|
|
|
|
Mitos Pernikahan dalam Tradisi Aceh Tanggal 07 Aug 2018 oleh adhaagary . |
JAKARTA, NETRALNEWS.COM - Mitos, tidak lain adalah cerita prosa rakyat yang menceritakan kisah yang berlatar belakang masa lampau mengandung penafsiran alam semesta dan keberadaan makhluk di dalamnya serta dianggap benar-benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.
Cerita-cerita berupa mitos itu sangat diyakini kebenaran oleh masyarakat, sehingga cerita itu terus diceritakan secara turun-temurun. Dan semua daerah dan suku di Indonesia, bahkan diberbagai suku di dunia, memiliki mitos-mitos. Tidak kecuali, mitos itu juga melekat pada masyarakat Serambi Mekah, Aceh.
Mungkin Anda heran, Aceh yang terkenal kuat iman keislamannya itu, tumbu pula sejumlah mitos. Tetapi, itulah sosok masyarakat kita, bahwa meskipun di masyarakat itu tingkat iman keagamaanya begitu tinggi, entah masyarakat Aceh, Minang dan Bugis yang identik dengan iman keislamannya, Batak dan Menado yang identik dengan kekristenannya, atau Flores yang identik dengan iman kekatolikannya, tetap saja di situ tumbuh sejumlah mitos yang terus berkembang hingga di zaman modern ini.
Salah satu mitos yang berkembang dalam masyarakat Aceh hingga sekarang adalah mitos tentang segala sesuatu di seputar pernikahan. Atjehpost, dan Haba Asa News, misalnya pernah menuturkan tentang mitor di seputar pernikahan itu, yang menginspirasi tulisan ini.
Berikut beberapa kepercayaan masyarakat Aceh tentang pernikahan yang dilestarikan hingga kini:
Pernikahan tidak boleh dilakukan siang hari
Beberapa kelompok masyarakat di berbagai daerah di Aceh percaya bahwa pernikahan di siang hari akan berakibat buruk terhadap keharmonisan rumah tangga nantinya. Siang hari diidentikan dengan panas. Bahwa hawa panasnya matahari diyakini berefek pada suasana keluarga pengantin.
Pengantin pria dilarang keluyuran menjelang pernikahan
Para pengantin pria di beberapa kabupaten kota di Aceh dilarang keluyuran di malam hari menjelang pernikahan. Ini karena perilaku tersebut dianggap tidak baik bagi keharmonisan rumah tangga serta ditimpa kemalangan. Karena, pria diidentikan dengan tanggung jawab dan ketenangan dalam membangun keluarga, sekaligus sebagai simbol kewibawaan keluarga.
Remaja Aceh dilarang makan nasi di piring retak
Remaja di Aceh, baik pria dan wanita, dilarang makan dan minum dari gelas atau piring yang retak. Jika kebiasaan ini dilanggar, maka sang pemuda atau pemudi tersebut, dikhawatirkan akan mendapatkan jodoh yang cacat, atau minimal cacat moral. Karena retak juga merukan simbil perpecahan.
Wanita muda dilarang duduk di pintu masuk
Para wanita muda di Aceh dilarang duduk atau tidur di pintu masuk rumah. Bagi yang melanggar, menurut kepercayaan masyarakat, akan susah mendapatkan jodoh serta dilangkahi oleh saudaranya dalam urusan jodoh. Ini sebenarnya berlaku juga di sejumlah daerah di Tanah Air. Hanya saja di daerah lain, duduknya gadis di depan pintu, khususnya malam hari, akan membawa kekhawatiran pada saat melahirkan nantinya.
Remaja Aceh dilarang mengambil nasi di atas kompor
Bagi para remaja yang melanggar tradisi ini, menurut kepercayaan masyarakat, akan mendapatkan jodoh yang lebih tua atau jelek. Karena kompor bukanlah tempat yang cocok untuk ditempatkan nasi yang hendak dimakan. Karena kompor simbol kepanasan dengan permukaan yang jelek.
Pengantin yang wajahnya berkerut di hari pesta harus diperlihatkan pantat belanga
Tradisi ini masih berkembang di beberapa daerah Aceh, terutama di daerah pedalaman. Adanya kepercayaan bahwa ketika ada pasangan yang berwajah cemberut atau hitam di hari pesta pernikahan, maka keluarga diharuskan memperlihatkan pantat periuk atau belanga. Percaya atau tidak, tradisi ini masih berjalan di beberapa daerah Aceh.
Sumber : http://www.netralnews.com/news/rsn/read/85265/6-mitos-pernikahan-dalam-tradisi-aceh
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |