|
|
|
|
Mudun Lemah Tanggal 12 Aug 2018 oleh OSKM18_16518047_Izharul Haq. |
Dalam menyambut kelahiran, tiap daerah memiliki cara masing-masing. Terlebih lagi di Indonesia ini yang memiliki beragam suku dan budaya tentu memiliki banyak cara yang unik dan khas. Salah satunya adalah Mudun Lemah yang berasal dari suku Jawa.
Mudun lemah merupakan upacara yang berisi harapan dan arahan dalam menjalani kehidupan dan ditujukan untuk bayi yang baru berumur tujuh bulan. Dalam pelaksanaannya, orangtua akan mendampingi anaknya dari awal hingga upacara selesai.
Tahapan pertama yang memiliki nama lain turun tanah ini adalah bayi tersebut dipanjatkan tangga yang terbuat dari tebu. Mengapa tebu? alasannya adalah karena tebu dianggap berakronim anteping kalbu yang berarti ketetapan atau kemantapan hati dalam menjalani kehidupan. Sementara itu, tangga disimbolkan sebagai jalan kehidupan yang akan dijalani. Apabila menyimpang dari alur, yaitu berjalan lurus ke atas, maka akan roboh.
Kemudian, sang anak akan melewati proses napaki jadah, yaitu berjalan di atas jenang yang berasal dari ketan. Terdapat tujuh warna yang digunakan dalam proses ini, yaitu hitam, ungu, biru, hijau, merah, kuning, dan putih. Warna-warna ini diartikan bahwa kehidupan bermula dari kegelapan dan berakhir terang.
Selanjutnya bayi akan dimasukkan ke dalam sangkar ayam yang menjadi simbol dunia dan berisi beraneka macam mainan yang berhubungan dengan berbagai macam profesi. Sang anak kemudian akan memilih salah satu mainan yang dijadikan dimaknai sebagai profesinya kelak. Lalu, anak tersebut harus memilih salah satu tokoh wayang yang diimani akan membantu membentuk karakterknya kelak.
Setelah itu, anak tersebut akan dimandikan dengan air yang berasal dari tujuh sumber yang berbeda. Masing-masing sumber tersebut memiliki warna, rasa, dan khasiatnya sendiri. Sementara itu, tujuh sumber ini bermakna pitulungan atau pertolongan (bahasa Jawa tujuh adalah pitu). Maksudnya adalah harapan agar senantiasa diberikan pertolongan.
Keenam, si bayi akan ditempatkan di atas tikar yang diberi uang koin dan beras kuning. Maknanya adalah bahwa dalam kehidupan mencari rejeki yang dilambangkan dengan beras. Selain itu, arti filosofis dari proses ini adalah agar tidak terlena ketika bergelimang harta dan kesejahteraan.
Terakhir, si anak akan dibiarkan bermain dengan teman-teman sebayanya. Maknanya adalah dalam kehidupan selalu membutuhkan sosok teman dan orang lain untuk bersosialisasi.
sumber: https://malangvoice.com/ada-tujuh-rangkaian-dan-makna-filosofi-tedak-siten/
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |