Pernikahan merupakan sebuah upacara yang masih sangat kental dengan unsur kedaerahan. Upacara pernikahan di seluruh wilayah Indonesia tentu memiliki ciri khas masing-masing yang dituangkan dalam pakaian adat, perhiasan, makanan tradisional, tarian, ataupun tradisi pernikahan lainnya. Sama seperti setiap suku dari berbagai daerah di Indonesia, Suku Nias juga memiliki sebuah keunikan dalam upacara pernikahannya. Selain Lompat Batu (Fahombo) dan Tari Maena, ada hal menarik yang akan kita jumpai saat menghadiri pernikahan adat Nias.
Mempelai Wanita yang Ditandu. Suku Nias menganut sistem kekerabatan patrilineal yang melakukan pernikahan hanya sekali seumur hidup. Hal ini disebabkan oleh mayoritas penduduk pulau Nias beragama Nasrani, sehingga perkawinan bagi Suku Nias sangatlah sakral. Kesakralan dari makna pernikahan tersebut tercermin dalam perlakuan khusus kepada mempelai wanita. Pada hari pernikahan, seorang mempelai wanita akan ditandu (digotong) dari rumahnya menuju rumah mempelai pria. Ia tidak diperbolehkan berjalan sendiri, karena kedua kakinya tidak boleh menyentuh tanah. Ia pun tidak ditandu oleh sembarang orang (orang upahan, misalnya). Hanya keluarga dekat mempelai pria lah yang boleh menandu mempelai wanita. Namun, tidak semua mempelai wanita akan ditandu pada hari pernikahannya. Terdapat pengecualian bagi mempelai wanita yang sudah mengandung di luar pernikahan ataupun seorang janda. Hal ini masih berkaitan dengan makna sakral pada pernikahan adat Nias.
Pemberian Nama Baru bagi Mempelai Wanita. Mempelai wanita nantinya akan menerima nama baru setelah ia menikah. Nama baru yang diberikan dapat berupa penambahan nama pada nama lahir mempelai wanita atau pemberian nama baru yang sama sekali tidak ada hubungan dengan nama lahir mempelai wanita. Tujuan dari pemberian nama baru ialah sebagai bentuk penghargaan kepada mempelai wanita sekaligus pembeda/tanda kepada masyarakat bahwa sang mempelai wanita sudah menjadi seorang istri sehingga tidak boleh diganggu. Nama baru yang akan diberikan atau ditambahkan antara lain Barasi, Balaki, dan Sa'uso yang sesuai dengan kedudukan adat dari orangtua mempelai pria. Jika orangtua mempelai pria memiliki kedudukan adat yang tinggi, maka mempelai wanita berhak untuk menyandang Barasi sebagai nama barunya atau ditambahkan pada nama lahirnya. Jika tidak, maka ia hanya berhak menyandang nama Balaki atau Sa'uso. Sebagai contoh, nenek saya yang berada di kampung memiliki nama baru yaitu Saota Barasi. Ibu saya diberi nama baru Fulu Barasi, yang sama sekali tidak berhubungan dengan nama lahirnya. Akan tetapi, nenek saya lebih memilih untuk memberi nama ibu saya Faulu Barasi (yang berarti sudah selesai, karena pernikahan ayah dan ibu saya adalah pernikahan anak nenek yang terakhir).
Jika kita melihat ke belakang, suku Nias pada umumnya menikah pada usia yang relatif muda. Seorang pria akan menikah saat berumur 16 tahun, sedangkan seorang gadis akan menikah saat berumur 15 tahun. Khusus di desa, mempelai wanita pun dilarang untuk menemui mempelai pria atau keluarganya sebelum pernikahan karena diangap tidak sopan. Perilaku ini dianggap tidak menghormati, menyepelekan, bahkan menghina adat. Bahkan, mempelai wanita zaman dahulu harus bersembunyi di kamar ketika mempelai pria dan keluarganya datang sebelum hari pernikahan. Seiring dengan perkembangan zaman, suku Nias pun semakin terbuka pola pikirnya. Sekarang, pria dan gadis yang menikah umumnya berumur 18 tahun ke atas. Kebiasaan dimana mempelai wanita dilarang menemui mempelai pria sebelum perkawinan pun hanya akan kita temui di desa. Walaupun demikian, pernikahan suku Nias tetap kaya akan keindahan adat dan budaya yang menarik serta patut untuk disaksikan.
1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...
Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...
Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...
Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...
Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...