Nasi Jemblung termasuk masakan kuno yang dulunya digemari kaum bangsawan Solo. Masakan unik ini termasuk yang sering diburu pelancong yang datang ke Solo. Sayangnya, tak banyak restoran atau angkringan yang menyediakan menu nasi jemblung lidah ini. Tapi tidak usah khawatir, kudapan ini bisa ditemui di Resto Roemahkoe. yang berada di Jl. Dr. Radjiman No. 501, Laweyan, Solo. Restoran ini bernama Restoran Laras. Restoran ini menjadi satu dengan hotel yang bernama Roemahkoe Heritage Hotel, sehingga restoran ini lebih dikenal dengan nama Roemahkoe Resto
Konon nasi jemblung termasuk menu kegemaran Paku Buwana X, raja terbesar dari Kraton Surakarta Hadiningrat.
Sajian nasi ini sangat menarik karena nasi dicetak bentuk melingkar dengan lubang di tengah. Lubang lalu diisi bistik (semur) lidah sapi yang empuk. Campuran rasa manis gurihnya membuat banyak orang ketagihan. Rasa gurih berasal dari pemakaian aneka rempah seperti pala, cengkeh, dan saus kenari.
Nasinya disajikan di piring yang dialasi daun pisang. Nasi disuguhkan melingkar seperti donat. Itu sebabnya disebut jemblung, yang dalam bahasa Jawa berarti melingkar di tengah. Di bagian tengah yang berlubang inilah lidah dan daging berwarna kecoklatan dengan sausnya yang kental, ditaruh. Lidah dan daging itu diolah mirip bistik dan semur.
Jika disajikan tanpa nasi, jemblung lidah terlihat dipengaruhi seni kuliner Belanda. Tetapi unsur tradisionalnya tetap hidup karena disajikan dengan sambal terasi yang merupakan sambal tradisional Indonesia, berikut lalapan mentimun dan irisan tomat, plus kerupuk rambak.
Kala menyantap, kita memotong nasi yang melingkar itu dari bagian tengah, sambil mengambil dagingnya sepotong-sepotong. Tekstur dagingnya cukup empuk karena dimasak lama untuk meresapi bumbunya. Rasanya manis-manis segar karena selain kecap manis, ada campuran tomat di dalamnya. Berikut ini cara membuat nasi jemblung lidah seperti dikutip dari buku “80 Warisan Kuliner Nusantara” Kecap Bango:
Bahan:
200 gram lidah sapi
200 gram daging sapi, dipotong-potong
4 sendok makan mminyak sayur
4 sendok makan saus kenari
6 butir cengkeh
2 sendok makan kecap
2 blok kaldu sapi
1 sendok teh garam
1 sendok teh merica bubuk
1.200 mililiter air
Bumbu halus:
10 butir bawang merah
2 siung bawang putih
50 gran gula merah disisir halur
4 buah tomat, dipotong-potong
Bahan pelengkap:
100 gram kerupuk kulit
lalapan
sambal terasi
Cara membuat:
- Rebus lidah sapi dalam 1.000 mililiter air selama 10 menit. Keluarkan lidah dan kuliti. Rebus lagi sampai emuk. Potong-potong dan buang airnya.
- Campur lidah sapi, daging sapi, bumbu halus, minyak sayur, saus kenari, cengkeh, kecap, kaldu sapi, garam, dan merica bubuk. Aduk rata. Masak sampai keluar air.
- Tuang air secara bertahap. Masak sampai empuk dan matang.
- Sajikan masakan ini dengan nasi dan pelengkapnya.
Untuk 4 porsi
Sumber :
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja