Di Kabupaten Ciamis, ada tradisi Ngawide. Tradisi ini biasa dilaksanakan di Desa Karangampel, Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Tradisi ini mirip dengan ngagubyag atau ngobeng.
Dalam tradisi ngawide ini, ratusan warga turun ke Sungai Cimuntur, tepatnya di Leuwi Barengkok, Dusun Babakan. Masyarakat berlomba untuk menangkap ikan asli sungai dengan tangan kosong.
Dulu, sebelum pelaksanaan, masyarakat terlebih dulu memasang pagar bambu di tengah sungai. Hal itu ditujukan agar ikan berkumpul di tengah Leuwi atau bagian sungai yang cukup dalam. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama, dan digelar saat musim kemarau atau saat volume air di sungai sedang surut.
“Sebelum dilaksanakan Ngawide, kami menggelar doa bersama untuk keselamatan, supaya pada pelaksanaan tidak ada yang tenggelam,” kata tokoh masyarakat Karangampel, Ade Maksudin alias Ade Gondrong, Selasa (23/10/2018).
Menurut Ade, ikan asli Sungai Cimuntur masih terjaga dan lestari. Ikan di Sungai Cimuntur yang masih ada diantaranya Balar, Nilem, Bebebong, Ampalan, Gegedangan atau Kekel dan Kancra Liar atau Ikan Mas Liar.
Ade menjelaskan, tradisi Ngawide diselenggarakn untuk memberi contoh kepada masyarakat dalam menangkap ikan di sungai dengan cara yang bersih, tidak mencemari sungai dengan racun seperti portas ataupun bom juga listrik.
“Menggunakan jaring atau pancing masih boleh, apalagi menggunakan tangan. Tapi jangan menggunakan bom, racun atau portas juga listrik karena itu dapat mencemari sungai,” katanya.
Dayat, warga lainnya, ketika ditemui Koran HR, Selasa (23/10/2018), mengaku sangat senang masih bisa mengikuti tradisi tersebut. Pada kegiatan ini, dia berkesempatan bersama-sama warga lainnya menangkap ikan asli sungai.
“Kalau dipancing agak sulit, jadi tidak setiap hari bisa makan ikan sungai. Pada tradisi ngawide ini, ada kesempatan, sehingga setiap tahun ikut,” tuturnya.
Kepala Desa Karangampel, Madmax Ahmad Hidayat, ketika ditemui Koran HR, Selasa (23/10/2018), mengatakan, Ngawide merupakan tradisi kearifan lokal tahunan yang sudah berlangsung secara turun-temurun.
“Kedepan, tradisi ini bisa dijadikan destinasi wisata, tepatnya destinasi wisata musim kemarau, yakni wisata menangkap ikan asli sungai dengan tangan kosong,” katanya.
Madmax menuturkan, pihaknya bersama sponsor memberikan hadiah kepada warga yang berhasil menangkap banyak ikan dan berukuran besar.
sumber: https://www.harapanrakyat.com/2018/10/tradisi-ngawide-destinasi-wisata-musim-kemarau-di-ciamis/
#SBJ
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.