Monumen Mandala adalah monumen yang berdiri kokoh di pusat kota Makassar. Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 11 Januari 1994 oleh Soesilo Sudarman yang menjabat sebagai Menko Polkam saat itu. Sementara peresmiannya dilakukan langsung oleh Presiden Republik indonesia era Orde Baru, Soeharto pada tanggal 19 Desember 1995.
Monumen yang dibangun di atas lahan seluar satu hektar ini juga dikenal sebagai monumen pembebasan Irian Barat. Meskipun kemerdekaan Republik Indonesia dari penjajahan sudah diproklamasikan sejak tahun 1945, Irian Barat masih dikuasai oleh Belanda.
Irian Barat baru bergabung kembali dalam NKRI setelah hampir 20 tahun kemudian. Tepatnya pada tahun 1962 Irian Barat atau yang sekarang lebih dikenal sebagai Papua berhasil direbut dan kembali ke pangkuan ibu pertiwi. Oleh karena itu, alasan mengapa monumen ini dibuat setinggi 62 meter adalah sebagai simbol bahwa Irian barat kembali menjadi bagian dari Indonesia di tahun 1962.
Kota Makassar dipilih sebagai lokasi pembangunan monumen Mandala karena di kota inilah segala bentuk perjuangan dalam rangka pembebasan Irian Barat dimulai. Markas pasukan pembebasan pada saat itu didirikan di kota ini dibawah pimpinan Mayor Jendral Soeharto.
Dalam sejarahnya, berbagai upaya damai telah diupayakan oleh pihak Indonesia agar Irian Barat dapat kembali ke NKRI. Akan tetapi semua upaya tersebut, mulai perundingan dan perjanjian yang dilakukan dengan pihak Belanda, tidak membuah hasil apapun. Hal tersebut mau tidak mau memaksa pihak Indonesia menempuh cara lain.
Akhirnya pada tahun 1961, Presiden RI saat itu, Ir. Soekarto mencetuskan Tiga komando Rakyat atau Trikora. Mayor Jendral Soeharto ditunjuk sebagai panglima serta komando Mandala. Tugasnya Komando Mandala adalah membuat perencanaan, melakukan persiapan dan menyelanggarakan operasi militer dalam rangka mengembalikan Irian Barat ke Indonesia.
Operasi Komando Mandala bukanlah sesuatu yang mudah. Banyak hal yang dikorbankan oleh Indonesia untuk itu, termasuk dari segi materi seperti penyediaan pesawat, kapal, dan persenjataan lain, serta yang tak kalah penting adalah jiwa dan raga para pejuang saat itu.
Monumen Mandala
Lambang Trikora
Monumen Mandala dibuat berbentuk segitiga sama sisi. Ketiga sisi ini mewakili Tiga Komando Rakyat (Trikora). Semangat Trikora dapat dilihat di bagian bawah bangunan yakni relief yang menggambarkan lidah api. Pada bagian atas bangunan juga terdapat relief yang sama, yang menggambarkan semangat perjuangan Trikora yang tak pernah padam meski dihadapkan dengan rintangan sebesar apapun.
Struktur
Pada monumen tersebut juga terdapat patung 27 batang bambu runcing yang merupakan senjata yang digunakan masyarakat untuk berperang kala itu. Selain itu Monumen Mandala juga dikeliling oleh kolam. Hal tersebut merupakan simbol kejernihan pikiran yang mutlak dimiliki oleh setiap pejuang dalam perjuangannya. Di puncak menara terlihat sebuah harde (biasa disebut penangkal petir) yang seolah-olah akan menembus langit. Melambangkan suatu cita-cita tinggi dan mulia yang terkandung dalam Trikora.
Secara keseluruhan tinggi monumen mandala adalah 75 meter. Terdiri dari empat lantai dan sebuah lift di dalamnya yang dapat membawa anda menuju puncak monumen dan melihat kota Makassar dari ketinggian.
Di lantai pertama monumen ini, kita akan dibawa melihat gambaran perjuangan para pahlawan lokal dalam membela dan mempertahankan Sulawesi Selatan. Pada lantai kedua, anda akan melihat gambaran perjuang para pahlawan nasional dalam membela republik Indonesia.
Selain ruangan pada lantai satu dan dua yang lebih difungsikan sebagai museum juga terdapat beberapa ruangan lain di Monumen Mandala. Di antaranya adalah ruang galeri dan ruang pertemuan. Untuk ruang galeri memiliki dua fungsi. Selain berperan sebagai galery juga sebagai Sekertariat Dewan Kerajinan Nasional Indonesia untuk Sulawesi-Selatan. Ruang Pertemuan digunakan sebagai tempat untuk mengadakan seminar dan acara lainnya.
Bagian belakang Monumen Mandala terdapat sebuah panggung yang diperuntukkan untuk acara-acara tertentu. Misalnya tempat bagi artis-artis baik lokal maupun nasional yang akan tampil menghibur warga kota Makassar.
Diorama
Lantai Satu
Pada lantai satu dan dua Monumen Mandala terdapat masing-masing 12 diorama. Diorama di lantai satu menggambarkan perang yang terjadi di Makassar hingga peristiwa Andi Azis. Selain itu terdapat replika pakaian perjuangan dari abad ke-17 hingga abad ke-18. Diorama di lantai satu menggambarkan hal-hal berikut: Diorama 1, perang Makassar melawan penjajah Belanda. Diorama 2, perlawanan rakyat wajo terhadap Belanda. Diorama 3, perlawanan rakyat mandar, Diorama 4, perlawanan rakyat bone, Diorama 5, perlawanan rakyat toraja, Diorama 6, serangan umum terhadap kota palopo, Diorama 7, perlawanan Lapris (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia), Diorama 8, pelantikan laskar KRIS (Kebangkitan Rakyat Indonesia Sulawesi), Diorama 9, peristiwa korban 40.000 jiwa, Diorama 10, konferensi kelaskaran Sulawesi Selatan, Diorama 11, kepahlawanan Robert Wolter, dan Diorama 12, peristiwa andi Azis
Diaroma Lantai Dua
Sementara diorama di lantai dua menggambarkan perjuangan pembebasan Irian Barat dan mengembalikannya ke NKRI. Selain itu tiga relief pada lantai ini menggambarkan rapat atau diskusi guna membahas rencana atau strategi yang akan digunakan dalam pembebasan Irian Barat, relief Tiga Komando Rakyat (Trikora) dan relief Jenderal Basuki Mawa Bea.
Oleh karena itu, jika anda berkunjung ke Kota Makassar, tidak ada salahnya untuk mampir ke Momumen Mandala. Sedikit banyak kunjungan tersebut dapat membangkitkan rasa nasionalisme sebagai rakyat indonesia.
Oleh: Sasmita Siregar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja