Sumber : Medcom.id - Rhobi Shani
Berkunjung ke Masjid Agung Demak tak lengkap rasanya bila belum singgah ke Museum Masjid Agung Demak yang masih satu kompleks dengan lokasi masjid. Letaknya di sebelah utara serambi Masjid Agung Demak atau sebelah utara persis situs kolam wudhu bersejarah.
Museum Masjid Agung Demak berdiri di atas lahan seluas 16 meter persegi, dibangun dengan anggaran mencapai Rp 1,1 miliar yang berasal dari APBD Demak dan sisanya dari Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) Masjid Agung Demak. Di dalam museum tersimpan koleksi benda-benda bersejarah peninggalan Walisongo dan Masjid Agung Demak yang jumlahnya mencapai 60 koleksi.
Museum ini buka dari Senin hingga Minggu pada jam kerja. Tak ada tiket masuk alias gratis, tapi pengunjung dianjurkan untuk berinfaq seikhlasnya di kotak infaq yang disediakan pengelola.
Benda-benda bersejarah apa saja yang dapat kita lihat di Museum Masjid Agung Demak
Maket atau miniatur Masjid Agung Demak tersimpan di museumnya. Maket itu konon aslinya dibuat oleh Sunan Kalijaga, yang memang beliau adalah arsitek pembangunan Masjid Agung Demak. Termasuk dalam penentuan kiblat masjid yang konon dilakukan oleh Sunan Kalijaga.
Soal kiblat ini, pada abad ke-18 M (Masjid Agung Demak berdiri pada abad ke-15 M), pernah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari, mufti Kerajaan Banjarmasin dan penulis Kitab Sabilal Muhtadin, melawat ke Tanah Jawa dan menyelidiki pembuatan Masjid Demak, bahkan masjid-masjid seluruh Jawa. Maka beliau menyimpulkan bahwasannya masjid yang benar-benar tempat mihrabnya menghadap kiblat adalah Masjid Demak.
Menurut Zainal Abidin bin Syamsudin dalam bukunya Fakta Baru Walisongo (Pustaka Imam Bonjol, cet. 2, Maret 2017), demikian itu karena kepiawaian para sunan sebagai ahli dalam ilmu falak (astronomi).
museum juga tersimpan empat soko guru (tiang penyangga) bagian bangunan induk Masjid Agung Demak yang asli. Empat sokoguru itu adalah peninggalam empat wali, yaitu Sunan Bonang (Tuban), Sunan Gunungjati (Cirebon), Sunan Ampel (Surabaya), dan Sunan Kalijaga (Demak).
Soko guru yang saat ini menyangga bangunan induk Masjid Agung Demak adalah replikanya, di mana formasi tata letak keempat soko guru tersebut adalah sebagai berikut:
Pintu Bledeg adalah daun pintu berukir peninggalan murid Sunan Kalijaga yang bernama Ki Ageng Selo (Grobogan) yang dibuat pada tahun 1466 M atau 887 H. Daun pintu terbuat dari kayu jati berukir tumbuh-tumbuhan, jambangan, sejenis mahkota, dan kepala binatang mitos dengan mulut bergigi yang terbuka.
Menurut cerita rakyat yang berkembang (yang itu tentu hanya legenda belaka), kepala binatang tersebut menggambarkan petir yang konon pernah ditangkap oleh Ki Ageng Selo. Karena itulah orang-orang menamakan pintu itu sebagai Pintu Bledeg dan merupakan condro sengkolo yang berbunyi nogo mulat saliro wani, yaitu tahun 1388 Saka atau tahun 1466 Masehti atau 887 Hijrah.
Sumber : https://jatengnyamleng.com/2018/01/13/sejenak-melihat-benda-benda-purbakala-di-museum-masjid-agung-demak/
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.