Monumen PETA adalah Monumen terkenal yang dibangun untuk mengenang perjuangan tentara PETA ( PEmbela Tanah Air, pasukan tentara yang terdiri dari para pemuda yang dilatih militer Jepang, dengan harapan dapat membantu Jepang melawan pasukan Sekutu) Blitar yang dipimpin oleh Sodancho Supriyadi pada tanggal 14 Februari 1945. Pemberontakan tersebut seperti menyerang gedung amunisi, menyergap gedung penyiaran radio, menyerang markas-markas tentara Jepang, kantor polisi, dan lain-lain. Pemberontakan tersebut terjadi karena ketidakadilan dan tindakan sewenang-wenang tentara Jepang yang menduduki Kota Blitar yang membuat rakyat Blitar kala itu sangat menderita. Pada akhirnya pasukan PETA yang berada di Blitar melawan para tentara Jepang untuk membebaskan Kota Blitar dari jajahan Jepang.
Monumen PETA terletak di Jalan Sudanco Supriyadi, Bendogerit, Sananwetan, Kota Blitar, Jawa Timur. Monumen pertama PETA bukanlah seperti yang sekarang ini (gambar 1) namun berbentuk patung seorang tentara PETA yang berdiri membawa senjata (gambar 2) Monumen pertama PETA tersebut dibangun pada 14 Februari 1998, dan diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur M Basofi Soedirman. Patung tersebut masih ada hingga sekarang, namun diletakkan di belakang Monumen PETA yang sekarang. Monumen yang sekarang berdiri terdiri atas 7 patung para pejuang PETA. Di tengahnya adalah patung Sodancho Supriyadi yanb merupakan pemimpin pemberontakan PETA yang sedang mengepalkan tangannya ke atas, 6 patung yang berada bersamanya (3 di kiri dan kanan) adalah tokoh-tokoh penting PETA yang berjuang bersama di bawah pimpinan Sudancho Supriyadi yaitu : Chudancho dr Soeryo Ismail, Shodancho Soeparjono, Budancho Soedarmo, Shodancho Moeradi, Budancho Halir Mangkoe Dijaya, dan Budancho Soenanto. Peletakan batu pertama yang menandai dibangunnya Monumen PETA tersebut, dilakukan oleh Walikota Blitar Drs H Djarot Syaiful Hidayat MS. 16 Agustus 2007. Dan monumen tersebut selesai dipugar dan diresmikan 14 Pebruari 2008 tepat pada hari peringatan Pemberontakan PETA Blitar.
Tepat dibawah patung Sudancho Supriyadi terdapat plakat (gambar 3) yang bertuliskan : "DI TEMPAT INI, PADA TANGGAL 14 FEBRUARI 1945 TEPAT PADA JAM 02.30 DINI HARI BERDENTUMLAH SUARA MORTIR YANG PERTAMA SEBAGAI TANDA DICETUSKANNYA PEMBERONTAKAN TENTARA PETA BLITAR YANG DIPIMPIN SODANCHO SUPRIYADI MELAWAN PENJAJAH JEPANG. BERSAMA DENGAN GERAKAN PASUKAN TERSEBUT PADA JAM 04.00 DIKIBARKANLAH BENDERA PUSAKA MERAH PUTIH DITIANG BENDERA LAPANGAN APEL TENTARA PETA YANG TERLETAK DI SEBERANG MARKAS DAIDAN"
Monumen tersebut dibangun untuk mengenang jasa para pemuda pahlawan PETA yang telah berjuang membebaskan rakyat Blitar dari penjajahan.
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja