Motif Batik Itiak Pulang Patang ini merupakan salah satu karya yang patut dilestarikan dari budaya Minang Kabau,Sumatera Barat,mengapa demikian? Yuk kita simak beberapa ulasannya! Berdasarkan namanya, motif Itiak Pulang Patang termasuk kategori motif yang terinspirasi oleh nama hewan yaitu 'Itiak'. Nama motif ini terdiri atas tiga kata yaitu 'Itiak', 'Pulang' dan 'Patang'. 'Itiak' adalah itik, 'Pulang' adalah 'kembali dari perjalanan atau suatu daerah tujuan' dan 'Patang' memiliki dua arti yaitu kemarin dan senja hari. Dalam konteks ini, 'Patang' artinya adalah senja hari. Jadi secara harfiah, Itiak Pulang Patang berarti itik yang baru kembali dari perjalanannya di waktu senja.
Motif Batik Itiak Pulang Patang ini memeliki keunikan yakni terletak pada penamaan motif itu sendiri. Sebuah pertanyaan yang mungkin muncul adalah mengapa harus menggunakan kata 'Itiak' dan tidak menggunakan kata 'Ayam'? Jawaban dari pertanyaan ini merujuk kepada sifat yang dimiliki oleh kedua hewan tadi. Itik apabila terkena lumpur dan bertelur, tidak nampak perubahan yang signifikan terjadi pada tubuhnya. Tubuhnya tetap bersih dan seimbang serta terkesan lihai dalam bergerak. Sedangkan ayam, jelas sekali nampak perbedaannya terutama pada sang betina pada saat setelah bertelur. Tubuhnya menjadi bulat dan terkesan lamban. Sehingga kata 'Itiak' yang lebih sesuai menggambarkan karakteristik budaya Minang yang tidak berubah dalam kondisi apapun.
Motif Batik Itiak Pulang Patang ini memiliki beberapa makna Filosofis diantaranya: 1.Motif ini memiliki makna bahwa hidup dalam masyarakat haruslah seiya sekata, seiring sejalan dan mematuhi peraturan yang berlaku. Motif ini ingin mengajak masyarakat untuk bisa hidup bersama dan menggambarkan kerukunan masyarakat Minangkabau yang hidup dalam tatanan kegotongroyongan yang solid. 2.Kesadaran bahwa manusia adalah bagian dari alam menimbulkan pemahaman tentang manusia dan segala macam isi alam saling berdampingan dan membutuhkan satu sama lainnya. Dibutuhkan keserasian antara satu sama lainnya sehingga kehidupan berjalan sebagaimana mestinya. 3.Makna kedua yang tercermin dalam ukiran ini adalah mengenai tata pergaulan dalam kehidupan sehari-hari antar individu dalam masyarakat. Dalam konteks ini, lebih dititikberatkan pada pergaulan anak gadis Minangkabau. Bagi masyarakat Minang perempuan sangat ditinggikan posisinya sebagai Bundo Kanduang. Seorang gadis akan pulang sebelum larut malam layaknya itik yang pulang ke kandang bila hari sudah petang dengan sendirinya. 4.keteguhan dalam menjalankan prinsip-prinsip hidup. 5.kebersamaan dan kekompakan dalam masyarakat.
Maka dari itu karena terdapat makna dan filosofis luhur yang dapat kita petik dari motif batik Itiak pulang patang ini oleh karenanya mari kita sebagai bagian dari masyarakat Indonesia menjaga dan melestarikan budaya kita agar tidak punah!
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja
Jembatan Plunyon merupakan bagian dari wisata alam Plunyon-Kalikuning yang masuk kawasan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi) dan wisatanya dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat, yaitu Kalikuning Park. Sargiman, salah seorang pengelola wisata alam Plunyon-Kalikuning, menjelaskan proses syuting KKN Desa Penari di Jembatan Plunyon berlangsung pada akhir 2019. Saat itu warga begitu penasaran meski syuting dilakukan secara tertutup. Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan zoom-in-whitePerbesar Jembatan Plunyon yang berada di Wisata Alam Plunyon-Kalikuning di Cangkringan, Kabupaten Sleman. Lokasi ini ramai setelah menjadi lokasi syuting film KKN Desa Penari. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan "Syuting yang KKN itu kebetulan, kan, 3 hari, yang 1 hari karena gunungnya tidak tampak dibatalkan dan diu...