Di timur provinsi Papua ada sebuah kepulauan kecil yg sangat aneh. Pulau itu selalu diliputi kegelapan, cahaya matahari tidak sanggup menembus pulau itu. Matahari tidak melintas di atas kepala tetapi di seberang langit. Penduduk melihat matahari hanya sebentar, karena setelah itu tenggelam. Dengan demikian terang sangat pendek dan kegelapan seperti malam sangat panjang.
Disana tinggal seorang pemuda bernama Rangga. Rangga tidak sabar untuk menghadapi suasana gelap. Dia ingin mengubah suasana kegelapan yg selama ini menyelimuti desanya.Dalam hatinya sering muncul pertanyaan, Mengapa matahari bersinar sangat singkat? Rangga pun mengajak para pemuda di desa itu untuk melaksanakan niat memecah matahari.
”Teman-teman, kita harus berusaha untuk membuat pulau kita ini menjadi terang,” kata Rangga pada para pemuda di desanya.
”Ini sudah takdir Rangga, kita tidak bisa mengubahnya karena ini adalah keadaan alam yg mesti kita terima,” jawab para pemuda itu.
Tapi ada beberapa orang pemuda yg akhirnya mendekati Rangga dan bertanya, ”Jelaskanlah pada kami gagasanmu yg sesungguhnya, Rangga.”
”Aku ingin memecah matahari. Sekarang yg kita perlukan adalah mencari lembing ajaib untuk memcah matahari,” jawab Rangga dengan lantang. Mendengar jawaban Rangga yg lantang dan penuh keyakinan, maka beberapa pemuda itu pun mulai terpengaruh dan bersedia ikut bersama Rangga pergi mencari lembing ajaib.
Rangga dan beberapa pemuda tadi berusaha mendapatkan lembing ajaib dengan cara berpuasa dan bersemedi di dalam hutan. Hari demi hari mereka lalui, tapi para pemuda itu tidak tahan akan rasa lapar dan banyaknya godaan yg mereka temui ketika bertapa dan berpuasa. Akhirnya hanya tinggal Rangga sendiri saja yg terus melanjutkan pertapaannya.
Pada hari ketujuh bersemedi, tiba-tiba muncul di hadapan Rangga seorang peri yg cantik. Tangannya membawa sebuah lembing panjang sambil mendekati Rangga. ”Hai Rangga, apa yg kalian cari di dalam hutan ini?”. ”Aku sedang bersemedi untuk mendapatkan lembing ajaib untuk memecah matahari supaya pulau tempatku tinggal tidak lagi diliputi kegelapan,” jawab Rangga. ”Inilah lembing ajaib yg kamu cari. Terimalah ini. Jangan mundur selangkah pun bila maksudmu belum terlaksana. Bawalah lembing ajaib ini, namun ini baru langkah awal bagimu untuk mendapatkan lembing ajaib yg sesungguhnya karena lembing ajaib yg sesungguhnya di miliki oleh Si Pencuri Ulung,” ujar peri tersebut
”Pencuri Ulung?”, tanya Rangga kebingungan.
”Ya, Pencuri Ulung adalah makhluk jahat yg suka mencuri hasil sadapan Nira dari pohon kalian,” ujar peri itu lagi.
Pada waktu yg telah ditentukan, semua penduduk bersiap-siap untuk menangkap Si Pencuri Ulung. Ketika makhluk jahat yg mengerikan itu muncul, para penduduk itu lari ketakutan. Hanya Rangga sendiri yg dengan gagah berani menancapkan lembing ajaib di perut si Pencuri Ulung. Perlahan-lahan si Pencuri Ulung pun berubah menjadi lembing ajaib yg sesungguhnya. Para penduduk bergembira ria, mereka mengucapkan terima kasih kepada Rangga karena berhasil menghentikan pencuri Nira.
Setelah mendapatkan kedua lembing ajaib, akhirnya Rangga bersama dengan beberapa orang pemuda pergi naik perahu menuju langit sebelah timur tempat matahari terbit dengan satu tujuan yakni memecah matahari.
Dengan kedua lembing ajaib di tangannya Rangga berteriak menantang matahari untuk muncul. Matahari yg dinantikan itupun muncul perlahan. Setelah hampir separuh matahari itu muncul, Rangga dibantu oleh para pemuda mulai bersiap-siap untuk memecahkannya. Tangan Rangga sudah menggenggam kedua batang lembing ajaib. Ketika matahari sudah terbit secara utuh, Rangga segera melemparkan kedua lembing ajaib ke arah matahari dan tertancap persis di tengah bulatan matahari!
Tubuh matahari itu bergumpal. Gumpalan yg besar menjadi bulan dan gumpalan yg kecil menjadi bintang yg bertebaran di langit. Semua menjadi penerang di waktu malam hari. Tugas maha besar telah selesai. Matahari telah pecah menjadi berkeping-keping. Mulai saat itu pada malam hari tidak ada lagi gelap gulita di pulau tempat Rangga tinggal karena sudah disinari remang-remang dari bulan dan bintang yg bergelantungan di langit.
Referensi:
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.
SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...
Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...
Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja