Alat Musik
Alat Musik
Tradisi Sulawesi Tengah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah
Mora'akeke
- 20 Mei 2018

Hujan yang tidak pernah turun beberapa bulan ini membuat ribuan hektar sawah milik warga di lima desa di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, mengalami kekeringan. Para tetua adat di Kabupaten Sigi pun turun tangan dengan melakukan ritual adat minta hujan atau Mora’akeke.

Ratusan warga dari Desa Oloboju, Bora, Sidera, Soulove dan Vatunonju di Kecamatan Sigi Biromaru, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah mulai berdatangan untuk menyaksikan pelaksanaan ritual yang digelar pada awal September 2015 lalu.

Ritual ini bertujuan memohon kepada Tuhan untuk meredupkan sinar matahari yang menyebabkan kemarau panjang sekaligus menambah deras air Sungai Vuno yang mengering.

Di tepian Sungai Vuno, berbagai perlengkapan ritual prosesi adat Mora’akeke disiapkan.

Dua orang topogimba atau penabuh kendang mulai menabuh, pertanda prosesi dimulai.

Setelah menyembelih tiga ekor kambing di pinggir Sungai Vuno, para tetua adat menghanyutkan darah ketiga hewan tersebut sebagai persembahan untuk Ntekaatau penguasa sungai dalam bahasa Kaili. Adapun daging ketiga ekor kambing itu akan dimasak oleh warga desa sebagai rasa syukur atas terselenggaranya ritual adat ini.

Seorang perempuan berusia 80 tahun, mengawasi semuanya. Namanya Harija. Ia harus memastikan bahwa semua berlangsung sebagaimana seharusnya: mengawasi semua kesiapan dari prosesi adat, mulai dari kondisi fisik hewan yang akan disembelih hingga sesajen yang akan dipersembahkan ke sungai.

”Adat ini hanya dibikin satu kali, jadi saya harus memastikan semuanya lengkap,” kata Harija kepada wartawan dari Palu, Erna Dwi Lidyawati.

Bayaha

Husni, salah seorang tetua adat setempat, mengatakan ritual adat Mora’akeke selanjutnya adalah menyembelih anjing dan babi di atas batang pisang dengan menghadap ke sungai atau Mora’abinangga. Pasti menyakitkan bagi penyayang hewan dan aktivis hak-hak binatang, namun disebutkan, ini syarat penting ritual Mora’akeke..

Anjing dan babi yang akan disembelih harus yang belum berusia satu tahun. Adapun babi yang disembelih harus mengeluarkan suara jika mau diambil darahnya.

“Adatnya memang begitu. Kalau anjing harus dipotong putus di atas batang pisang dengan menghadap ke sungai. Kalau babi dipotong, cuma tidak sampai putus hanya diambil darahnya dan suaranya. Ini menandakan bahwa adat untuk permintaan dari orang-orang tua ini sudah bisa dikabulkan semua,” ujar Husni.

Ritual yang sudah dilakukan turun temurun itu selalu dipimpin seorang bayaha atau laki-laki yang berdandan seperti perempuan, yang juga keturunan bayaha sebelumnya.

Bayaha dalam ritual kali ini bernama Aco, yang berbusana perempuan adat Kaili.

“Saya ini laki-laki, saya tuan tanah sini. Saya berdandan seperti ini karena memang adat Sigi,” kata Aco.

Dengan mengenakan pakaian adat Kaili berwarna kuning dan hijau, Aco bersama dua perempuan paruh baya atau biasa disebut makatoko ka’adamulai mengelilingi pohon Vunja.

Vunja ini merupakan pohon buatan, yang disusun khusus untuk adat seperti ini. Pohon vunja itu kemudian ditancapkan di tanah dan selanjutnya dihiasi dengan janur kuning dan digelantungi beberapa buah ketupat yang sudah dimasak sebelumnya.

Selain itu sesaji berupa nasi putih, pisang rebus, lombok mentah dan ayam bakar yang disusun di atas selembar daun pisang dijejer di depan pohon vunja. Aneka sesajian berupa sebungkus rokok, kapur sirih dan daun sirih juga melengkapi prosesi adat ini. Kemudian, mulailah mereka memutari pohon Vunja dengan terus diiringi tabuhan gimba.

Tabuhan gimba semakin cepat, ketiganya terus berputar mengitari pohon Vunja hingga salah satu makatoko ka’ada kemasukan roh dan kemudian jatuh. Gimba pun berhenti ditabuh.

Profesor Juraid Abdul Latief, dosen Antropologi Universitas Tadulako, Palu, mengatakan ritual adat Kaili di Kabupaten Sigi dan Donggala, Sulawesi Tengah, telah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Namun, bedanya dengan masa lalu, ritual pada masa sekarang sudah bercampur dengan agama.

Bercampur agama

“Ritual Mora’akeke sudah dilakukan bergenerasi-generasi. Tapi, kini ritual itu sudah agak berbeda karena adat dan agama disatukan,” kata Juraid.

Menurutnya, ritual tersebut sarat dengan simbol-simbol. Salah satunya ialah penghanyutan darah hewan yang disembelih ke sungai.

“Ini maksudnya adalah agar berkah mengalir seperti keluarnya darah. Darah memang selalu dilibatkan dalam setiap upacara adat Kaili yang sakral,” kata Juraid.

Disebutkan Juraid, ritual itu memaknai hujan dalam arti luas.

“Hujan yang diharapkan tidak hanya hujan air, tapi juga rejeki. Nah, rejeki itu bisa datang dalam berbagai wujud, termasuk hujan,” kata Juraid.

Sumber : http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/10/151002_majalah_ritual_hujan

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Sambal Matah
Makanan Minuman Makanan Minuman
Bali

Resep Sambal Matah Bahan-bahan: Bawang Merah Cabai Rawit Daun Jeruk Sereh Secukupnya garam Minyak panas Pembuatan: Cincang bawang merah, cabai rawit, daun jeruk, dan juga sereh Campur semua bahan yang sudah dicincang dalam satu wadah Tambahkan garam secukupnya atau sesuai selera Masukkan minyak panas Aduk semuanya Sambal matah siap dinikmati

avatar
Reog Dev
Gambar Entri
Gereja Kristen Jawa Pakem Taman Lansia Ceria
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan GKJ Pakem merupakan bagian dari kompleks sanatorium Pakem, yang didirikan sebagai respon terhadap lonjakan kasus tuberculosis di Hindia-Belanda pada awal abad ke-20, saat obat dan vaksin untuk penyakit ini belum ditemukan. Sanatorium dibangun untuk mengkarantina penderita tuberculosis guna mencegah penularan. Keberadaan sanatorium di Indonesia dimulai pada tahun 1900-an, dengan pandangan bahwa tuberculosis adalah penyakit yang jarang terjadi di negara tropis. Kompleks Sanatorium Pakem dibangun sebagai solusi untuk mengatasi kekurangan kapasitas di rumah sakit zending di berbagai kota seperti Solo, Klaten, Yogyakarta, dan sekitarnya. Lokasi di Pakem, 19 kilometer ke utara Yogyakarta, dipilih karena jauh dari keramaian dan memiliki udara yang dianggap mendukung pemulihan pasien. Pembangunan sanatorium dimulai pada Oktober 1935 dan dirancang oleh kantor arsitektur Sindoetomo, termasuk pemasangan listrik dan pipa air. Sanatorium diresmikan oleh Sultan Hamengkubuwono VIII pada 23...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Pecel Mie
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

Bahan-bahan 4 orang 2 bungkus mie telur 4 butir telur kocok 1 buah wortel potong korek api 5 helai kol 1 daun bawang 4 seledri gula, garam, totole dan merica 1 sdm bumbu dasar putih Bumbu Dasar Putih Praktis 1 sdm bumbu dasar merah Meal Prep Frozen ll Stok Bumbu Dasar Praktis Merah Putih Kuning + Bumbu Nasi/ Mie Goreng merica (saya pake merica bubuk) kaldu jamur (totole) secukupnya kecap manis secukupnya saus tiram Bumbu Pecel 1 bumbu pecel instant Pelengkap Bakwan Bakwan Kriuk bawang goreng telur ceplok kerupuk Cara Membuat 30 menit 1 Rebus mie, tiriskan 2 Buat telur orak arik 3 Masukkan duo bumbu dasar, sayuran, tumis hingga layu, masukkan kecap, saus tiram, gula, garam, lada bubuk, penyedap, aduk hingga kecap mulai berkaramel 4 Masukkan mie telur, kecilkan / matikan api, aduk hingga merata 5 Goreng bakwan, seduh bumbu pecel 6 Siram diatas mie, sajikan dengan pelengkap

avatar
Netizen
Gambar Entri
Wisma Gadjah Mada
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Gadjah Mada terletak di Jalan Wrekso no. 447, Kelurahan Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma Gadjah Mada dimiliki oleh Universitas Gadjah Mada yang dikelola oleh PT GAMA MULTI USAHA MANDIRI. Bangunan ini didirikan pada tahun 1919 oleh pemiliknya orang Belanda yaitu Tuan Dezentje. Salah satu nilai historis wisma Gadjah Mada yaitu pada tahun 1948 pernah digunakan sebagai tempat perundingan khusus antara pemerintahan RI dengan Belanda yang diwakili oleh Komisi Tiga Negara yang menghasilkan Notulen Kaliurang. Wisma Gadjah Mada diresmikan oleh rektor UGM, Prof. Dr. T. Jacob setelah di pugar sekitar tahun 1958. Bangunan ini dikenal oleh masyarakat sekitar dengan Loji Cengger, penamaan tersebut dikarenakan salah satu komponen bangunan menyerupai cengger ayam. Wisma Gadjah Mada awalnya digunakan sebagai tempat tinggal Tuan Dezentje, saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai penginapan dan tempat rapat. Wisma Gadjah Mada memiliki arsitektur ind...

avatar
Seraphimuriel
Gambar Entri
Rumah Indis Wisma RRI
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Bangunan ini dibangun tahun 1930-an. Pada tahun 1945 bangunan ini dibeli oleh RRI Yogyakarta, kemudian dilakukan renovasi dan selesai tanggal 7 Mei 1948 sesuai dengan tulisan di prasasti yang terdapat di halaman. Bangunan bergaya indis. Bangunan dilengkapi cerobong asap.

avatar
Seraphimuriel