Minangkabau dikenal dengan adatnya yang kental akan sopan santun serta menjunjung tinggi budi pekerti. Minangkabau juga memiliki petatah petitih yang khas dalam mengatur perilaku sehari hari. Namun seiring berkembangnya zaman dan kencangnya arus globalisasi perubahan pun terjadi pada bertutur kata serta perubahan perilaku.
Minangkabau mengenal istilah KATO NAN AMPEK yang berarti kata yang empat. Kato maksudnya disana adalah aturan dalam berbicara bagaimana semestinya. Kapan harus berbicara lemah lembut,kapan harus tegas dan sebagainya. Itu semua diatur dalam kato nan ampek atau dalam kata lain kato nan ampek bisa dikatakan sebagai norma atau ketentuan dalam bertutur kata.
Kato nan ampek terdiri atas kato mandaki, kato manurun, kato mandata, kato malereang
Kato Mandaki
Kato mandaki biasanya digunakan dalam berbicara dan bersikap kepada orang yang lebih tua seperti kepada kakak laki-laki (uda), kakak perempuan (uni), ayah (abak), ibu (amak) dan semua orang yang lebih tua dari kita. Contoh ungkapan kato mandaki seperti berbicara tidak membentak atau kasar, mendengarkan nasihat tidak, membantah pembicaraan atau oengajaran yang diberikan.
Kato Manurun
Berbeda dengan kato mandaki kato manurun digunakan kepada orang yang lebih muda seperti berbicara kepada adik. Cara berbicara yang mengayomi dan menunjukan rasa kasih sayang kepada yang lebih muda merupakan bentuk nyata dari ungkapan ini. Karena mereka adalah orang yang lebih kecil maka bahasa yang digunakan pun lemah lembut dan boleh tegas ketika menasehatinya.
Kato Mandata
Kato mandata atau kata mendatar adalah tata cara bicara kepada teman sebaya atau seumuran. Saling menghormati dan menghargai merupakan dampak dari penggunaan kato manurun ini.
Kato Malereang
Kato malereang adalah tata bicara kepada orang yang disegani. Kato malereang hampir sama dengan kato mandaki yaitu sama sama tata bicara yang digunakan kepada yang lebih tua. Hanya saja kato malereang digunakan kepada orang yang disegani seperti ipar, besan, mertua,pembicara antar tokoh adat,agama dan pemimpin. Diminangkabau jika hendak berbicara dengan pemuka adat bahasa yang digunakan adalah bahasa kiasan yang penuh makna. Oleh karena itu kata yang dipergunakan harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum diucapkan.
Ungkapan KATO NAN AMPEK atau biasa disebut dengan JALAN NAN AMPEK sudah menjadi ciri khas pergaulan masyarakat Minangkabau secara turun temurun hingga saat ini. Orang minang yang salah berperilaku atau salah menempatkan posisinya disebut dengan INDAK TAU JO KATO NAN AMPEK atau URANG INDAK BARADAIK. Pergaulan sehari-hari di Minang dapat digambarkan dengan ungkapan adat " nan tuo dihormati, nan ketek disayangi, samo gadang baok baiyo " #OSKMITB2018
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.