|
|
|
|
Museum Lukisan Sidik Jari Tanggal 02 Jan 2019 oleh Roro . |
Berawal dari kekesalan karena tidak dapat menyelesaikan sebuah lukisan, secara tak sengaja ia menemukan tehnik yang kemudian membuatnya disebut maestro dan mendapatkan banyak penghargaan. Ia adalah I Gusti Ngurah Pamecutan, yang pada 9 April 1967 berniat merusak sebuah lukisan penari Bali karena merasa lukisannya jelek. Dengan ujung jari tangannya ia menakan-nekan kanvas lukisan yang masih basah tersebut. “Setelah saya lihat, kok justru malah lukisan tersebut menjadi menarik,” kata I Gusti Ngurah Gede Pamecutan menjelaskan proses penemuan tehnik lukisan sidik jari.
Sejak saat itu, pria yang saat ini berusia 80 tahun tersebut terus melukis dan mengembangkan tehnik sidik jari. Karena unik dan tidak ada duanya, karya-karya beliau diterima di dunia seni lukis dan mendapatkan apresiasi yang tinggi. “Saya belajar melukis secara otodidak karena dulu sewaktu mendaftar di Akademi Seni Rupa Indonesia (sekarang ISI-red) Bali tidak diterima, begitu pula saya gagal kuliah di ISI Yogyakarta karena alasan yang sama,” katanya.
Namun ia tak patah arang, cucu pahlawan nasional I Gusti Ngurah Rai ini terus mengembangkan minatnya. “Di depan rumah saya (sekarang Toko Buku Toga Mas) dulu tinggal seorang pelukis asal Malang, rumah ini menjadi tempat berkumpulnya para pelukis saat berkunjung ke Bali, salah satunya Affandi. Saya sering mencuri dengan perbincangan mereka, itu yang menginspirasi saya menjadi pelukis,” jelasnya.
Sekarang sudah 640 lukisan sidik jari sudah ia selesaikan hingga 2007, saat ia berhenti melukis karena terserang penyakit Parkinson. Namun sejak 1993 ia mulai mengumpulkan lukisannya sebagai rintisan museum lukisan sidik jari. Nah baru sejak 1995 museum resmi berdiri di Jl Hayam Wuruk No 175, Tanjung Bungkah, Denpasar, Bali. Saat ini, museum ini memiliki tak kurang 200 koleksi lukisan karya I Gusti Ngurah Gede Pamecutan, 98 diantaranya dengan teknik sidik jari.
Pada 2012, Meseum Record Dunia Indonesia (MURI) memberikan penghargaan pada I Gusti Ngurah Gede Pamecutan sebagai “Pelopor Teknik Melukis dengan Sidik Jari dan Kolektor Sidik Jari Terbanyak 1.507.725 Sidik Jari Pribadi Pelukisnya Sendiri”. Penghargaan tersebut diberikan berbarengan dengan pameran restrospektif beliau pada 6 Juni – 20 Agustus 2012 yang menampilkan karya terpilih.
Selain memajang lukisan sidik jari, museum ini juga menampilkan karya-karya lain I Gusti Ngurah Gede Pamecutan seperti kerajinan keramik, buku puisi, mainan anak-anak, hingga kerajinan kaca cermin. Di museum juga tersedia kursus menari, menabuh gamelan dan melukis. Sejak 2013, di lantai satu museum juga menyelenggarakan program pendidikan Taman Kanak-Kanak yang saat ini memiliki sekitar 140 siswa. Penyelanggaraan pendidikan TK ini agar anak-anak mengenal museum sejak dini, juga memancing para orang tua murid agar senang berkunjung ke museum. (Arief)
sumber :http://ulinulin.com/posts/museum-lukisan-sidik-jari-jejak-sang-maestro-i-gusti-ngurah-gede-pamecutan
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |