|
|
|
|
Museum Prangko Indonesia Tanggal 29 Dec 2018 oleh Roro . |
Museum Perangko Indonesia TMII menempati bangunan besar di kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, dibuat menggunakan arsitektur bergaya Jawa Bali dengan gapura masuk candi bentar serta pendopo besar di bagian depan. Sepeda pos antik merk Falter buatan Jerman Barat tahun 1950 diletakkan di serambi museum. Sepeda ini lazim digunakan oleh jawatan pos di negara-negara Eropa dan Indonesia, sehingga dikenal sebagai sepeda pos. Populasi sepeda ini di Indonesia kurang dari 100 buah, sehingga banyak diburu orang.
Ini sebenarnya kunjungan sampingan, ketika menemani Olyvia Bendon melihat pameran Christie Damayanti yang berlangsung di teras Museum Perangko Indonesia ini. Lantaran pintu terbuka, maka masuklah kami untuk mengintip koleksi museum yang diprakarsai Ibu Tien Soeharto. Di halaman museum terdapat tugu bola dunia, yang di atasnya terdapat patung burung merpati membawa sepucuk surat, melambangkan pekerjaan Pos Indonesia yang melayani pengiriman kabar ke seluruh dunia.
Meskipun pemakaian perangko telah banyak tergantikan SMS, email, BBM, Whatsapp dan medsos, namun sampai beberapa tahun tahun lalu PT Pos Indonesia masih mencetak tiga juta perangko setiap tahunnya. Adalah para kolektor dan penggemar filateli yang masih membeli dan menggunakan perangko untuk bertukar koleksi dengan teman mereka di dalam dan luar negeri.
Sumber : Dokumentasi Museum Jakarta
Gerbang masuk candi bentar Museum Perangko terlihat di ujung sana, yang fotonya diambil dari tengah pendopo museum yang terbuka di keempat sisinya. Candi bentar adalah gerbang yang bagian atasnya tidak bersambung, jika bersambung disebut gapura paduraksa. Pintu masuk ke ruang Museum Perangko Indonesia berhias suluran, dan tepat diantara pintu museum terdapat patung Hanoman. Hanoman adalah raja kera yang menjadi duta Rama untuk berkirim kabar kepada Shinta yang tengah dikurung Rahwana di Kerajaan Alengka.
Di atas patung Hanoman terdapat logo Pos Indonesia, dan di sebelah kanannya terdapat bus surat kuno dari jawatan pos di jaman kolonial yang keterangannya masih menggunakan bahasa Belanda, Brievenbus. Pada 1906 jawatan pos di Hindia Belanda berubah menjadi Posts Telegraafend Telefoon Dienst atau Jawatan Pos Telegraf dan Telepon (PTT), dan pada tahun 1923 kantor pusatnya dipindahkan ke Kota Bandung dibawah Dinas Pekerjaan Umum (Burgerlijke Openbare Werker). Di jaman pendudukan Jepang, Jawatan PTT diambil alih bala tentara Jepang.
Ketika masuk ke ruangan utama Museum Perangko Indonesia kami disambut perangko berukuran besar bergambar Ibu Tien Soeharto, dengan nominal 700. Ruangan Museum Perangko Indonesia ini bentuknya melingkar, dengan Bblok Penyajian dari I – VI menyajikan diorama, peralatan pos, dan panel berisi koleksi perangko. Diorama di Blok Penyajian V Museum Perangko Indonesia memamerkan koleksi perangko yang disusun berdasarkan tema, seperti kebudayaan, pariwisata, flora, fauna, lingkungan hidup, dan kemanusiaan.
Ada instalasi menarik di Blok Penyajian I Museum Perangko Indonesia TMII yang berisikan Sejarah Perangko, termasuk bagaimana pengiriman kabar dilakukan pada jaman dahulu yang menggunakan daun lontar. Daun lontar dimasak lebih dahulu sebelum digunakan, dan untuk menulis digunakan pengutik. Contoh pohon lontar dan pengutik diperlihatkan di bagian ini.
Di Museum Perangko Indonesia TMII ada contoh stempel pos jaman VOC, Daendels, Raffles (dalam bahasa Inggris), dan Hindia Belanda. Lalu ada miniatur Pedati Pos, Kuda Pos, Kereta Pos, perahu layar Pacalang, dan Kapal VOC. Di atasnya ada foto Sir Rowland Hill (lahir 1795), Bapak Perangko Dunia yang mencetuskan gagasan pemakaian perangko sebagai tanda pelunasan biaya pengiriman surat. Ada pula replika Penny Black, perangko pertama di dunia yang terbitkan 1840, foto Kantor Pos Batavia yang didirikan G.W Baron van Imhoff pada 26 Agustus 1746, perangko Hindia Belanda pertama yang terbit 1 April 1864 bergambar Raja Willem III yang dirancang oleh JW Kaiser dari Amsterdam dan dicetak oleh Mint di Utrecht, Belanda.
Di Blok Penyajian II Museum Perangko Indonesia diperlihatkan proses pembuatan perangko, menampilkan patung perancang perangko, lengkap dengan peralatannya. Ada pula silinder cetak perangko, pelat cetak perangko semasa revolusi, film positif, foto proses pembuatan perangko, dan contoh perangko di jaman republik yang pernah diterbitkan. Blok Penyajian III Museum Perangko Indonesia TMII berisi seri perangko periode perang kemerdekaan yang dicetak di Wina dan terbit 1948.
Diantaranya perangko Peta Indonesia, Prajurit dan Danau Toba, Angkatan Perang dan Jenderal Sudirman, Ngarai Sianok, Sutan Syahrir dan Thomas Jefferson, dan banyak lagi. Harganya dari 1 sen hingga 80 sen. Ada perangko cetakan Yogyakarta yang terbit pada 1 Juli 1947, perangko peringatan kembalinya pemerintah RI di Yogyakarta yang terbit 20 Juli 1949, seri peringatan kegagalam blokade Belanda, dan seri penembus blokade Belanda untuk pos udara. Di tengah blok terdapat lukisan peristiwa penurunan bendera di Hotel Majapahit Surabaya.
Sedangkan Blok Penyajian VI memamerkan perangko berdasar tema, seperti olah raga dan pramuka, dan panel terkait filateli yang bisa menjadi investasi jangka panjang dengan hasil mencengangkan. Salah satu perangko termahal di dunia misalnya adalah perangko Hindia Belanda pertama bertahun 1864, berstempel "Ngawi, Jawa Timur" dengan nominal 10 sen, yang konon dihargai hingga Rp 20 miliar. Museum Perangko Indonesia tampaknya menjadi semacam tempat bernostalgia bagi generasi yang dimasa remajanya belum mengenal sms, email, dan medsos. Perangko tidak boleh mati, karena bisa menjadi prasasti yang bercerita kepada publik berpuluh generasi kemudian, tentang banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh email, sms, dan komunikasi modern sejenisnya.
Sejarah mencatat, pada 27 September 1945 terjadi aksi pengambilalihan sepihak Kantor Pusat Jawatan PTT di Bandung oleh Angkatan Muda PTT (AMPTT) dari tentara Jepang, dan mengumumkan berdirinya Jawatan PTT Republik Indonesia. Tanggal itu kemudian diperingati sebagai Hari Bakti PTT atau Hari Bakti Parpostel. Kisahnya bisa dibaca di Museum Pos Indonesia.
Sumber : https://www.aroengbinang.com/2018/02/museum-perangko-indonesia-tmii-jakarta.html
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |