|
|
|
|
![]() |
Museum Dirgantara A. Sulaksono Tanggal 02 Jan 2019 oleh Roro . |
Museum Dirgantara sering dikunjungi murid sekolah sumber : (Foto: abdsaleh.blogspot.com)
Museum Dirgantara Albertus Sulaksono berada di kompleks Pangkalan TNI AU Lanud Abdulrachman Saleh, tepatnya di seberang Stadion Dirgantara. Letak museum tidak jauh dari pintu masuk utama Lanud Abdulrachman Saleh, atau sekitar 200 meter saja. Museum ini dibangun pada 2013 dan diresmikan pada 8 Mei 2013 oleh Komandan Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh Malang, Marsekal Pertama (Marsma) TNI Gutomo. Pembangunan museum ini, digagas oleh para perwira di Lanud Abdulrachman Saleh. Awalnya, Lanud Abdulrachman Saleh yang memiliki tiga skadron yaitu Skuadron Udara 21, Skuadron 4, dan Skuadron Pemeliharaan 32 telah mempunyai ruang sejarah masing-masing sementara induknya belum ada. Mengacu pada hal tersebut maka didirikanlah Museum Dirgantara ini.
Museum ini dinamakan Museum Dirgantara Albertus Sulaksono untuk mengenang dan memberikan penghargaan kepada Almarhum Marsma TNI Anumerta Albertus Sulaksono, yang gugur dalam pelaksanaan tugas uji alat digital maping camera buatan Jerman, dengan menggunakan pesawat Cassa A-2106. Pesawat yang ditumpanginya jatuh di Gunung Salak Bogor pada tanggal 26 Juni 2008.
Pengunjung akan mendapat banyak wawasan tentang sejarah TNI AU, khususnya Lanud Abdulrachman Saleh. Karena selain stand-stand yang ada di museum, pemandu juga akan menceritakan sejarah singkat berdirinya Lanud Abdulrachman Saleh ini. Pengunjung bisa bertanya berbagai hal yang berhubungan dengan penerbangan dan sejarahnya. Ruangan museum yang hanya 20 meter x 5 meter memang tidak terlalu besar, namun dengan tatanan ruangan yang bagus, museum ini terlihat indah dan rapi.
Di luar gedung museum terdapat dua air gun yang sudah dicat warna warni. Sebuah pesawat Cesna yang telah dimodifikasi dengan karakter Angry Birds akan menambah daya tarik tersendiri bagi anak-anak. Begitu memasuki museum langsung menghadap utara dan berjejer foto-foto tempo dulu dan hasil dokumentasi TNI AU Malang. Menengok ke sebelah kiri (barat), boneka manekin berbaju pilot menyambut pengunjung. Boneka manekin itu dipasangi peralatan pilot jet tempur lengkap. Apalagi manekin itu mengenakan baju pilot berwarna oranye lengkap dengan helm pilot dan masker udara. Sisi sebelah timur berisi replika-replika koleksi pesawat di Pangkalan Lanud Abdulrachman Saleh Malang.
Museum Dirgantara memiliki delapan ruangan. Yakni, ruang untuk Skadron 4, Skadron 32, Skadron 21, Skadron Teknik (Skatek), Batalyon Komando Paskhas 464, ruang Polisi Militer (POM) TNI AU, stand Rumah Sakit dr. Munir dan Lanud Abdulrachman Saleh. Pengunjung diawali akan dibawa ke stand Skadron 32. Stand Skadron 32 ini memang sangat menarik bagi para pengunjung dan terlihat berbeda dengan stand-stand pada umumnya. Itu karena di depan stand terdapat beberapa miniatur pesawat yang ukurannya cukup besar. Biasanya pengunjung yang umumnya para pelajar memanfaatkan kesempatan tersebut dengan memotret atau selfie di sebelah miniatur tersebut. Tetapi pengunjung harus tetap berhati-hati agar tidak menyentuh berbagai miniatur di museum ini.
Setelah itu, pengunjung akan memasuki stand Skadron 32. Di stand ini terdapat berbagai replika pesawat yang pernah ada di Lanud Abdulrachman Saleh. Antara lain, Hercules yang merupakan salah satu jenis pesawat yang dimiliki oleh TNI AU. Pesawat ini ada dua jenis, yaitu jenis Long dan satu lagi jenis Short. Jenis Long di tempatkan di Lanud Halim Perdanakusuma, sedangkan yang Short bermarkas Skadron Udara 32 yang ada di Lanud Abdulrachman Saleh. Saat ini, pesawat buatan tahun 1956 tersebut di Lanud Abd Saleh ada delapan unit, dan semuanya masih bisa beroperasi dengan baik. Hercules merupakan jenis pesawat angkut, buatan Lockheed AS dan sampai saat ini masih digunakan. Di sini, pengunjung bisa melihat berbagai dokumen, serta foto-foto pesawat Hercules saat bergabung dalam berbagai operasi. Bahkan, di stand ini pengunjung juga bisa melihat profil Komandan Skadron 32 dari masa ke masa.
Setelah itu, pengunjung melanjutkan ke stand Skadron 4. Di sini, tampilan stand lebih sederhana. Pengunjung hanya bisa melihat miniatur pesawat saja dan profil komandan skadron dari masa ke masa serta film dokumenter keterlibatan pesawat tersebut dalam berbagai operasi. Selanjutnya pengunjung akan dibawa ke stand Skadron Udara 21. Di stand ini, pengunjung lebih dulu diperlihatkan sebuah mesin pesawat yang sangat besar yaitu mesin pesawat tempur taktis jenis OV-10 Bronco. Semula Skadron 21 menjadi home base pesawat jenis Mustang. Tapi kemudian, skadron ini digunakan sebagai base camp pesawat taktis jenis Bronco, dan sejak 2013 lalu menjadi home base pesawat jenis Super Tucano. Dua pesawat sebelumnya, telah di-grounded oleh Mabes TNI AU, lantaran dinyatakan sudah tidak layak terbang. Bahkan, pesawat OV-10 Bronco pernah mengalami kecelakaan dan menewaskan pilot yang menerbangkannya.
Dari sekian stand yang ada, pengunjung akan lebih antusias saat memasuki stand Rumah Sakit dr Munir. Di stand ini pengunjung dapat melihat berbagai peralatan medis yang berhubungan dengan penerbangan. Salah satunya adalah adanya sebuah kursi yang digunakan sebagai alat tes untuk personel yang masuk penerbangan. Alat ini dikenal sebagai Barrany Chair atau kursi berpusing. Selain Barrany Chair, di stand ini pengunjung juga bisa melihat alat tes ketajaman mata dan alat tes ketajaman pendengaran. Dua alat ini sengaja dipamerkan di museum agar pengunjung lebih memahami, jika mereka akan masuk menjadi anggota TNI AU harus memiliki kepekaan terhadap panca indera.
Terakhir, stand yang ditampilkan adalah stand POM AU. Di stand ini dipamerkan berbagai alat sidik jari, mulai yang berbentuk jadul hingga yang terbaru. Pengunjung yang penasaran dengan pengoperasian alat sidik jari tersebut dapat langsung meletakkan tangannya di papan.
Museum ini terbuka untuk umum, siapapun boleh datang asalkan memberikan pemberitahuan terlebih dahulu. Pengunjung wajib melayangkan surat lebih dulu, yang ditujukan kepada Danlanud melalui Kepala Penerangan dan Perpustakaan (Kapentak) Lanud Abdulrachman Saleh. Museum ini buka setiap hari kerja yaitu dari hari Senin hingga Jumat mulai pukul 09.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Meski begitu, pada hari Minggu dan hari-hari libur lainnya museum ini dapat dikunjungi asal ada pemberitahuan lebih dulu. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat Malang dan sekitarnya yang ingin menikmati hari liburnya dapat berkunjung ke Museum Dirgantara Lanud Abd Saleh sekaligus mendapat wawasan dan pengetahuan kedirgantaraan dari museum tersebut. Untuk masuk ke museum ini tidak dipungut biaya.
Museum Dirgantara ini sering dikunjungi oleh masyarakat Malang dan sekitarnya, terutama siswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak (TK) hingga perguruan tinggi. Begitu juga masyarakat umum sering mengadakan kunjungan ke Museum Dirgantara ini. Setelah ke Museum Dirgantara, biasanya para pengunjung akan dibawa ke Skadron Teknik (Skatek) 022. Di sini mereka dapat menyaksikan berbagai pesawat di antaranya pesawat Hercules, Casa, OV-10 dan Super Tucano. (Dirangkum dari berbagai sumber)
Info Museum Dirgantara:
Penerangan dan Perpustakaan (Pentak) Lanud Abdulrachman Saleh
Telp. 0341-401101, 401102
sumber :http://ngalam.id/read/5024/museum-dirgantara-albertus-sulaksono/
![]() |
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
![]() |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
![]() |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
![]() |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |