Swarapendidikan.co.id (KOTA SUKABUMI) – Ingin mempelajari lebih dekat jejak kebudayaan Suku Sunda, khususnya jejak sejarah peninggalan kerajaan Prabu Siliwangi? Berkunjunglah ke kota Sukabumi, tepatnya di Komplek Pesantren Dzikir Al Fath, Perum Gading Kencana Asri, Jl. Merbabu Kel. Karang Tengah, Kec. Gunung Puyuh, Kota Sukabumi.
Di Kompleks Ponpes Dzikir Al-Fath yang luasnya lebih kurang 1 Ha itu terdapat sebuah museum yang menyimpan ratusan benda-benda cagar budaya yang memiliki nilai historis tinggi peninggalan kerajaan Prabu Siliwangi milik pribadi DR. Fajar Laksana, SE, CQM, MM yang merupakan salah satu keturunan ke 17 Prabu Siliwangi, sekaligus pimpinan Ponpes Dzikir Al-Fath.
Museum Prabu Siliwangi yang terdaftar sebagai anggota Museum Nasional Indonesia dengan nomor 175 dan terdaftar sebagai museum sejarah Sunda di tingkat Provinsi Jawa Barat dengan nomor 15 ini dibuka untuk umum. Senin sampai Minggu pukul 09.00 – 16.00. Pengunjung yang datang juga tidak dikenai biaya masuk, tetapi bisa memberikan bantuan secara sukarela melalui kotak amal yang disediakan pengelola.
Sejarah Prabu Siliwangi Bukan Mitos
Menurut salah satu pengelola museum Prabu siliwangi, Iwan Kriswanjuna, SE yang akrab disapa Ki Dulang menjelaskan, dipamerkannya benda-benda peninggalan Prabu Siliwangi kepada masyarakat umum adalah untuk memperkenalkan bahwa di Sukabumi ada museum budaya tentang sejarah Prabu Siliwangi yang pernah hidup dizamannya dan bukan sekedar mitos, tetapi legenda yang benar-benar ada.
“Belum lama ini (28 November – 31 Desember 2016) sengaja kami datangkan beberapa tokoh arkeologi nasional, dan kita seminarkan. Hasilnya salah satu arkeolog nasional, DR. Tony subiantoro, mengatakan bahwa benda-benda cagar budaya peninggalan Prabu Siliwangi, hampir 70 persen asli. Bahkan beberapa ahli lainnya juga mengakui bahwa benda yang ada disini sudah ada yang usianya 5000 tahun sebelum masehi . Ini yang membuat kami semakin termotivasi dan menambah yakin bahwa tidak salah jika kita gelar pameran ini,” jelas Ki Dulang saat SP berkunjung kesana. Minggu (25/12/16).
Diakui kebenarannya
“Dengan dengan adanya pameran ini, kami ingin memberikan pengetahuan sekaligus mengenalkan kepada masyarakat bahwa di sukabumi ada museum yang nilai sejarahnya benar-benar diakui oleh pemerintah, para ahli sejarah, dan masyarakat sekaligus menepis mitos-mitos negative tentang sejarah Prabu siliwangi, sebab kami punya bukti otentiknya yang tidak diragukan lagi kebenarannya, termasuk pimpinan ponpesnya yang merupakan salah satu keturunan ke 17 secara silsilah dan itu bisa dibuktikan kebenarannya.” ujar pria ganteng yang juga seorang penulis dan peneliti benda-benda cagar budaya pajajaran.
Selama ini lanjut Ki Dulang lagi, banyak pengunjung khususnya anak-anak sekolah mulai dari tingkat SD hingga SMA datang dari luar kota sukabumi. Maka dengan adanya pameran ini kita berharap warga Sukabumi sendiri semakin tahu asal-usul kerajaan sunda dan masyarakat semakin mencintai kebudayaannya dan tidak mati obor terhadap sejarahnya sendiri.
Kepada SP Ki Dulang juga menjelaskan, benda-benda ini sejak 2007 sudah mulai dikumpulkan. Selain mencari informasi dari masyarakat dan hunting ke wilayah-wilayah yang memiliki nilai cagar budaya, kita juga dibantu oleh masyarakat terkait temuan benda-benda cagar budaya yang bisa kita teliti keaslian dan kebenarannya.
Ki Dulang mengaku akan terus melakukan penelusuran guna mengungkap keberadaan benda-benda bersejarah terutama berkaitan dengan peninggalan budaya Sukabumi.
“Kami akan terus mencari benda-benda tersebut agar tidak punah. terpenting lagi langkah ini dilakukan untuk menelusuri jejak budaya Suku Sunda. Karena setiap benda-benda sejarah memiliki pesan-pesan tertentu dari pembuatnya di masa lalu dan semua itu mengandung makna dan hikmah yang besar,” tandasnya.
Dari batu sampai kitab kuno dipamerkan di museum ini
Menurut Ki Dulang, benda-benda peninggalan Prabu Siliwangi ini baru dipamerkan untuk umum pada 2013 sampai sekarang. Benda yang dipamerkan di Museum Prabu Siliwangi terdapat 10 arca, 30 batu bertulisan, serta tulisan-tulisan kuno dengan media daun lontar, kulit kayu, kulit binatang, dan kertas sebanyak 40 lembar. Ada juga kitab kuno yang berisi sejarah Pajajaran. Benda lainnya berupa kujang, keris, dan tombak yang Jumlahnya cukup banyak.
“Ada sekitar 300 an untuk jenis batu, sementara untuk persenjataan ada sekitar 200 an. Sebagian benda-benda lainnya masih disimpan karena keterbatasan ruangan yang hanya 6 X 8 m2,” ungkap Ki Dulang.
Senada dengan Ki Dulang, Musa atau biasa disapa Ucok yang juga pengurus museum Prabu Siliwangi, mengatakan bahwa fungsi utama museum ini adalah untuk kepentingan pendidikan bagi masyarakat.
“Banyak pengunjung yang berasal dari mancanegara seperti Inggris, Singapura, Brunei Darussalam, dan Amerika Serikat,” ujar Ucok.
Dia menambahkan, selama ini pemilik Ponpes Dzikir AlFath terus mempromosikan museumnya kepada para pencinta benda purbakala ke berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Bahkan Fajar Laksana, pimpinan Ponpes Dzikir Al-Fath, pemilik museum Prabu Siliwangi sekaligus salah satu keturunan ke 17 Prabu Siliwangi, pernah diundang ke China untuk memperkenalkan benda-benda bersejarah yang tersimpan di Museum Prabu Siliwangi miliknya. (gus)
sumber : https://museumprabusiliwangi.org/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.