Museum Perangko Indonesia TMII menempati bangunan besar di kompleks Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur, dibuat menggunakan arsitektur bergaya Jawa Bali dengan gapura masuk candi bentar serta pendopo besar di bagian depan. Sepeda pos antik merk Falter buatan Jerman Barat tahun 1950 diletakkan di serambi museum. Sepeda ini lazim digunakan oleh jawatan pos di negara-negara Eropa dan Indonesia, sehingga dikenal sebagai sepeda pos. Populasi sepeda ini di Indonesia kurang dari 100 buah, sehingga banyak diburu orang.
Ini sebenarnya kunjungan sampingan, ketika menemani Olyvia Bendon melihat pameran Christie Damayanti yang berlangsung di teras Museum Perangko Indonesia ini. Lantaran pintu terbuka, maka masuklah kami untuk mengintip koleksi museum yang diprakarsai Ibu Tien Soeharto. Di halaman museum terdapat tugu bola dunia, yang di atasnya terdapat patung burung merpati membawa sepucuk surat, melambangkan pekerjaan Pos Indonesia yang melayani pengiriman kabar ke seluruh dunia.
Meskipun pemakaian perangko telah banyak tergantikan SMS, email, BBM, Whatsapp dan medsos, namun sampai beberapa tahun tahun lalu PT Pos Indonesia masih mencetak tiga juta perangko setiap tahunnya. Adalah para kolektor dan penggemar filateli yang masih membeli dan menggunakan perangko untuk bertukar koleksi dengan teman mereka di dalam dan luar negeri.
Sumber : Dokumentasi Museum Jakarta
Gerbang masuk candi bentar Museum Perangko terlihat di ujung sana, yang fotonya diambil dari tengah pendopo museum yang terbuka di keempat sisinya. Candi bentar adalah gerbang yang bagian atasnya tidak bersambung, jika bersambung disebut gapura paduraksa. Pintu masuk ke ruang Museum Perangko Indonesia berhias suluran, dan tepat diantara pintu museum terdapat patung Hanoman. Hanoman adalah raja kera yang menjadi duta Rama untuk berkirim kabar kepada Shinta yang tengah dikurung Rahwana di Kerajaan Alengka.
Di atas patung Hanoman terdapat logo Pos Indonesia, dan di sebelah kanannya terdapat bus surat kuno dari jawatan pos di jaman kolonial yang keterangannya masih menggunakan bahasa Belanda, Brievenbus. Pada 1906 jawatan pos di Hindia Belanda berubah menjadi Posts Telegraafend Telefoon Dienst atau Jawatan Pos Telegraf dan Telepon (PTT), dan pada tahun 1923 kantor pusatnya dipindahkan ke Kota Bandung dibawah Dinas Pekerjaan Umum (Burgerlijke Openbare Werker). Di jaman pendudukan Jepang, Jawatan PTT diambil alih bala tentara Jepang.
Ketika masuk ke ruangan utama Museum Perangko Indonesia kami disambut perangko berukuran besar bergambar Ibu Tien Soeharto, dengan nominal 700. Ruangan Museum Perangko Indonesia ini bentuknya melingkar, dengan Bblok Penyajian dari I – VI menyajikan diorama, peralatan pos, dan panel berisi koleksi perangko. Diorama di Blok Penyajian V Museum Perangko Indonesia memamerkan koleksi perangko yang disusun berdasarkan tema, seperti kebudayaan, pariwisata, flora, fauna, lingkungan hidup, dan kemanusiaan.
Ada instalasi menarik di Blok Penyajian I Museum Perangko Indonesia TMII yang berisikan Sejarah Perangko, termasuk bagaimana pengiriman kabar dilakukan pada jaman dahulu yang menggunakan daun lontar. Daun lontar dimasak lebih dahulu sebelum digunakan, dan untuk menulis digunakan pengutik. Contoh pohon lontar dan pengutik diperlihatkan di bagian ini.
Di Museum Perangko Indonesia TMII ada contoh stempel pos jaman VOC, Daendels, Raffles (dalam bahasa Inggris), dan Hindia Belanda. Lalu ada miniatur Pedati Pos, Kuda Pos, Kereta Pos, perahu layar Pacalang, dan Kapal VOC. Di atasnya ada foto Sir Rowland Hill (lahir 1795), Bapak Perangko Dunia yang mencetuskan gagasan pemakaian perangko sebagai tanda pelunasan biaya pengiriman surat. Ada pula replika Penny Black, perangko pertama di dunia yang terbitkan 1840, foto Kantor Pos Batavia yang didirikan G.W Baron van Imhoff pada 26 Agustus 1746, perangko Hindia Belanda pertama yang terbit 1 April 1864 bergambar Raja Willem III yang dirancang oleh JW Kaiser dari Amsterdam dan dicetak oleh Mint di Utrecht, Belanda.
Di Blok Penyajian II Museum Perangko Indonesia diperlihatkan proses pembuatan perangko, menampilkan patung perancang perangko, lengkap dengan peralatannya. Ada pula silinder cetak perangko, pelat cetak perangko semasa revolusi, film positif, foto proses pembuatan perangko, dan contoh perangko di jaman republik yang pernah diterbitkan. Blok Penyajian III Museum Perangko Indonesia TMII berisi seri perangko periode perang kemerdekaan yang dicetak di Wina dan terbit 1948.
Diantaranya perangko Peta Indonesia, Prajurit dan Danau Toba, Angkatan Perang dan Jenderal Sudirman, Ngarai Sianok, Sutan Syahrir dan Thomas Jefferson, dan banyak lagi. Harganya dari 1 sen hingga 80 sen. Ada perangko cetakan Yogyakarta yang terbit pada 1 Juli 1947, perangko peringatan kembalinya pemerintah RI di Yogyakarta yang terbit 20 Juli 1949, seri peringatan kegagalam blokade Belanda, dan seri penembus blokade Belanda untuk pos udara. Di tengah blok terdapat lukisan peristiwa penurunan bendera di Hotel Majapahit Surabaya.
Sedangkan Blok Penyajian VI memamerkan perangko berdasar tema, seperti olah raga dan pramuka, dan panel terkait filateli yang bisa menjadi investasi jangka panjang dengan hasil mencengangkan. Salah satu perangko termahal di dunia misalnya adalah perangko Hindia Belanda pertama bertahun 1864, berstempel "Ngawi, Jawa Timur" dengan nominal 10 sen, yang konon dihargai hingga Rp 20 miliar. Museum Perangko Indonesia tampaknya menjadi semacam tempat bernostalgia bagi generasi yang dimasa remajanya belum mengenal sms, email, dan medsos. Perangko tidak boleh mati, karena bisa menjadi prasasti yang bercerita kepada publik berpuluh generasi kemudian, tentang banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh email, sms, dan komunikasi modern sejenisnya.
Sejarah mencatat, pada 27 September 1945 terjadi aksi pengambilalihan sepihak Kantor Pusat Jawatan PTT di Bandung oleh Angkatan Muda PTT (AMPTT) dari tentara Jepang, dan mengumumkan berdirinya Jawatan PTT Republik Indonesia. Tanggal itu kemudian diperingati sebagai Hari Bakti PTT atau Hari Bakti Parpostel. Kisahnya bisa dibaca di Museum Pos Indonesia.
Sumber : https://www.aroengbinang.com/2018/02/museum-perangko-indonesia-tmii-jakarta.html
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...