Nandong merupakan penyebutan untuk nyanyian pengantar tidur anak di kalangan orang Melayu Kuantan, Riau. Secara harfiah, nandong berarti nyanyian, alunan, lagu, atau irama (dengan maksud yang mendengar merasa terbuai) yang dibawakan sebagai pengantar (pembujuk) tidur. Dalam pemaknaan Melayu Kuantan, nandong dibedakan dari sananduang, basananduang (senandung). Nandong hanya untuk menidurkan anak, sedangkan senandung merupakan nyanyian untuk diri sendiri. Nandong mengandung nilai-nilai ataupun nasihat-nasihat bijak yang berupa ajaran-ajaran agama, nasihat, kasih sayang, harapan-harapan, kritikan, kerinduan ataupun keluh kesah yang diekspresikan secara eksplisit atau dengan bahasa kias.
Nandong dikenali memiliki tujuh irama berbeda. Ketujuh irama tersebut tidak diberi nama khusus sehingga hanya dikenali dari nadanya saja. Liriknya berbentuk pantun dan frasa yang memiliki persamaan sajak untuk menjaga keindahan lirik.
Istilah nandong juga digunakan di dalam beberapa ritual, misalnya di dalam babalian, manumbai, menebang kayu jalur, membuka ladang, menurunkan benih, dan mengusir hama ladang. Namun nandong dalam konteks ini hanya merujuk kepada teknik penyampaian secara nandong seolah-olah kepada anak yang harus harus dilindungi, dibujuk, ataupun dilimpahi kasih sayang.
Nandong juga sering digunakan dalam cerita rakyat. Misalnya dalam cerita Putih Runduak Putih Rauwani yang berkisah tentang seekor kerbau yang memiliki seorang anak gadis yang cantik. Setiap kali sang ibu hendak pergi atau pulang bekerja, ia selalu bernandong meminta kepada anaknya untuk membukakan pintu. Di dalam cerita Kanulit, nandong dilantunkan saat Kanulit (seorang perempuan) menandongi sekuntum bunga yang selalu mengejarnya saat mandi di sungai. Selain cerita rakyat di atas, masih banyak cerita rakyat lainnya yang mengandung nandong di dalamnya yang memperlihatkan luasnya pengaruh nandong dalam tradisi lisan Melayu pada umumnya, dan Melayu Kuantan khususnya.
Bentuk dan Penyajian
Di dalam penyajian, nandong dilantunkan oleh seorang perempuan dalam peran ibu, jarang laki-laki melakukannya. Hal ini terkait dengan fungsi kultural ibu sebagai pengasuh anak dan pemberi nilai-nilai dasar kebaikan.
Penyajian nandong umumnya menyesuaikan waktu tidur anak pada pagi, tengah hari, dan siang menjelang sore. Nandong jarang dilantunkan pada malam hari.
Peran Nandong
Nandong tidak hanya berfungsi sebagai nyanyian pengantar (pembujuk) tidur semata, tetapi juga menjadi media untuk menyampaikan pesan, terutama nilai-nilai kebaikan yang diharapkan dapat tertanam dalam pikiran anak. Dengan demikian, nandong juga menjadi sarana pendidikan awal.
Lirik-Lirik
Lirik nandong tersusun dari frasa dan pantun yang saling berjalin menjadi satu rangkaian. Frasa digunakan sebagai pembuka dan penghubung bait-bait pantun, perekat antar pantun.
Lirik nandong dilantunkan bukan secara hafalan, selayaknya tradisi lisan lainnya. Pelantunannya merupakan ruang ekspresi dan improvisasi individual, sang pelantun, terhadap lirik formulaik yang ada. Tiap lantunan nandong menjadi bentuk penyajian tunggal karena pelantun yang sama pun tidak akan menampilkan nandong secara sama pada waktu yang berbeda.
la dilolok nak, sayang babuai sudah tidur nak, sayang berbuai
tiduarlah sayang nak ayun tidurlah sayang nak ayun
babuai ayun, tiduarlah nak sayang berbuai ayun, tidurlah nak sayang
godanglah nak dore besarlah nak cepat
tompek bagantuang sumangek omak tempat bergantung semangat ibu
jiko anak godang nak dore jika anak besar nanti
konang nak nasib untuang nen malang kenang nak nasib untung nan malang
tiduarlah sayang tiduar den buai tidurlah sayang tidur kubuai
dalam buayan nak buruak omak dalam buaian anak buruk ibu
kok godang bisuak nak kalau besar besok nak
konang jo omak kenang juga ibu
kalaunyo tuo nak bujang sayang kalau dia tua anak bujang sayang
usah babiduak nak, usaha badayuang jangan berbiduk nak, jangan berdayung
badayung badai kok tibo berdayung badai mungkin tiba
iyo badayuang nak badai kok tibo kalau berdayung nak badai mungkin tiba
usahlah duduak nak, usah bamonuang jangan duduk nak, jangan bermenung
bamonuang hati nak, iyo kok ibo bermenung hati nak, mungkin akan iba
sayang la bujang nak, yo den ayunan sayanglah bujang nak, ya kuayunkan
sayang rang manjo, rang sayang omak sayang anak manja, anak sayang ibu
i la lae sayang babuai nak berbuai nak
rang bujang sayangi anak bujang sayang
la lae sayang nak sayang
den ayun, tiduarlah nak, tiduarlah sayang kuayun, tidurlah nak, tidurlah sayang
babuai sayang babuai berbuai sayang berbuai
tiduarlah nak tiduarlah sayang tidurlah nak, tidurlah sayang
kok tiduar nak tiduarlah sayang kalau tidur nak tidurlah sayang
babuai omak buaian berbuai ibu buaian
iyo kok tiduar nak jangan bolaku kalau tidur nak jangan berulah
sayang di omak juo nen kini sayang ibu juga kini
payah bonar nak baladang padi sungguh susah nak berladang padi
baladang padi nak yo den serakkan berladang padi nak ya kusemaikan
tumbuah nak diujung oo inyo tumbuh nak di ujungnya
tumbuah nak diujung inyo tumbuh nak di ujungnya
payah bonar nak di dalam hati payah benar nak di dalam hati
den sobuak nak buruak jadinyo kusebut nak buruk jadinya
den sobuak nak buruak jadinyo kusebut nak buruk jadinya
banyak kain nak den pakaian banyak kain nak telah kupakai
indak kain sijarang iko bukan kain sejarang ini
iyo jarang nak den baok mandi kalaupun jarang kubawa mandi
iyo kok mandi tarondam pulo kalau mandi terendam pula
banyak main nak den po main banyak main nak telah kumainkan
indak main sisayang iko bukan main sesayang ini
kok sayang nak den baok mati kalau sayang nak kubawa mati
kok mati mandondam pulo kalau mati mendendam pula
sayang di mano kini sayang di mana kini
lo la dilolok nak e lo la dilelap nak e
la la den lo la la di lo lo lal a ku lo la la di lolo
taruntun nak tali taruntun taruntun nak tali taruntun
ndak batali bonang lai tidak bertali benang lagi
matohari bajojak turun nak matahari berjejak turun nak
pikiran omak tak sonang lai pikiran ibu tak senang lagi
pikiran omak tak sonang lai pikiran ibu tak senang lagi
ambiak rotan paotuar timbo ambil rotan penjalin timba
panimbo nak Lubuak Sumboyang penimba nak Lubuk Sumboyang
ambiak eten lotakken iko ambil sana letakkan disini
jangan baduo tompek sayang jangan berdua tempat sayang
jangan baduo tompek sayang jangan berdua tempat sayang
rang bujang nak rang manjo omak anak bujang nak anak manja ibu
tidurlah nak tiduarlah sayang tidurlah nak tidurlah sayang
jangan maulah juo ang jangan berulah lagi
palang basakik nak padi salibu palang bersakit nak padi salibu
sacupak nak ampo layangngo secupak nak hampa singkirkan
sapinggan nak dapek nasinyo sepinggan nak dapat nasinya
sayang di mano kini sayang di mana kini
basakik bonar nak dun sanak ibu bersakit besar nak saudara seibu
batumpak nak tompek sayang ngo bertumpak nak tempat sayangnya
bainggan dalam hatinyo berbatas dalam hatinya
la bainggan dalam hati yo sudah berbatas dalam hatinya
Sumber:
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja