Kayu hutan lainnya seperti kayu maranti, karuing, sintuk lanan, bangkirai, galan, galih (kayu ulin yang sudah mati), bambu dan paring, daun nipah dan daun rumbia serta purun.
Untuk melakukan pekerjaan meramu yang sifatnya berat seperti meramu kayu ulin dan jenis kayu lainnya, biasanya dilakukan oleh kelompok atau keluarga, sedang meramu yang sifatnya ringan dan tempatnya tidak jauh kadang-kadang dilakukan oleh perorangan seperti meramu daun nipah atau rumbia. Biasanya terdapat jenis pembagian pekerjaan di antara kelompok masyarakat yang melakukan pekerjaan ini, seperti misalnya dalam masyarakat penebang kayu ulin, yang tua dan yang kuat, mereka mendapat tugas menebang, sedangkan anak-anaknnya membuat sirap (bahan untuk atap).
Dalam masyarakat peramu galan, yang tua menebang dan mengangkat, sedangkan anak-istri dan yang muda memotong dan membelah untuk dijadikan kayu api. Dalam melaksanakan pekerjaan meramu di daerah Kalimantan Selatan tidaklah dikenal adanya upacara yang berhubungan dengan meramu. Pada umumnya kelompok yang akan meramu itu hanya melanjutkan tradisi dulu. Apabila pekerjaan yang dilakukan memakan waktu yang lama, mereka berangkat dengan membawa perbekalan secukupnya dan biasanya mereka membawa pisang dan gula merah lebih banyak dari pada yang lainnya. Bahan-bahan yang diramu itu dicari dan dikumpulkan dari hutan-hutan dan kemudian ditunjuk lebih dahulu di tepi-tepi sungai untuk kemudian diangkut dengan perahu atau dirakit ke tempat tinggal kelompok itu atau ke tempat penjualan, seperti misalnya kayu galan yang dihasilkan dari daerah Barito Kuala.
Kayu ini dicari di hutan-hutan di tepi-tepi atau disekitar sungai dan ditumpuk di tepi sungai yang kemudian dibawa dengan perahu ke Banjarmasin untuk dijual. Demikian juga dengan bahan-bahan yang lainnya seperti purun, daun nipah dan sebagainya. Sedangkan untuk penebangan kayu ulin di daerah Pleihari seperti di Jorong, Asam-asam, Kintab para peramu telah mendapatkan hasil secukupnya, maka untuk mengangkut kayu-kayu tersebut digunakan tenaga kerbau sebagai penarik yang disebut dengan istilah pehadangan. Cara ini telah mereka lakukan secara turun temurun, di mana kayu-kayu ulin yang diperoleh ditarik dari pedalaman dengan gelinding kerbau.
Hasil-hasil yang dikumpulkan itu umumnya digunakan untuk keperluan masyarakat seperti kayu ulin digunakan untuk sirap, tongkat, balok-balok untuk membangun gedung, jembatan, tiang-tiang telepon atau listrik, bantalan rel kereta api dan sebagainya. Kayu-kayu hutan lainnya seperti karuing, sintuk lanan dan sebagainya, di samping untuk bangunan rumah juga untuk membuat perkakas rumah tangga seperti lemari, kursi dan lainnya. Kayu galan digunakan untuk bahan bangunan, jembatan, kayu api dan sebagainya. Rotan digunakan sebagai bahn untuk membuat barang-barang kerajinan yang merupakan salah satu hasil khas dari daerah Kalimantan Selatan ini seperti anyaman-anyaman tikar, lampit, kipas, bakul, kursi dan sebagainya.
Sedangkan lampit merupakan salah satu barang export daerah yang bersifat khas, di samping itu rotan juga digunakan sebgai alat pengikat. Daun nipah digunakan untuk membuat kajang dan daun rokok. Kajang ini digunakan untuk atap perahu, atap rumah, sedang buah nipah dibuat sebagai manisan dan pelepahnya dijadikan keranjang, lampit dan sebagainya. Purun digunakan untuk membuat alat-alat keperluan rumah tangga seperti bakul, tikar, kampil dan lain-lain. Kerajinan anyaman purun ini merupakan mata penceharian tambahan.
Sumber:
http://www.wacana.co/2011/09/tradisi-meramu-hutan-suku-banjar/
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja