useum yang menceritakan sejarah migrasi Hakka ke Nusantara dengan berbagai koleksi yang bervariatif khas budaya dan tradisi masyarakat Tiongko Indonesia.
Jakarta selain menjadi pusat Ibukota Indonesia, kawasan ini juga menyimpan beragam cerita menarik yang patut ditelusuri dari berbagai macam sudut pandang yang asik untuk dikulik. Selain menampilkan ciri khas yang unik, kawasan wisata Jakarta ini juga menyajikan tempat wisata budaya dari berbagai suku dan etnis yang berada di dalamnya.
Bagi sahabat Direktori Wisata Indonesia yang ingin mengetahui sejarah Tionghoa, maka kita dapat mengunjungi Museum Hakka Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
Di salah satu objek wisata Jakarta, kita akan dapat menemukan cerita kedatangan orang Tionghoa ke Nusantara, profesi orang-orang Tionghoa pada masa penjajahan Belanda, serta para tokoh orang Tionghoa yang berjasa kepada bangsa Indonesia hingga kesenian dan budaya Tionghoa.
Museum Hakka Indonesia berada dekat Museum Listrik dan Energi Baru, tepatnya berada di belakang area Taman Budaya Tionghoa Indonesia. Bangunan museum yang meniru bangunan Tulou di Tiongkok.
Konon, informasi yang Direktori Wisata Indonesia dapatkan di lokasi, bangunan arsitektur Museum Hakka Indonesia – TMII bertujuan menyatukan berbagai suku bangsa didalam satu benteng yang kokoh yang tidak akan mudah dihancurkan oleh musuh dari luar Indonesia.
Di dalam Museum Hakka Indonesia, sahabat Direktori Wisata Indonesia dapat menyaksikan sebuah gambaran gotong royong yang kuat dan sehati karena terlindungi benteng Tulou yang bundar.
Bila sahabat Direktori Wisata Indonesia berkunjung ke lokasi wisata ini, maka kita akan disambut dengan bangunan bundar mirip benteng berwarna kuning pucat di seberang danau kecil nan indah.
Pintu masuk berwarna coklat dari kayu jati gedung Museum Hakka Indonesia tersebut akan mengantarkan sahabat Direktori Wisata Indonesia ke dalam lembaran sejarah Tionghoa Indonesia dengan lampu-lampu lampion yang menggantung di seluruh bagian atap museum.
Dari informasi yang Direktori Wisata Indonesia terima di lokasi, nama dari Museum Hakka Indonesia diambil dari nama subsuku Han yang bermigrasi dari Tiongkok bagian utara menuju Tiongkok bagian selatan.
Sedangkan untuk “Hakka” sendiri dalam bahasa Indonesia berarti tamu atau pendatang. Konon dari sejarahnya, bangsa Tionghoa sudah menjadi tamu dan hidup di banyak negara seperti Arab, India bahkan Indonesia.
Sumber : https://direktori-wisata.com/museum-hakka-indonesia-the-spirit-of-hakka-indonesia/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.