Ritual
Ritual
Pernikahan Suku Nias Sumatera Utara Nias
Mengapa Mempelai Wanita Nias Ditandu dan Diberi Nama Baru?

Pernikahan merupakan sebuah upacara yang masih sangat kental dengan unsur kedaerahan. Upacara pernikahan di seluruh wilayah Indonesia tentu memiliki ciri khas masing-masing yang dituangkan dalam pakaian adat, perhiasan, makanan tradisional, tarian, ataupun tradisi pernikahan lainnya. Sama seperti setiap suku dari berbagai daerah di Indonesia, Suku Nias juga memiliki sebuah keunikan dalam upacara pernikahannya. Selain Lompat Batu (Fahombo) dan Tari Maena, ada hal menarik yang akan kita jumpai saat menghadiri pernikahan adat Nias.

  1. Mempelai Wanita yang Ditandu. Suku Nias menganut sistem kekerabatan patrilineal yang melakukan pernikahan hanya sekali seumur hidup. Hal ini disebabkan oleh mayoritas penduduk pulau Nias beragama Nasrani, sehingga perkawinan bagi Suku Nias sangatlah sakral. Kesakralan dari makna pernikahan tersebut tercermin dalam perlakuan khusus kepada mempelai wanita. Pada hari pernikahan, seorang mempelai wanita akan ditandu (digotong) dari rumahnya menuju rumah mempelai pria. Ia tidak diperbolehkan berjalan sendiri, karena kedua kakinya tidak boleh menyentuh tanah. Ia pun tidak ditandu oleh sembarang orang (orang upahan, misalnya). Hanya keluarga dekat mempelai pria lah yang boleh menandu mempelai wanita. Namun, tidak semua mempelai wanita akan ditandu pada hari pernikahannya. Terdapat pengecualian bagi mempelai wanita yang sudah mengandung di luar pernikahan ataupun seorang janda. Hal ini masih berkaitan dengan makna sakral pada pernikahan adat Nias.

  2. Pemberian Nama Baru bagi Mempelai Wanita. Mempelai wanita nantinya akan menerima nama baru setelah ia menikah. Nama baru yang diberikan dapat berupa penambahan nama pada nama lahir mempelai wanita atau pemberian nama baru yang sama sekali tidak ada hubungan dengan nama lahir mempelai wanita. Tujuan dari pemberian nama baru ialah sebagai bentuk penghargaan kepada mempelai wanita sekaligus pembeda/tanda kepada masyarakat bahwa sang mempelai wanita sudah menjadi seorang istri sehingga tidak boleh diganggu. Nama baru yang akan diberikan atau ditambahkan antara lain Barasi, Balaki, dan Sa'uso yang sesuai dengan kedudukan adat dari orangtua mempelai pria. Jika orangtua mempelai pria memiliki kedudukan adat yang tinggi, maka mempelai wanita berhak untuk menyandang Barasi sebagai nama barunya atau ditambahkan pada nama lahirnya. Jika tidak, maka ia hanya berhak menyandang nama Balaki atau Sa'uso. Sebagai contoh, nenek saya yang berada di kampung memiliki nama baru yaitu Saota Barasi. Ibu saya diberi nama baru Fulu Barasi, yang sama sekali tidak berhubungan dengan nama lahirnya. Akan tetapi, nenek saya lebih memilih untuk memberi nama ibu saya Faulu Barasi (yang berarti sudah selesai, karena pernikahan ayah dan ibu saya adalah pernikahan anak nenek yang terakhir).

Jika kita melihat ke belakang, suku Nias pada umumnya menikah pada usia yang relatif muda. Seorang pria akan menikah saat berumur 16 tahun, sedangkan seorang gadis akan menikah saat berumur 15 tahun. Khusus di desa, mempelai wanita pun dilarang untuk menemui mempelai pria atau keluarganya sebelum pernikahan karena diangap tidak sopan. Perilaku ini dianggap tidak menghormati, menyepelekan, bahkan menghina adat. Bahkan, mempelai wanita zaman dahulu harus bersembunyi di kamar ketika mempelai pria dan keluarganya datang sebelum hari pernikahan. Seiring dengan perkembangan zaman, suku Nias pun semakin terbuka pola pikirnya. Sekarang, pria dan gadis yang menikah umumnya berumur 18 tahun ke atas. Kebiasaan dimana mempelai wanita dilarang menemui mempelai pria sebelum perkawinan pun hanya akan kita temui di desa. Walaupun demikian, pernikahan suku Nias tetap kaya akan keindahan adat dan budaya yang menarik serta patut untuk disaksikan.

OSKMITB2018

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline