Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Museum Jawa Timur Malang
Museum Musik Indonesia
- 2 Januari 2019

9 Maret, kembali diperingati sebagai Hari Musik Nasional. Peringatan ini adalah wujud pengakuan diri bangsa Indonesia bahwa musik merupakan bagian dari kebanggaan nasional. Melalui peringatan Hari Musik Nasional, insan musik dapat semakin termotivasi untuk berprestasi. Masyarakat pun diharapkan senantiasa mendukung perkembangan musik di tanah air. Peran dan kedudukan musik sangat strategis dalam industri kreatif yang  sedang gencar dibangun oleh pemerintah saat ini. Tanggal 9 Maret juga merupakan kelahiran pencipta lagu Indonesia Raya WR Supratman.

Kebiasaan bersenandung, menulis syair, dan memainkan tabuhan tradisional menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia sangat akrab dengan kegiatan bermusik sejak dulu. Tak hanya musik tradisional atau etnis, berbagai genre mulai dari dangdut, pop, rock, jazz, blues, campur sari dan lain sebagainya mendapatkan ruang di Indonesia. 

Sejarah mencatat, banyak musisi dan karya hebat lahir dalam setiap zaman dan periode perkembangan musik di Indonesia. Industri musik di tanah air seolah tak pernah kehabisan bakat. Sejumlah legenda pun musik masih setia berkarya. Para penikmat musik seolah terus  berpesta dengan karya-karya yang terus bermunculan.

Gedung Kesenian Gajayana di Kota Malang. Museum Musik Indonesia menempati lantai 2 gedung ini (dok. pribadi).
Rak dan lemari etalase koleksi Museum Musik Indonesia (dok. pri).
 

Di Malang, Jawa Timur, ada sebuah tempat menarik yang bisa menjadi rujukan untuk menyimak sejarah, perkembangan, dan ragam musik yang menemukan panggungnya di Indonesia. Tempat itu bernama Museum Musik Indonesia (MMI) yang menempati lantai 2 Gedung Kesenian Gajayana di Jalan Nusakambangan No. 19, Kota Malang.

Memasuki ruangannya, pengunjung akan langsung dihadapkan dengan etalase koleksi piringan hitam di samping pintu. Saat pandangan menyapu seisi ruangan, terlihat lebih banyak lagi koleksi yang terpajang rapi di sejumlah rak dan lemari. Pada salah satu dinding terpampang potret besar Chrisye.

Museum ini merupakan satu-satunya museum musik di tanah air. Meski baru diresmikan oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI pada 19 November 2016, sejarah MMI sebenarnya sudah dimulai sejak lama. Cikal bakalnya adalah Komunitas Pecinta Katjoetangan (Kayutangan) yang eksis sejak 1970-an. Komunitas ini berisikan para pecinta musik yang yang menghibahkan diri, tenaga, waktu, dan hartanya untuk merawat warisan musik yang ada. Kayu tangan sendiri dikenal sebagai daerah tempat berkumpulnya para pegiat seni di Malang tempo dulu. 

Seiring waktu, bendera Komunitas Pecinta Katjoetangan menjelma menjadi Galeri Malang Bernyanyi pada 2009. Galeri Malang Bernyanyi kemudian bertransformasi menjadi Museum Musik Indonesia pada 2015. Setelah didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM, MMI pun resmi berdiri. Pemerintah Kota Malang memberi dukungan dengan mengizinkan pengelola museum untuk menggunakan Gedung Kesenian Gajayana sebagai tempat Museum Musik Indonesia.

Ada lebih dari 17 ribu koleksi yang tersimpan di Museum Musik Indonesia. Sebagian besar berupa piringan hitam, kaset, CD, VCD, dan dokumentasi lainnya. Genrenya pun beragam mulai dari pop, rock, jazz, latin, lagu-lagu daerah, dan lain sebagainya.  Saat menyisir satu demi satu rak dan lemari koleksi, dijumpai beberapa nama penyanyi, grup vokal dan grup band saya yang masih eksis atau setidaknya lagu-lagu mereka masih diperdengarkan hingga kini.

Beberapa koleksi tergolong cukup langka dan sangat bernilai. Seperti kaset dari tahun 1950-an dan piringan hitam dari tahun 1924. Semua koleksi lawas yang ada masih dalam kondisi baik dan bisa diperdengarkan.

Sebagian besar koleksi di Museum Musik Indonesia didapatkan dari sumbangan para pecinta musik dan kolektor, baik dari Malang maupun luar Malang. Sebanyak 60-70%  koleksi merupakan karya musisi Indonesia. Sisanya adalah musisi luar negeri, mulai dari Eropa hingga Amerika Latin. Jika didata barangkali koleksi tersebut berasal dari sekitar 100 negara.

Selain koleksi yang sedang dipajang, Museum Musik Indonesia juga masih menyimpan ribuan koleksi lainnya yang menunggu giliran ruang untuk dipamerkan (dok. pri).

Selain material fisik berupa kaset, piringan hitam, dan CD, Museum Musik Indonesia juga memiliki koleksi dokumen berupa foto, buku, dan majalah lawas terkait musik, seni, dan hiburan. Di salah satu sudut ruangannya terpajang banyak judul majalah seperti Aktuil, Variasi, Varia, Indah, dan Film. Sementara di ruangan lainnya tersimpan kostum yang pernah dikenakan personel grup legendaris Dara Puspita. Museum ini juga menampilkan  profil musisi serta era perkembangan musik di Indonesia dalam bentuk poster dan panel sejarah yang tertempel di dinding.

Begitu banyak koleksi yang dimiliki Museum Musik Indonesia, tapi tidak semuanya bisa dipajang bersamaan karena ruangan yang tersedia tidak terlalu luas. Ribuan koleksi yang menunggu giliran dipajang disimpan di beberapa ruangan dan diletakkan di kardus-kardus berukuran besar. Koleksi-koleksi tersebut akan melalui tahap pemeriksaan, pemilahan dan inventarisasi terlebih dahulu sebelum dipamerkan.Museum ini membuka pintu lebar-lebar kepada siapapun yang ingin mengenal sejarah dan mempelajari perjalanan musik di tanah air. Pintu museum terbuka setiap hari dan tidak ada tiket masuk.

Mereka yang selama ini berkunjung ke Museum Musik Indonesia bukan hanya dari kalangan pecinta musik dan seni, tapi juga mahasiswa, peneliti, hingga artis kenamaan. Menurut salah seorang pengelola, pentolan grup legendaris Godbless Ian Antono sering datang sekaligus menjadi pembina museum ini. Nama-nama beken lain seperti Bens Leo, Yockie Suryoprayogo, dan Anang Hermansyah juga akrab dengan Museum Musik Indonesia.

Tak sekadar menjadi tempat penyimpanan dan etalase koleksi musik lawas, Museum Musik Indonesia juga berusaha berperan dalam edukasi dan pelestarian warisan musik Indonesia. Salah satunya melalui kerja sama dengan Lokananta di Surakarta.  Berkunjung ke Museum Musik Indonesia adalah pengalaman yang berharga. Bangsa ini boleh merasa beruntung dan bersyukur karena sepenggal jejak musik Indonesia beserta warisan-warisan karyanya yang tak ternilai itu masih terjaga sehingga bisa disimak untuk generasi-generasi yang akan datang.

 

sumber : https://www.kompasiana.com/wardhanahendra/58c0bcf4a923bd5206fe3d14/warisan-karya-tak-ternilai-di-museum-musik-indonesia

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Jembatan Plunyon Kalikuning
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...

avatar
Bernadetta Alice Caroline