Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (FK-Unair) akhir pekan ini menggelar perayaan satu abad pendidikan kedokteran di Surabaya. Perayaan satu abad itu berdasarkan lembar negara pemerintahan Hindia Belanda bertanggal 8 Mei 1913. Salah satu penanda kegiatan yang rencananya dihadiri Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi itu, berupa peresmian gedung museum pendidikan FK Unair yang baru.
Gedung museum baru ini terletak di gedung sisi barat gedung utama FK Unair di Jl Dr Moestopo. Sehari sebelum diresmikan, Rabu (16/10/2013), di salah satu ruangan gedung, sudah digelar seminar tentang Peningkatan Kesadaran Tentang Diabetes dalam rangka Hari Diabetes Sedunia.
“Kegiatan ini merupakan yang “ngayari” pakai gedung museum, karena gedung baru akan diresmikan pada Kamis (17/10/2013),” kata Prof Dr Agung Pranoto Sp PD KEMD Mkes FINASIM, Dekan FK Unair.
Usai seminar, para peserta diajak keliling museum. Gedung ini terdiri atas beberapa ruangan yang dipisahkan dinding dan hanya dihubungkan dengan pintu. Tiap ruangan terlihat besar dan luas.
Dengan corak bangunan bergaya arsitektur Indisch yang dibangun pemerintah Hindia Belanda tahun 1921-1922 oleh dr Bows. Namun, berdasarkan salinan lembar negara pemerintahan Hindia Belanda yang dipajang di dinding dekat pintu utama museum, tercatat bila pendidikan kedokteran di Surabaya sudah disiapkan sejak tahun 1911. Kemudian ditindaklanjuti dengan mengeluarkan lembar negara semacam Surat Keterangan (SK) pendirian sekolah kedokteran di Surabaya pada 8 Mei 1913.Dilanjutkan pada tanggal 1 Juli 1913 mulailah didirikan sekolah kedokteran ini dengan nama Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS). Penerimaan mahasiswa baru dilakukan pada 15 September 1913 sebanyak 30 siswa.
“Dan dari lembar negara yang ditampilkan dalam bahasa Belanda itu, ketika diterjemahkan, ternyata alamatnya di Jl Kedungdoro 38. Baru setelah gedung di Jl Dr Moestopo ini selesai di tahun 1922, tahun 1923, pendidikan kedokteran di mulai di sini,” jelas dr Hendy Hendarto Sp OG (K), Ketua Panitia peringatan 1 Abad FK Unair.
NICA sendiri merupakan cikal bakal dari FK Unair. Sebagai pencetusnya adanya museum adalah Prof dr H Sentot Moestadjab Soeatmadji, mantan Dekan FK Unair tahun 1982 – 1985. Prof Sentot ternyata tidak hanya dokter. Dia juga dikenal sebagai sejarahwan FK Unair. Di tahun saat menjabat, dia mengaku prihatin dengan banyaknya barang lama yang ada di FK Unair.
“Kemudian saya minta untuk ada ruangan yang bisa menyimpan barang-barang itu. Pertama ya di sebuah gudang bekas garasi di gedung belakang FK. Kami jadikan museum. Jadi museum di sini ini adalah pindahan,” jelasnya ketika ditemui sambil menikmati koleksi benda-benda pendidikan dokter di gedung baru.
Selanjutnya, agar bisa lebih dinikmati lebih banyak orang, museum ini pindah di gedung perpustakaan FK Unair. Dan untuk menandai peringatan 1 abad FK Unair, museum ini dipindah ke depan. Di gedung dan ruangan yang lebih besar. Hal ini dilakukan untuk menampung benda-benda bersejarah yang sudah semakin banyak. Benda-benda itu meliputi banyak jenis. Mulai dari sejarah pendidikan dokter jaman NIAS, hingga berubah menjadi FK Unair. Dalam sejarah itu, NIAS ternyata sempat ditutup ketika pendudukan Jepang di tahun 1942. Kemudian baru buka setelah pemerintahan RIS.
Selama masih nama NIAS, pimpinannya masih orang Belanda. Hingga tahun 1950, NIAS berganti menjadi FK Unair dengan pimpinan pertama Prof Dr Muhammad Saat.
Setelah sejarah, dalam museum itu juga terdapat berbagai jenis buku materi pendidikan kesehatan yang tertulis dalam bahas Belanda. Buku-buku itu merupakan literatur buatan pemerintahan Hindia Belanda bersamaan dengan sekolah STOVIA, yang ada di Jakarta. Pada koleksi buku-buku itu tertulis cetakan tahun 1924.
Selain itu, juga ada banyak benda-benda yang berkaitan dengan pendidikan kedokteran zaman dulu. Seperti peralatan gunting operasi, perban, kapas, dan jenis obat-obatan. Juga ada patung anatomi tubuh sederhana yang digunakan belajar di tahun 1940-an. Juga awetan dari organ-organ manusia yang digunakan untuk materi pendidikan. Seperti otak, jantung, paru-paru, tengkorak, yang ditampilkan dalam tabung kaca berisi cairan kedap udara.
Prof Sentot sendiri, mengakui memiliki beberapa koleksi benda bersejarah terkait pendidikan kedokteran di jaman Belanda. Hal ini tak lepas dari sang ayah, R Soeatmadji yang merupakan angkatan ketiga sekolah NIAS.
“Masih banyak benda dan dokumen yang saya simpan di rumah. Ada yang sudah saya salin untuk dipajang di museum. Selain dari saya juga banyak yang dari alumni NIAS atau anak atau cucu alumni NIAS yang menyumbangkan benda-benda lama terkait pendidikan kedokteran untuk disimpan disini,” ungkap Pro Sentot.
Menurut dr Hendi, keberadaan museum yang diresmikan Kamis ini sudah dilaporkan ke Walikota Surabaya dan sudah dimasukkan dalam jadwal atau tempat tujuan wisata yang bisa dikunjungi dalam program heritage trip Pemkot Surabaya. “Jadi sekarang museum ini terbuka untuk umum. Dan agar lebih luas lagi, diikutkan sebagai tujuan wisata sejarah kota Surabaya. Selain Museum House Of Sampoerna, sekarang ada pilihan tambahan, ya museum pendidikan kedokteran ini,” jeladnya.
Gedung FK Unair sendiri sudah termasuk dalam cagar budaya yang terlindungi oleh Pemkot Surabaya. Karena itu, tidak hanya museum, bangunan selasar dan gerbang masuk gedung FK Unair juga jadi tempat tujuan wisata sejarah yang siap dikunjungi. Apalagi di dinding gerbang FK Unair yang berbentuk terowongan di tengah gedung, ada prasasti nama-nama dokter yang merupakan alumni dari NIAS maupun FK Unair sebelum tahun 1990-an.
sumber : http://surabaya.tribunnews.com/2013/10/16/resmikan-museum-baru-siap-jadi-tujuan-wisata-sejarah
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja