempelai.

Warna kuning dari kunyit diibaratkan emas dan merupakan simbol harapan agar kedua mempelai dapat hidup dengan kelimpahan rezeki. Beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Sunda dan menjadi simbol kesejahteraan dan kebahagiaan yang cukup. Selain itu, uang logam juga melambangkan kekayaan. Sedangkan aroma wangi dari bunga-bunga menjadi harapan agar nama kedua mempelai senantiasa harum dengan perilaku yang mulia.

Dari benda-benda tersebut, tak ketinggalan sirih sebagai bentuk doa agar kedua mempelai selalu hidup rukun dan saling pengertian satu sama lain. Dan permen dengan rasa manis menjadi pengharapan agar kehidupan mempelai selalu berjalan harmonis.

Payung dalam Prosesi Nyawer

Pada saat acara nyawer atau saweran, kedua mempelai akan duduk di kursi dan dipayungi dengan payung yang telah dihias cantik. Berbeda dengan payung pada umumnya, payung yang digunakan pada prosesi nyawer memiliki gagang yang panjang dan dibawa oleh sanak saudara dari kedua mempelai.

Konon payung merupakan simbol kewaspadaan dan sebagai lambang permohonan kepada Yang Maha Kuasa agar kedua mempelai selalu berada di dalam lindungan-Nya.

Kidung Nasihat

Prosesi nyawer semakin hikmat dengan adanya nyanyian kidung berisi nasihat sebagai bekal dalam menjalani kehidupan rumah tangga. Kenapa nasihat yang diberikan berupa nyanyian? Hal tersebut berawal dari masa penjajahan kolonial yang melarang adanya pidato pada acara pernikahan karena khawatir akan adanya unsur-unsur politik dan membahayakan posisi penjajah di tanah air. Oleh sebab itu, nasihat diberikan dalam bentuk nyanyian indah dan menawan.

Ki Juru Sawer dan Nyi Juru Sawer secara bergantian melantunkan pantun macapat dalam tembang Asmaradana atau Kinanti. Tembang-tembang yang merdu dan sarat makna mendalam ini juga kerap membuat para hadirin merasakan haru dan meneteskan air mata.

 

sumber :

1.Yuyu Yudiati "ibu"

2. http://weddingku.com

http://mahligai-indonesia.com/pernikahan-nusantara/prosesi-adat/prosesi-nyawer-atau-saweran-dalam-pernikahan-adat-sunda-4346

 

#OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline