Unsur motif tambahan yang terakhir yaitu crepung. Crepung adalah lintah laut. Lintah laut ini merupakan salah satu binatang biota laut yang ada di laut Indramayu. Bentuk crepung hampir mirip dengan irisan buah semangka. Bentuk crepung yang menggelembung menggambarkan bahwa crepung sebagai binatang penghisap darah, dan pada saat menggelembung menandakan bahwa crepung habis menghisap darah.
Bentuk crepung digambarkan lengkap dengan riwog atau bulu-bulu yang menghiasi seluruh badan crepung. Riwog ini terbentuk dari bentuk garis lurus yang memenuhi badan crepung bagian samping. Sedangkan pada bagian dalam tubuh crepung terdapat isen-isen yaitu isen-isen sawut dan cecek.
Pada Batik Sawat Riwog terdapat beberapa unsur motif pendukung yang disusun secara berulang-ulang, serta tambahan isen-isen yang mengisi seluruh bidang kain. Secara visual penerapan komposisi motif hampir seimbang dengan motif-motif pendukung lainnya, dengan uraian sebagai berikut. Motif ubur-ubur memiliki ukuran panjang dan lebar yaitu 4 cm x 4 cm, sedangkan pada motif bintang laut dengan ukuran 6 cm x 6 cm, selain itu motif sawat memliki ukuran 6 cm x 4 cm, dan yang terakhir yaitu motif crepung memiliki ukuran 5 cm x 3 cm.
Sumber: https://infobatik.id/unsur-motif-crepung-pada-batik-sawat-riwog/
Sawat riwog berasal dari dua kata yaitu sawat yang berarti kupu-kupu, dan riwog yang berarti bulu lengkap dengan kepompong. Motif Batik Sawat Riwog menggambarkan keanekaragaman flora fauna laut seperti terumbu karang, teripang laut dan lain-lain. Maknanya menggambarkan keberagaman masyarakat Indramayu yang terdiri beraneka ragam suku keturunan seperti Arab, Cina, Melayu dan lain sebagainya.
Sawat merupakan unsur motif utama pada Batik Sawat Riwog ini. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya sawat riwog diartikan sebagai kupu-kupu yang memiliki bulu lengkap beserta kepompongnya. Apabila diuraikan secara visual, bentuk sawat sebagai berikut, badan sawat berbentuk elips lengkap dengan riwog yang mengelilingi seluruh badan kepompongya.
Pada bagian dalamnya terdapat bentuk geometris, yaitu perpaduan dari bentuk segitiga sama sisi yang disusun menjadi satu sehingga membentuk bentuk belah ketupat. Selain itu terdapat Isen-isen tambahan yang melengkapi unsur motif sawat pada batik sawat riwog ini yaitu isen-isen cecek dan sawut, yang menghiasi bagian dalam badan sawatnya.
Sumber: https://infobatik.id/unsur-motif-sawat-pada-batik-sawat-riwog/
Motif Batik Sawat Riwog menggambarkan keanekaragaman flora fauna laut seperti terumbu karang, teripang laut dan lain-lain. Unsur Motif Bintang laut pada Batik Sawat Riwog ini merupakan unsur motif tambahan selain ubur-ubur. Sama halnya dengan motif ubur-ubur, pada motif bintang laut ini diilhami dari letak geografis Indramayu sebagai wilayah berpotensi penghasil biota laut dan kemudian dijadikan obyek oleh pengrajin sebagai pembuatan motif batik sawat riwog ini.
Unsur motif bintang laut ini memiliki ciri yang berbeda dengan bentuk aslinya, pada bagian-bagian tertentu mengalami perubahan- perubahan atau dengan kata lain unsur motif bintang laut ini sudah distilasi.
Hampir sama dengan unsur motif ubur-ubur, pada unsur motif bintang laut ini juga terdapat bentuk isen-isen sawut yang pendek dan kaku (riwog) yang memenuhi seluruh badan bintang laut. Sedangkan pada bagian dalam badan bintang laut terdapat isen-isen sawut, isen-isen ini difungsikan untuk memperindah dan mempertegas unsur motif bintang laut tersebut.
Sumber: https://infobatik.id/unsur-motif-bintang-laut-pada-batik-sawat-riwog/
Sawat riwog berasal dari dua kata yaitu sawat yang berarti kupu-kupu, dan riwog yang berarti bulu lengkap dengan kepompong. Unsur motif ubur-ubur merupakan unsur motif tambahan pada Batik Sawat Riwog. Biota-biota laut yang tergambar pada batik sawat riwog ini, salah satunya adalah unsur motif ubur-ubur sebagai gambaran letak geografis Indramayu yang terletak dipesisir pantai sebagai penghasil biota laut.
Bentuk ubur-ubur digambarkan secara bebas dan dapat dilihat dari berbagai sisi. Pada badan ubur-ubur terdapat riwog atau bentuk isen-isen sawut yang pendek dan kaku, terbentuk dari garis lengkung yang berjajar memenuhi badan ubur-ubur.
Sedangkan pada bagian badan terdapat tambahan isen-isen sawut dan garis lurus yang saling menyilang, dan masing-masing di dalamnya terdapat hiasan tambahan berbentuk bulat dan garis pendek yang saling bersilangan. Bentuk ubur-ubur ini merupakan bentuk ubur-ubur yang sudah mengalami stilasi.
Sumber: https://infobatik.id/unsur-motif-ubur-ubur-pada-batik-sawat-riwog/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja