Nama Museum Budaya Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja memang terbilang sulit untuk diucapkan. Bahkan oleh masyarakat Purbalingga sendiri. Kota dimana tokoh tersebut berasal. Tidak mengherankan jika sebagian besar orang lebih akrab menyebutnya dengan nama Museum Soegarda saja.
Foto oleh : Bagus Permana
DISAMBUT KAKANG MBEKAYU
Museum Soegarda terletak di pusat kota Purbalingga. Tepat di tikungan utara Alun-alun Purbalingga. Satu letak dengan Perpustakaan Umum Daerah yang juga bernama sama.
Beberapa waktu lalu, –untuk ketiga kalinya– saya mendatangi Museum Soegarda. Kali ini memang dengan misi yang berbeda. Tidak hanya sekedar mencari cerita sejarah dibalik sebuah benda bersejarah namun juga mengenai museum ini sendiri.
Sekira jam 11 siang, suasana museum terasa lengang. Tak terlihat ada pengunjung lain. Mungkin karena awal pekan dan jam aktivitas ya ? Untungnya, kesiap-siagaan pemandu disana meluluh lantakkan rasa canggung saya yang datang seorang diri.
Memasuki ruangan sekira 250 m² , saya langsung disambut patung kakang mbekayu Purbalingga. Khas dengan beskap hitam & kebaya kuthu baru hitam dengan sapu tangan pink. Elegan.
Foto diambil dari fandihakim-lifeadventure.blogspot.com
Mengawali “petualangan” ke masa lalu, pengunjung disuguhi benda-benda koleksi pribadi Prof. Dr. R. Soegarda Poerbawatja. Mulai dari kacamata, peralatan makan sampai patung asmat. Hmm, apakah hubungan antara patung asmat ini dengan Prof. Soegarda ?
TOKOH ASLI PRIGI
Profesor Soegarda adalah tokoh pendidik asli desa Prigi kecamatan Padamara Purbalingga. Kiprahnya dalam dunia pendidikan sudah dimulai sejak 1921. Profesor Soegarda pernah menjabat sebagai dekan 17 Agustus 1945 (UNTAG) di Jakarta serta rektor Universitas Cendrawasih Papua. Itulah mengapa patung asmat masuk dalam koleksi pribadinya.
Foto diambil dari fandihakim-lifeadventure.blogspot.com
Prof. Dr. R. Soegarda Purbakawatja dilahirkan pada 15 April 1899. Sejak tahun 1921, Profesor Soegarda sudah aktif dalam dunia pendidikan maupun kegiatan masyarakat lainnya. Beliau dikenal sebagai sosok yang kritis, aktif serta disiplin. Bahkan disiplinnya yang tinggi mendekati karakteristik disiplin Bung Hatta. Tokoh pendidikan ini wafat pada 7 Desember 1984 dan dimakamkan di Pemakaman Giri Cendana Purbalingga.
LATAR BELAKANG
Museum pertama di Purbalingga ini digagas oleh Bupati saat itu, Drs. Triyono Budi Sasongko, MSi. Dimana pada saat itu, banyak ditemukan benda-benda purbakala di Purbalingga namun ditempatkan di museum luar daerah. Purbalingga sendiri memang mempunyai banyak potensi benda-benda pra sejarah, seperti yang terdapat di desa Ponjen, Limbasari ataupun Dagan.
FILOSOFI
Museum Budaya Prof. Dr. R Soegarda Purbakawatja diresmikan pada 24 April 2003 oleh Gubernur Jawa Tengah saat itu Mardiyanto dengan nama UPTD Perpustakaan Umum dan Museum Budaya dan Prof. Dr. .R Soegarda Purbakawatja.
Isi koleksi museum ini adalah benda-benda bernilai sejarah dan budaya yang menggambarkan pilar-pilar kesuksesan hidup seseorang yang juga menjadi filosifi dalam kehidupan seseorang. Seperti : kukila, senjata, turangga, wanita dan griya.
Kukila berarti kesenangan
Senjata berarti senjata
Turangga berarti kendaraan
Wanita berarti koleksi busana dan perhiasan
Griya berarti koleksi perlengkapan dalam rumah
KOLEKSI
Sebenarnya jumlah koleksi di Museum Soegarda telah menembus angka diatas 2000 buah. Namun karena keterbatasan ruang, sebagian koleksi mata uang, wayang dan artefak dipindahkan ke museum khusus di kompleks Sanggaluri Park, Karang Banjar.
Lalu koleksi apa sajakah yang masih bisa kita temukan disini ? Saya melihat masih ada bermacam peralatan rumah tangga / gerabah antic, lesung, ani-ani dan sejumlah peralatan bertani, peralatan nderes, pekinangan, kamera kuno, radio kuno, telepon kuno, mata uang kuno, wayang, tempat tidur yang digunakan salah satu Bupati Purbalingga jaman dahulu, peralatan tenun, peralatan batik, sepeda kuno, perhiasan bahkan sampai senjata.
Koleksi tertua
Koleksi tertua disini berupa senjata, yaitu TOMBAK. Tombak ini merupakan cikal bakal pemerintahan di pbg. Dimana sebuah daerah baru haruslah diberi tanda / kekuatan magis yang dilambangkan dalam bentuk senjata tombak. Tombak ini diberikan oleh Kasunanan Solo pad amasa awal berdirinya Purbalingga. Semula, tombak ini berjumlah 36, namun hanya 12 saja yang berhasil diselamatkan. Dan senjata-senjata ini masih rutin dijamas pada waktu-waktu tertentu.
PINDAH LOKASI
Menurut pengelola museum, Adi Purwanto, dikarenakan katerbatasan lahan Museum direncanakan akan dipindah ke lokasi eks Damkar atau di sebelah timur museum sekarang.
“ Karena nanti dekat dengan operational room (O.R, lokasi di depan Pendopo Dipokusumo, belakang eks Damkar), maka pengunjung akan masuk melalui O.R terlebih dahulu. Dan pengunjung akan disuguhi tayangan audio visual dari sini sebelum melihat langsung koleksi di museum”, kata Adi Purwanto.
sumber :https://cahyanitarahardjo.wordpress.com/2013/04/20/museum-soegarda-poerbakawatja-media-belajar-sejarah-budaya/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja