|
|
|
|
Mengenal Kato Nan Ampek Di Minangkabu Tanggal 11 Aug 2018 oleh OSKM18_16018331_Miftahul Husna. |
Minangkabau dikenal dengan adatnya yang kental akan sopan santun serta menjunjung tinggi budi pekerti. Minangkabau juga memiliki petatah petitih yang khas dalam mengatur perilaku sehari hari. Namun seiring berkembangnya zaman dan kencangnya arus globalisasi perubahan pun terjadi pada bertutur kata serta perubahan perilaku.
Minangkabau mengenal istilah KATO NAN AMPEK yang berarti kata yang empat. Kato maksudnya disana adalah aturan dalam berbicara bagaimana semestinya. Kapan harus berbicara lemah lembut,kapan harus tegas dan sebagainya. Itu semua diatur dalam kato nan ampek atau dalam kata lain kato nan ampek bisa dikatakan sebagai norma atau ketentuan dalam bertutur kata.
Kato nan ampek terdiri atas kato mandaki, kato manurun, kato mandata, kato malereang
Kato Mandaki
Kato mandaki biasanya digunakan dalam berbicara dan bersikap kepada orang yang lebih tua seperti kepada kakak laki-laki (uda), kakak perempuan (uni), ayah (abak), ibu (amak) dan semua orang yang lebih tua dari kita. Contoh ungkapan kato mandaki seperti berbicara tidak membentak atau kasar, mendengarkan nasihat tidak, membantah pembicaraan atau oengajaran yang diberikan.
Kato Manurun
Berbeda dengan kato mandaki kato manurun digunakan kepada orang yang lebih muda seperti berbicara kepada adik. Cara berbicara yang mengayomi dan menunjukan rasa kasih sayang kepada yang lebih muda merupakan bentuk nyata dari ungkapan ini. Karena mereka adalah orang yang lebih kecil maka bahasa yang digunakan pun lemah lembut dan boleh tegas ketika menasehatinya.
Kato Mandata
Kato mandata atau kata mendatar adalah tata cara bicara kepada teman sebaya atau seumuran. Saling menghormati dan menghargai merupakan dampak dari penggunaan kato manurun ini.
Kato Malereang
Kato malereang adalah tata bicara kepada orang yang disegani. Kato malereang hampir sama dengan kato mandaki yaitu sama sama tata bicara yang digunakan kepada yang lebih tua. Hanya saja kato malereang digunakan kepada orang yang disegani seperti ipar, besan, mertua,pembicara antar tokoh adat,agama dan pemimpin. Diminangkabau jika hendak berbicara dengan pemuka adat bahasa yang digunakan adalah bahasa kiasan yang penuh makna. Oleh karena itu kata yang dipergunakan harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum diucapkan.
Ungkapan KATO NAN AMPEK atau biasa disebut dengan JALAN NAN AMPEK sudah menjadi ciri khas pergaulan masyarakat Minangkabau secara turun temurun hingga saat ini. Orang minang yang salah berperilaku atau salah menempatkan posisinya disebut dengan INDAK TAU JO KATO NAN AMPEK atau URANG INDAK BARADAIK. Pergaulan sehari-hari di Minang dapat digambarkan dengan ungkapan adat " nan tuo dihormati, nan ketek disayangi, samo gadang baok baiyo " #OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |