Di Tapanuli Utara ada menu ikan mentah yang sudah jadi tradisi puluhan tahun. Naniura berasal dari bahasa Batak yang artinya ikan tidak dimasak. Naniura tidak dimasak menggunakan panas api melainkan matang dengan bumbu. Asam jungga yang digunakan mampu mematangkan daging ikan, bersifat antimikroba serta menjadi sumber prebiotik bagi saluran pencernaan. Ikan yang digunakan untuk membuat naniura harus berjenis ikan air tawar. Itu berkaitan dengan Danau Toba yang airnya merupakan air tawar.
Kendati disajikan mentah, menu bernama Naniura ini tidak memiliki aroma amis khas ikan. Bahkan sensasinya mirip salad ikan yang segar. Naniura disajikan dengan cara disiram bumbu halus berwarna kuning. Daging ikan dimatangkan dengan merendamnya dalam cairan asam jungga dari perasan jeruk limau.
Menu ini adalah salah satu makanan khas Tapanuli Utara yang dapat ditemui di Danau Toba, Medan, dan Pematang Siantar. Dulunya, naniura hanya disajikan pada raja-raja Batak, sekarang bisa dinikmati banyak orang.
Menikmati naniura ada triknya. Salah satunya, harus memesan terlebih dahulu karena persiapan dan proses pembuatannya membutuhkan waktu.
Naniura dibuat dari ikan mas segar atau dekke yang terlebih dahulu dibersihkan dari duri dan organ dalamnya kemudian direndam dalam air asam jungga. Setelah itu, ikan disiram oleh bumbu khas Batak yang di dalamnya terdiri dari andaliman dan kecombrang. Proses pembuatan naniura membutuhkan waktu sekitar dua sampai tiga jam. Ikan dianggap siap makan apabila daging ikan sudah lembut dan mudah disobek. Proses ini membuat kualitas protein ikan mas menjadi lebih utuh karena tidak terkena api sama sekali.
Naniura memiliki tekstur yang lembut segar seperti sashimi, rasa manis daging ikan yang segar ditambah dengan pedas dan hangatnya bumbu andaliman serta sedikit rasa asam getir dari asam jungga membuat makanan ini sangat disukai masyarakat Batak khususnya di Sumatra Utara.
Resep:
Bahan
1 ikan mas
1 ½ buah asam jungga
1 bunga rias/kecombrang
4 g andaliman
Bumbu Halus
6 cabai merah
3 butir bawang merang
4 buah kemiri sangrai
1 ruas jahe
1 batang serai
1 ruas lengkuas
1 sdt ketumbar sangrai
2 ruas kunyit sangrai
garam secukupnya
Cara Membuat
1. Haluskan cabai merah, kunyit, serta kemiri, setelah halus masukkan semua sisa bahan bumbu lalu ulek hingga halus.
2. Fillet ikan mas menjadi 2 bagian lalu taruh di atas daun pisang.
3. Bumbu halus ditambahkan asam jungga.
4. Balurkan ikan dengan bumbu lalu diamkan selama 20 menit.
Sumber:
https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20160823171854-262-153320/naniura-ikan-mentah-santapan-para-raja-tapanuli/
http://www.sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Aktivitas/Jelajah-Gizi/Ikan-Mas-Naniura-Sushi-nya-Masyarakat-Batak
https://merahputih.com/post/read/naniura-resep-ikan-mas-tanpa-dimasak-khas-batak
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja