Jenis permainan hampir terdapat di seluruh Daerah Istimewa Aceh, terutama di daerah-daerah tepi pantai. Permainan ini bersifat hiburan bagi anak-anak karena mudah dimainkan di sembarang tempat tanpa memerlukan peralatan yang banyak. Pemberian nama untuk permainan ini berdasarkan sebutan cara melakukan permainan atau semata-mata berdasarkan pada sebutan permainan itu sendiri karena setiap bermain akan ditentukan berapa kom atau berapa kali games. Ha ini akan dibicarakan secara lebih luas di dalam membahas jalannya permainan. Hasil wawancara yang dilakukan dengan para informan untuk meneliti lebih mendalam mengenai pengertian nama permainan ini tidak banyak diperoleh keterangan. Mereka menjelaskan bahwa nama itu diberikan karena permainan ini setiap kali game disebut dengan istilah kom. Arti lain dari permainan ini tidak dapat dijelaskan lebih jauh.
Sejarah
Untuk meneliti latar belakang lahirnya permainan ini agak sukar diperoleh datanya karena orang-orang tua yang dijadikan informan mengatakan, permainan ini memang sudah cukup lama berkembang di dalam masyarakat. Mereka hanya meneruskan permainan ini dan mereka menerima dari generasi sebelumnya, yaitu pada waktu mereka masih anak-anak. Dalam perkembangannya, permainan ini telah mengalami masa-masa jaya, yaitu pada zaman yang lampau sampai zaman pra kemerdekaan Indonesia. Permainan ini mulai merosot setelah Indonesia merdeka bahkan sekarang sudah jarang dimainkan anak-anak terutama di pedesaan.
Pada masa lampau, yaitu sebelum masyarakat Aceh mengenai bola sejenis bola tenis atau kasti, mereka mempergunakan karet mentah yang baru dideres dari batangnya yang kemudian dibulatkan menjadi bola. Bola inilah yang dipakai sebagai perlengkapannya karena mudah diperoleh dan di setiap daerah dijumpai pohon karet. Dalam perkembangan selanjutnya, setelah mereka mengenai karet yang telah dimasak yaitu jenis karet yang dipergunakan sebagai pengikat, karet ini dipergunakan oleh anak-anak untuk dijalin menjadi bola terutama di daerah pedesaan yang taraf ekonominya sangat rendah. Di desa-desa atau gampong-gampong penggunaan bola dari karet mentah dan karet yang telah dimasak sama banyaknya, hal ini erat sekali dengan sumber daya alam dan tingkat perkembangan ekonomi warga masyarakat yang tidak memungkinkan untuk membeli bola kasti. Penggunaan bola kasti merupakan pengganti jenis-jenis bola yang telah disebutkan, terutama penggunaannya di kalangan tertentu sehingga tidak merata di seluruh daerah. Sungguhpun bola kasti telah dikenal masyarakat, namun penggunaan bola dari getah alam dan karet yang telah dimasak tetap masih dipergunakan.
Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan permainan ini, sama halnya dengan jenis-jenis permainan lain yang telah banyak dijelaskan terdahulu bahwa tidak mempergunakan waktu yang khusus. Permainan ini dapat dimainkan setiap saat, namun sering dimainkan anak-anak pada siang hari. Pada waktu siang mereka dapat melakukan permainan ini dengan bebas, sedangkan pada malam hari biasanya anak-anak mendapat pekerjaan lain yang umumnya mengaji. Di tempat pengajian permainan ini jarang dimainkan, hal ini tidak berarti bahwa di tempat pengajian dilarang bermain permainan ini, tetapi tidak bermain karena mengganggu jalannya pengajian. Waktu yang selalu dipakai adalah waktu senggang, yaitu pada saat mereka tidak melakukan tugas yang lain.
Pemain
Seperti telah diuraikan di atas, pemain permainan ini pada umumnya anak perempuan. Sesuai dengan sifat permainan ini yang semata-mata untuk mengisi waktu dan mencari hiburan, tentu saja dapat dimainkan oleh semua tingkat anak-anak. Dalam permainan ini sasaran yang utama bukanlah mencari kemenangan, tetapi lebih banyak bersifat hiburan. Sehubungan dengan itu, pembatasan umur tidak dilakukan dan dalam kenyataannya anak-anak sejak usia 5-13 tahun banyak melakukan permainan ini. Mengenai jumlah pemain dapat dilakukan sekurang-kurangnya dua sampai empat orang. Sungguh pun demikian tidaklah berarti mereka yang telah menjadi pemuda tidak dibenarkan lagi untuk memainkan permainan ini, tetapi sebaliknya yang terjadi dan tepat apabila dikatakan bahwa permainan ini merupakan permainan anak-anak dan remaja karena permainan ini sering dimainkan anak-anak dan remaja, tentu saja tidak berarti permainan dimainkan secara bersama. Pengelompokan umur tetap ada dalam permainan, tujuannya agar permainan dapat berlangsung dengan baik.
Peralatan atau Perlengkapan Permainan
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas bahwa peralatan yang diperlukan untuk permainan ini sangat sederhana, yaitu sebuah bola dan beberapa biji keong. Jumlah keong yang diperlukan sangat bergantung kepada tingkatan umur para pemain, 8-20 biji.
Kegunaan bola seperti yang disebutkan di atas, untuk dibanting dan selama bola tersebut belum sempat jatuh ke tanah seorang pemain harus dapat mengerjakan pekerjaan yang lain, yaitu mengambil keong yang telah disebarkan. Demikian pula kegunaan keong adalah untuk disebar dan kemudian dikumpulkan kembali serta dibuka atau ditutup sesuai dengan aturan permainan yang berlaku. Untuk membahas fungsi dan cara mempergunakan kedua alat tersebut akan dibicarakan lebih luas di dalam membahas jalannya permainan.
Selain dari kedua alat tersebut untuk permainan ini tidak ada lagi. Adapun hal yang menyangkut lapangan permainan seperti halnya permainan lain, tidak memerlukan lapangan yang cukup luas, biasanya berukuran 50 x 50 cm yang dipakai untuk menyebarkan keong-keong. Sebagai lapangan (tempat bermain dapat dipakai papan yang tebal) adalah lantai yang bersemen atau langsung di atas tanah yang rata. Jadi, dapat dikatakan untuk memainkan permainan ini tidak mempunyai problema dengan masalah lapangan tempat bermain.
Jalannya Permainan
Bila pemain telah berkumpul untuk melakukan permainan ini terlebih dahulu mereka menentukan beberapa persyaratan yang disepakati bersama untuk menjaga kelancaran permainan. Adapun hal-hal yang harus disepakati adalah hal yang menyangkut berapa kom (jumlah point) yang harus dicapai untuk menentukan kalah atau menang seorang pemain, berapa pasang keong yang dipakai, dan penentuan urutan pemain. Setelah hal ini disepakati barulah permainan dimulai. Seperti biasa bahwa dalam penentuan urutan pemain adalah dengan menggunakan sistem undian melalui sut, siapa yang menang dia menjadi pemain pertama dan siapa pemenang sut kedua dia menjadi pemain kedua, dan seterusnya.
Mula-mula seorang pemain mengambil sebuah bola dan sejumlah keong yang telah disepakati, barulah ia memulai permainan. Bola dibanting di atas lapangan permainan dengan tidak terlalu kuat agar bola tersebut dapat melambung ke udara (atas). Pada saat bola di udara, pemain tersebut harus mengambil semua keong yang telah diletakkan yang tidak berapa jauh dari tempat duduknya atau tidak berapa jauh dari tempat bola tersebut dibanting dengan tidak satu pun yang tertinggal. Sebelum bola itu jatuh ke tanah dia harus sudah selesai menabur (menyebar) keong tersebut dan selanjutnya ia menyambut bola agar jangan jatuh ke tanah. Apabila ia tidak berhasil mengambil semua keong dan menyebarkannya, sedangkan bola telah menyentuh tanah dia dinyatakan mati. Demikian pula sebaliknya bila keong belum berhasil ditaburkan walaupun dia dapat menyambut bola, hal yang demikian juga dinyatakan mati. Untuk menyambut bola harus mempergunakan sebelah tangan.
Selanjutnya setelah ia menyambut bola kemudian membanting kembali dan sebelum bola dibanting terlebih dahulu harus diperhatikan letak anak (keong) yang telah tersebar tadi Pada langkah ini setiap pemain diminta untuk mengumpulkan kembali anak keong satu-satu sambil membanting bola dan harus diusahakan agar bola tidak menyentuh lapangan. Untuk langkah ini pemain dapat mengambil satu harus diambil satu demi satu. Bila sempat jatuh mengenai lapangan harus diambil satu demi satu. Bila sempat jatuh mengenai lapangan atau terambil lebih dari satu, pemain dinyatakan mati. Setelah selesai langkah dengan tidak mati, berarti ia dibenarkan melakukan langkah selanjutnya.
Langkah kedua setelah berhasil mengumpulkan anak (keong), dia kembali membanting bola sambil menabur anak seperti yang dilakukan pada permulaan. Setelah keong tersebar, ia membanting lagi bola dan pada saat ini harus mengambil anak dua-dua (satu-satu pasang) sekali ambil. Sekali membanting bola dapat diambil satu pasang atau lebih, bergantung pada kecepatan bermain pemain. Jika pada langkah kedua telah berhasil mengumpul seluruh anak dengan tidak mati, barulah pemain tersebut melanjutkan langkah selanjutnya (ketiga).
Langkah ketiga, yaitu setelah berhasil memainkan permainan langkah kedua tanpa mengenai kematian. Pada langkah ketiga ini cara memainkannya juga seperti pertama dengan membanting bola menyebarkan keong. Sesudah itu pemain menutup semua keong yang terbuka sambil membanting bola. Syarat-syaratnya sama seperti semula, yaitu bola tidak boleh mengenai lantai/tanah. Sekali membanting bola menutup satu keong atau lebih. Setelah berhasil menutup keong seluruhnya, kemudian kembali mengumpulkan keong dengancara membanting bola, dan baru dilanjutkan dengan langkah selanjutnya (keempat).
Langkah keempat adalah kebalikan dari cara bermain langkah ketiga. Pada langkah ini pemain dituntut untuk membuka semua keong yang tertutup. Mengenai cara dan syarat-syaratnya sama dengan langkah-langkah sebelumnya.
Permainan kemudian dilanjutkan dengan langkah kelima yaitu sesudah keong ditaburkan sambil membanting bola, pemain diharuskan membuka dan menutup keong. Sambil membanting bola seorang pemain diharuskan membuka dan menutup kembali keong yang tertutup atau menutup dan membuka kembali keong yang terbuka dan harus dilakukan sekaligus. Maksudnya keong yang tertutup harus dibuka dan langsung ditutup kembali pada saat bola dibanting sebelum jatuh ke tanah, demikian pula sebaliknya bila keong terbuka. Setelah melakukan itu dilanjutkan dengan mengumpulkan kembali keongkeong tersebut sambil membanting bola.
Apabila seorang pemain dapat memainkan permainan ini dari langkah pertama sampai langkah kelima tidak mati, dia telah mendapat satu point atau disebut kom dalam istilah permainan. Pada akhir permainan siapa yang lebih dahulu mencapai point (kom) yang telah disepakati, dia dinyatakan sebagai pemenang. Bagi seorang pemenang mempunyai hak menyembunyikan anak keong tersebut dan harus diterka oleh yang kalah. Bila dalam penerkaan tersebut tidak tepat, dia mendapat hukuman diketok di lutut. Cara melakukan penyembunyian dan penerkaan ini sama halnya dengan cara pada permainan “meuen geuti” atau “meuen crek” yang telah dijelaskan terdahulu.
Referensi:
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja