Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Museum Bali Bali
Museum Kain
- 2 Januari 2019

Temaram, sejuk, nyaman, seni, indah, visual, sarat informasi, dan kepuasan teknologi. Ini menjadi sederet kesan pertama memasuki desain kepompong Museum Kain milik perancang dan pembuat batik Josephine W Komara atau Obin, di Paviliun Alang-alang Lantai 3, Beachwalk, Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Rabu (20/11) siang, Obin meresmikan museum itu di antara keluarga, kerabat, dan sahabat. Baginya museum ini istimewa. Entah kebetulan, entah sengaja berada di mal yang menggambarkan citra manusia urban. Intinya, Obin tidak menginginkan adanya sekat di antara sejarah dan modernisasi. Kain adalah kain sepanjang masa, di zaman apa pun.

 

Museum ini berusaha menampilkan selengkap mungkin informasi mengenai kain, khususnya batik. Mulai menginjak anak tangga, pengunjung sudah disambut dengan lukisan kain batik, seperti selendang yang melekat di tangga itu. Selanjutnya, pintu masuk bernuansa kayu-kayu menyambut bersamaan dengan temaram dan kesejukan yang menyeruak. Beberapa lembar kain sutra putih dengan motif berbeda seperti kawung, parang kusuma, seakan mewakili ucapan selamat datang. Teknologi laser memberi aksen warna-warni bergambar selembar kain yang seakan melambai-lambai. Ada beberapa tabung besi perak. Ada beberapa titik lubang di tabung itu dan coba tempelkan telinga ke tabung. Terdengar suara orang membacakan proses pembuatan kain. Saat ini masih berbahasa Inggris. Foto-foto berpigura terpajang rapi di salah satu dinding mengawali perjalanan museum. Penggambaran bagaimana peran kain menjadi identitas manusia dari tahun ke tahun dan dari masa ke masa. Koleksi Semua kain terpajang rapi dengan pencahayaan yang indah agar warna-warna dan gambar pada batik tampak jelas. Setiap beberapa kain memiliki keterangan. Lagi-lagi, pengunjung bisa memperolehnya hanya dengan klik pada layar sentuh yang tersedia di sejumlah meja. Pengunjung bisa mendapati nama kain yang terpajang, misalnya Tiga Negeri dari Semarang, Jawa Tengah. Kain ini menonjolkan tiga warga, merah, biru, dan coklat. Ini penggambaran penyatuan tiga daerah berbeda. Informasinya lengkap mulai dari ukuran kain hingga metode pembuatannya.

Layar tersebut akan memberikan cerita bagaimana dan dari mana Obin mendapatkan kain. Isi museum ini merupakan koleksi Obin dari pembuatan kain, itu sekitar tahun 1900-an. Koleksi Obin tercatat sekitar 600 lembar kain tua dan buatannya sendiri. Hanya saja, museum itu hanya memuat sekitar 70 lembar kain. Rencananya, setiap enam bulan sekali pemajangan kain tersebut diganti. Seluruh kain yang terpajang bebas dinikmati pengunjung, tanpa kaca atau rantai pembatas. ”Ini memang konsep menembus batas karena semuanya tidak perlu ada sekat. Mereka bisa melihat dan mengenal lebih dekat apa itu selembar kain,” ujar Obin. Nuansa kenyamanan juga diwarnai dengan pemajangan sejumlah alat-alat membatik seperti canting-canting dan bahan-bahan pewarna alami. Bahkan, pengunjung bisa mendapatkan visual beragam cara memakai kain mulai klasik sampai modifikasi. Sentuh layarnya, pilih menunya, dan simak caranya. Praktis. Harapannya, manusia memahami bagaimana kain bermakna dan bermanfaat bagi seluruh kehidupan. Menurut Obin, sejarah merupakan bagian yang perlu diketahui dan kain itu mengalir mengikuti perjalanan dari zaman ke zaman tak akan mati. Pembuatan museum ini merupakan impian almarhum suaminya, Ronny Siswandi. Ia bersama putranya, Erlangga Komara, segera mewujudkannya dalam waktu satu tahun ini. Salah satu kain yang terpajang menceritakan pernah dipakai Obin ketika mengandung Erlangga di usia kandungan empat bulan. Yusman Siswandi, arsitek museum tersebut mengatakan, pengunjung dimanjakan dengan segala teknologi. Layar sentuh, pengaturan suhu otomatis yang terjaga sekitar 22 derajat, pencahayaan yang berusaha tak mengubah warna asli kain, dan tentu saja, memaksimalkan penggunaan ramah lingkungan. Minimnya pencahayaan, lanjut Yusman, merupakan bagian dari skenario kepuasan mata para pengunjungnya menikmati kain-kain tersebut. Selain itu, ia juga perlu merawat kain ini agar tak rusak selama dipajang puluhan tahun. Kepompong adalah konsep inspirasi Obin. Karenanya, museum ini berbentuk kepompong. Mengapa kepompong? Karena kepompong tidak mengubah apa-apa dari dirinya mulai berupa ulat hingga menjadi kupu-kupu. ”Kupu-kupu itu bermetamorfosis. Badannya tak berubah, tetapi ia menambah sayap yang indah. Begitu juga kain dan manusia. Proses dan gambarnya bisa saja tak berubah. Tetapi, kami bisa membuatnya menjadi apa saja dengan keindahan. Intinya, bagaimana kain ini bisa bermanfaat bagi manusia,” kata Obin.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Museum Kain Obin Dibuka di Bali", https://lifestyle.kompas.com/read/2013/11/25/1342458/Museum.Kain.Obin.Dibuka.di.Bali.




 

- Temaram, sejuk, nyaman, seni, indah, visual, sarat informasi, dan kepuasan teknologi. Ini menjadi sederet kesan pertama memasuki desain kepompong Museum Kain milik perancang dan pembuat batik Josephine W Komara atau Obin, di Paviliun Alang-alang Lantai 3, Beachwalk, Kuta, Kabupaten Badung, Bali. Rabu (20/11) siang, Obin meresmikan museum itu di antara keluarga, kerabat, dan sahabat. Baginya museum ini istimewa. Entah kebetulan, entah sengaja berada di mal yang menggambarkan citra manusia urban. Intinya, Obin tidak menginginkan adanya sekat di antara sejarah dan modernisasi. Kain adalah kain sepanjang masa, di zaman apa pun. Museum ini berusaha menampilkan selengkap mungkin informasi mengenai kain, khususnya batik. Mulai menginjak anak tangga, pengunjung sudah disambut dengan lukisan kain batik, seperti selendang yang melekat di tangga itu. Selanjutnya, pintu masuk bernuansa kayu-kayu menyambut bersamaan dengan temaram dan kesejukan yang menyeruak. Beberapa lembar kain sutra putih dengan motif berbeda seperti kawung, parang kusuma, seakan mewakili ucapan selamat datang. Teknologi laser memberi aksen warna-warni bergambar selembar kain yang seakan melambai-lambai. Ada beberapa tabung besi perak. Ada beberapa titik lubang di tabung itu dan coba tempelkan telinga ke tabung. Terdengar suara orang membacakan proses pembuatan kain. Saat ini masih berbahasa Inggris. Foto-foto berpigura terpajang rapi di salah satu dinding mengawali perjalanan museum. Penggambaran bagaimana peran kain menjadi identitas manusia dari tahun ke tahun dan dari masa ke masa. Koleksi Semua kain terpajang rapi dengan pencahayaan yang indah agar warna-warna dan gambar pada batik tampak jelas. Setiap beberapa kain memiliki keterangan. Lagi-lagi, pengunjung bisa memperolehnya hanya dengan klik pada layar sentuh yang tersedia di sejumlah meja. Pengunjung bisa mendapati nama kain yang terpajang, misalnya Tiga Negeri dari Semarang, Jawa Tengah. Kain ini menonjolkan tiga warga, merah, biru, dan coklat. Ini penggambaran penyatuan tiga daerah berbeda. Informasinya lengkap mulai dari ukuran kain hingga metode pembuatannya. Layar tersebut akan memberikan cerita bagaimana dan dari mana Obin mendapatkan kain. Isi museum ini merupakan koleksi Obin dari pembuatan kain, itu sekitar tahun 1900-an. Koleksi Obin tercatat sekitar 600 lembar kain tua dan buatannya sendiri. Hanya saja, museum itu hanya memuat sekitar 70 lembar kain. Rencananya, setiap enam bulan sekali pemajangan kain tersebut diganti. Seluruh kain yang terpajang bebas dinikmati pengunjung, tanpa kaca atau rantai pembatas. ”Ini memang konsep menembus batas karena semuanya tidak perlu ada sekat. Mereka bisa melihat dan mengenal lebih dekat apa itu selembar kain,” ujar Obin. Nuansa kenyamanan juga diwarnai dengan pemajangan sejumlah alat-alat membatik seperti canting-canting dan bahan-bahan pewarna alami. Bahkan, pengunjung bisa mendapatkan visual beragam cara memakai kain mulai klasik sampai modifikasi. Sentuh layarnya, pilih menunya, dan simak caranya. Praktis. Harapannya, manusia memahami bagaimana kain bermakna dan bermanfaat bagi seluruh kehidupan. Menurut Obin, sejarah merupakan bagian yang perlu diketahui dan kain itu mengalir mengikuti perjalanan dari zaman ke zaman tak akan mati. Pembuatan museum ini merupakan impian almarhum suaminya, Ronny Siswandi. Ia bersama putranya, Erlangga Komara, segera mewujudkannya dalam waktu satu tahun ini. Salah satu kain yang terpajang menceritakan pernah dipakai Obin ketika mengandung Erlangga di usia kandungan empat bulan. Yusman Siswandi, arsitek museum tersebut mengatakan, pengunjung dimanjakan dengan segala teknologi. Layar sentuh, pengaturan suhu otomatis yang terjaga sekitar 22 derajat, pencahayaan yang berusaha tak mengubah warna asli kain, dan tentu saja, memaksimalkan penggunaan ramah lingkungan. Minimnya pencahayaan, lanjut Yusman, merupakan bagian dari skenario kepuasan mata para pengunjungnya menikmati kain-kain tersebut. Selain itu, ia juga perlu merawat kain ini agar tak rusak selama dipajang puluhan tahun. Kepompong adalah konsep inspirasi Obin. Karenanya, museum ini berbentuk kepompong. Mengapa kepompong? Karena kepompong tidak mengubah apa-apa dari dirinya mulai berupa ulat hingga menjadi kupu-kupu. ”Kupu-kupu itu bermetamorfosis. Badannya tak berubah, tetapi ia menambah sayap yang indah. Begitu juga kain dan manusia. Proses dan gambarnya bisa saja tak berubah. Tetapi, kami bisa membuatnya menjadi apa saja dengan keindahan. Intinya, bagaimana kain ini bisa bermanfaat bagi manusia,” kata Obin

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Museum Kain Obin Dibuka di Bali", https://lifestyle.kompas.com/read/2013/11/25/1342458/Museum.Kain.Obin.Dibuka.di.Bali.

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya