Boyong penganten merupakan ritual pernikahan yang dilaksanakan pada hari kelima setelah pengantin tinggal di kediaman orangtua pengantin wanita. Acara boyong penganten disebut sepasaran (sepeken) pengantin. Sepeken artinya lima hari. Pada hari kelima pengantin diboyong (dihadirkan/pindah) dari kediaman orangtua pengantin wanita ke kediaman pengantin pria. Istilah boyong penganten adalah ngunduh mantu (Suwarno, 2006: 257).
Menurut Suwarno (2006: 135) beberapa tradisi yang dilakukan pada acara boyong penganten antara lain sebagai berikut: 1. pihak pria menerima kehadiran pengantin pria dan wanita beserta besan (orangtua pengantin wanita) dengan cara bersahaja, mengundang para tetua dan beberapa tamu tetangga. 2. ada pula yang menyelenggarakan resepsi ngunduh mantu.
Upacara boyong penganten atau ngunduh mantu jatuh pada hari kelima (sepeken) setelah upacara pernikahan. Upacara boyong penganten mengandung makna, yakni orangtua kan "berpisah" anaknya (putrinya) karena harus membangun keluarga yang mandiri bersama suaminya. Pada hari kelima, pengantin diboyong ke kediaman pengantin pria. Tujuan upacara boyong penganten adalah sebagai berikut: 1. sebagai syukuran karena orangtua telah berhasil menikahkan anaknya. 2. memperkenalkan pengantin (wanita) dengan masyarakat sekitar, keluarga mempelai pria. 3. untuk mendapatkan pengakuan (legitimasi) secara adat. 4. menjalin persaudaraan.
Orang Jawa khususnya Solo, yang repot dalam perkawinan adalah pihak perempuan, sedangkan pihak laki-laki hanya memberikan sejumlah uang guna membantu pengeluaran yang dikeluarkan pihak perempuan, diluar terkadang ada pemberian sejumlah perhiasan, perabot rumah maupun rumahnya sendiri. Selain itu saat acara ngunduh mantu (acara setelah perkawinan dimana yang membuat acara pihak laki-laki untuk memboyong istri ke rumahnya), biaya dan pelaksanaan adalah pihak laki-laki, walau biasanya sederhana (http://www.karatonsurakarta.blogspot.com).
Referensi : Pringgawidagda, Suwarno. (2006). Tata upacara dan wicara pengantin gaya Yogyakarta. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI) http://karatonsurakarta.blogspot.com/2009/ 09/mantu.html?m=1
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.