Permainan Tradisional
Permainan Tradisional
Permainan Aceh Aceh
Meu Som-Som Talo
- 24 Mei 2018

Meu som-som talo adalah sejenis permainan yang dilakukan anak-anak hampir di seluruh wilayah Daerah Istimewa Aceh. Nama permainan ini berdasarkan jenis alat yang dipakai untuk sasaran permainan, yaitu seutas tali yang dalam bahasa Aceh disebut talo. Tali yang dipakai untuk mainan ini dapat dibuat atau terdiri dari apa saja jenisnya, yang penting dapat dijadikan sebagai suatu gulungan kecil dengan diikat kedua ujungnya, sehingga bersambung menjadi suatu gulungan. Bulatan atau gulungan tali kecil ini disembunyikan dalam tanah berpasir yang lokasinya sudah ditentukan untuk bermain, yaitu dengan memberi suatu tanda berupa goresan yang berbentuk lingkaran di atas tanah tempat permainan berlangsung.

Setelah tali disembunyikan oleh salah seorang pemain dalam lingkaran tanah tersebut, kemudian dicari oleh para pemain lainnya dengan mempergunakan sekerat lidi atau sejenis kayu seperti lidi. Karena yang menjadi sasaran pencarian adalah tali yang disembunyikan, maka permainan ini diberi nama Meen Meusom-som talo, artinya dalam bahasa Indonesia permainan sembunyi-sembunyian tali.

Sejarah

Permainan ini selain mengandung unsur keamanan bagi anak-anak yang jauh dari pengawasan orang tuanya juga mengandung unsur siasat, yaitu kelihaian si-anak dalam menerka lokasi atau tempat tali disembunyikan. Jadi, bagi si anak mengandung pula unsur latihan mencerdaskan dalam menebak sesuatu benda yang disembunyikan di tempat-tempat tertentu. Sejak kapan permainan ini terdapat di Daerah Istimewa Aceh, belum mendapatkan data-data yang konkrit.

Waktu Pelaksanaan

Permainan ini dilakukan pada siang hari dan biasanya berlangsung pada waktu senggang, artinya tidak pada waktu/jam sekolah atau waktu ada kegiatan kampung seperti kenduri, kematian, dan sebagainya. Umumnya dilakukan pada waktu menjelang tengah hari (antara jam 11 sampai 12), sambil menunggu orang tuanya pulang dari bekerja, atau pada waktu sore (antara jam 3-4), sementara orang tua mereka beristirahat. Permainan dilakukan di tempat-tempat yang rindang seperti di bawah pohon-pohon besar yang tidak membahayakan sekitar rumah. Atau ada juga yang bermain di bawah rumah (hal ini memungkinkan karena rumah orang Aceh pada umumnya bertiang dan bentuknya tinggi serta berpanggung, sehingga di bawahnya dapat dijadikan untuk tempat beristirahat atau bermain bagi anak-anak). Lokasi atau tempat permainan ini dilangsungkan berada tidak jauh dari rumah. Hal ini mempunyai maksud atau terkandung suatu unsur keamanan bagi anak-anak, agar mereka bermain tidak begitu jauh dari rumah mereka, sementara orang tua mereka sedang bekeja atau beristirahat.

Pemain

Permainan ini khusus untuk anak-anak dan umumnya anak laki-laki. Namun, kadang-kadang terdapat pula peserta anak-anak putri. Jumlah pemain permainan ini sekitar 4 atau 7 orang anak, dan umurnya sekitar 10 sampai 12 tahun. Seperti telah 76 dijelaskan di atas, pemain sebagian besar anak-anak petani dalam arti yang sesungguhnya.

Peralatan atau Perlengkapan Permainan Seperti telah disebutkan di atas, alat utama yang dipakai dalam permainan ini, yaitu seutas tali yang panjangnya tidak lebih sehasta. Tali ini disambung kedua ujungnya, sehingga menjadi sebuah gulungan kecil. Tali ini dapat dibuat dari jenis apa saja, yang penting kuat (tidak mudah putus) dan dapat disambung atau dibuat menjadi suatu gulungan. Selain tali alat lain yang diperlukan, yaitu lidi atau sejenisnya yang ukuran panjangnya kirakira satu jengkal. Setiap pemain harus memiliki 10 lidi dalam ukuran sama. Selanjutnya peralatan lain yang diperlukan ialah tempat/tanah untuk menyembunyikan tali. Ini biasanya dipakai tanah yang berpasir dan kering untuk memudahkan masuknya tali ke dalamnya. Tanah yang digunakan untuk permainan ini beradius sekitar satu meter dan di atasnya dibuat sebuah lingkaran. Dalam lingkaran inilah tali tersebut disembunyikan. Jadi, jika dilihat dari segi peralatan atau perlengkapan permainan yang dipakai sangat sederhana.

Jalannya Permainan

Setelah anak-anak pulang dari sekolah dan tiba di rumah masing-masing, biasanya setelah meletakkan alat-alat sekolah (batu tulis, grip, dan sebagainya), mereka berkumpul kembali. Juga setelah selesai makan siang bersama orang tuanya, biasanya berkumpul kembali. Pada saat berkumpul inilah mereka bermain pelbagai permainan yang mereka senangi sesuai dengan tingkat permainan mereka, salah satu di antaranya ialah permainan Meusom-som talo. Untuk permainan ini mereka mudah mendapatkan/mempersiapkan alat-alatnya (seperti yang telah disebutkan di atas). Setelah tempat main ditentukan (di bawah pohon yang rindang atau di bawah rumah), kemudian dibuat suatu lingkaran pada tanah (beradius 1 meter). Jika setiap peserta telah siap dengan lidi-lidinya dan tali untuk disembunyikan juga telah ada, maka dimulailah permainan ini.

Melalui suatu undian yang dilakukan dengan tangan atau sut, ditentukan siapa yang pertama menyembunyikan tali ke dalam tanah. Dan salah seorang di antara pemain keluar sebagai pemenang undian, berhak untuk menyembunyikan tali, sementara pemain lainnya menghadap ke tempat lain dengan menutup mata untuk memberi kesempatan kepada si pemenang menyembunyikan tali pertama kali ke dalam tanah. Dalam menyembunyikan tali, untuk mengelabui para pemain lain ia membuat onggokan-onggokan tanah atau menggali beberapa tempat seolah-olah di situlah tali disembunyikan.

Selanjutnya setelah selesai tali disembunyikan, secara bergiliran para pemain ini mencari tali tersebut kecuali si penyembunyi. Pencarian ini dilakukan dengan lidi, dan setiap pemain dapat memiliki lidi sepuluh biji. Lidi ini ditancapkan secara bergiliran di tempat-tempat dalam lingkaran yang diperkirakan di situlah tali disembunyikan. Tancapan lidi ini harus tepat berada di tengah-tengah (dalam gulungan) tali. Lidi yang ditancapkan ini kemudian ditarik (tidak dicabut) keluar lingkaran tersebut. Jika lidi tersebut tertancap tepat dalam gulungan tali, dengan sendirinya tali akan ikut tertarik ke luar lingkaran. Dan siapa yang berhasil demikian, maka ia keluar sebagai pemenang. Selanjutnya giliran si pemenang ini yang menyembunyikan tali.

Pada tingkat awal, setiap pemain mencapkan 1 (satu) üdi, kemudian jika tidak ada yang berhasil menemukannya diulangi lagi sampai ke-10 lidi habis. Jika tidak ada yang menemukannya, si penyembunyi keluar sebagai pemenang, dan dia dapat mengulangi menyembunyikan lagi sampai para pemain lainnya dapat menemukannya.

Sumber: https://gpswisataindonesia.info/2018/02/meu-som-som-talo-nad/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline