Munggah Molo (Menaikan Kerangka Atap)
Tradisi Jawa dalam Membangun Rumah
Sekilas Mengenai Munggah Molo
Di daerah Jawa Tengah sejak zaman nenek moyang terdahulu sangat terkenal dengan berbagai macam kearifan lokal yang tumbuh mengakar mebudaya dikehidupan masyarakatnya. Masyarakat Jawa tengah selain terkenal dengan kehalusan bahasa dan sopan santunya, sejak dulu juga dikenal sangat menghargai alam sekitar dan dalam setiap tindakanya selalu mengandung makna filosofis luhur yang sangat menarik untuk dijadikan bahan kajian.
Salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan seseorang ialah kebutuhan akan tempat tinggal. Dalam konsep kehidupan masyarakat Jawa Tengah, kebutuhan akan tempat tinggal ini menjadi salah satu hal yang dipikirkan masak-masak terutama bagi setiap individu yang hendak berkeluarga. Tatanan budaya Jawa sangat detail mengatur tentang bagaimana tata cara dalam mempersiapkan tempat tinggal salah satunya dengan adanya Upacara Adat “Munggah Molo”. Upacara adat ini menurut hasil wawancara dengan sesepuh Desa, sebenarnya merupakan hasil akulturasi budaya antara Jawa dan Islam. Dalam konsep Agama Islam, didalam ayat ke 7 Al-quran Surah Ibrahim diterangkan bahwa manusia apabila selalu mensyukuri nikmat Allah maka akan ditambah dengan kenikmatan dan didalam adat Jawa Kuno masyarakat juga memberikan sesaji ketika membangun rumah sebagai representasi rasa syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rizki. Setelah masyarakat Jawa banyak memeluk Agama Islam, UpacaraAdat ini tetap dipertahankan namun dengan menambahkan adanya doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT.
Munggah Molo merupakan upacara adat yang namanya diambil dari dua kata dalam Bahasa Jawa yakni ‘Munggah’ yang berarti menaikan dan ‘Molo’ yang berarti kerangka atap. Seperti namanya, Upacara Adat Munggah Molo ini dilakukan ketika proses pembangunan sebuah rumah akan memasuki tahap pemasangan kerangka atap. Dalam upacara adat ini, juga terdapat beberapa Ubarapme khusus (persyaratan dan bahan) yang didalamnya juga mengandung arti filosofis luhur yang sangat menarik untuk dipelajari.
Ubarampe Munggah Molo (Persyaratan/Bahan) dan Maknanya
Dalam rangkaian pelaksanaan Upacara Adat Munggah Molo, pemilik rumah diharuskan untuk menyiapkan beberapa Ubarampe khusus yang kemudian akan dipasang di pusat atap/cungkup dari rumah yang akan dibagun. Ubarampe tersebut diantaranya:
Memiliki makna sebagai harapan dan doa agar keluarga yang nantinya menempati rumah senantiasa beristiqamah dalam melakukan kebaikan layaknya pangkal tebu yang tegak menopang batang tebu.
Memiliki makna sebagai harapan dan doa agar keluarga dapat menggapai kejayaan dan kemakmuran kemudian setelah mencapai kemakmuran tersebut, layaknya padi yang semakin menguning dan berisi semakin menunduk (tawadhu') tidak sombong
Sama halnya dengan tanaman kelapa yang setiap bagian tubuhnya memiliki manfaat, keluarga yang menempati rumah baru ini juga diharapkan dapat menjadi keluarga yang kuat dan dapat bermanfaat untuk sesama (rahmatan lil 'alamin)
Ubarampe berupa bendera sebenarnya baru ada ketika awal Indonesia merdeka. Sebagi wujud nasionalisme dari masyarakat Jawa dan rasa syukur kepada Tuhan yang telah menganugerahkan kemerdekaan sehingga dapat memiliki tanah air sebagai tempat tinggal maka ditambahkanlah bendera merah putih pada upacara Adat Munggah Molo ini.
Dalam masyarakat zaman dahulu, bentuk uang yang digunakan masih berbentuk uang koin loga, sehingga adat ini masih terpelihara sampai sekarang dengan menggunakan uang koin sebagi ubarampe. Uang melambangkan modal finansialo yang dimiliki oleh keluarga yang akan menempati rumah dan sebagai harapan agar Tuhan senantiasa melimpahkan rizki yang berkah kepada keluarga.
Sebagai panjatan rasa syukur, si pemilik rumah baru juga diharuskan untuk berbagi jajanan pasar, ayam panggang, dan pisang kepada masyarakat sekitar. Selain untuk menyambung silaturahmi dengan tentangga, nilai saling berbagi dan berkomunikasi dengan tetangga yang sangat kental dalam adat Jawa juga dapat terus dilestarikan dengan membagikan makanan ytersebut.
Melambangkan setiap anggota keluarga harus selalu menjaga akhlaqul karimah dengan menutup aurat, selain itu juga diharapkan Tuhan selalu memberkahi kelurga dengan kecukupan kebutuhan sandang.
Ubarampe yang diwadahkan dalam kendi inimengandung makna berupa harapan keselamatan dari Allah SWT kepada keluarga.
Setelah syarat-syarat tersebut sudah ada kemudian keluarga memanggil tokoh agama untuk mendoakan dan memimpin prosesi adat tersebut, dan diakhiri makan bersama para tukang bangunan dan masyarakat sekitar.
#OSKMITB2018
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...