Ritual
Ritual
Tradisi Sulawesi Barat Sulawesi Barat
Mattaradde dan Mopare
- 20 Mei 2018

Kalau ingin meresapi tradisi lokal orang Mandar di pedalaman, datanglah ke desa ini, desa terjauh di kecamatan Alu, kabupaten Polewali Mandar, kalau di Mamuju ada kecamatan Kalumpang dengan desa-desa terpencil yang sulit diakses dan terkenal dengan jejak Austronesia nya maka desa ini kurang lebih sama terpencilnya, terlihat jelas beberapa tahun yang lalu saat salah satu stasiun TV Swasta meliput langsung ke desa ini, dengan mengendarai ojek sepeda motor bayaran menyentuh hampir Rp 100.000 untuk sampai ke desa ini.

Puppuuring adalah desa yang paling sulit diakses di kecamatan Alu, walau masuk kedalam wilayah Kabupaten Polewali Mandar, jika dilihat dengan menggunakan peta, maka wilayahnya lebih dekat ke pesisir dari wilayah kabupaten Majene. Dari daerah Totolisi di kecamatan Sendana, Puppuuring lebih singkat dituju.

Dialek bahasa yang digunakan di daerah Puppuring dipengaruhi oleh bahasa Mandar di pedalaman, erat dengan bahasa-bahasa di pegunungan atau bahasa-bahasa Ulu Salu. Menurut Ahmad Sukri, bahasa di Pupuuring kedengarannya mirip dengan bahasa Aralle. Daerah desa ini memang terdapat di daerah terpencil di pegunungan, karena itu wajar jika ia dipengaruhi bahasa pegunungan.

Kegiatan Mopare tampaknya adalah kegiatan memanen padi, seperti yang tampak diposting oleh Arif Sattari, tenaga pengajar yang bertugas di desa Puppuuring dan sempat mendokumentasikan kegiatan lokal masyarakat Mandar ini dalam beberapa video singkat dan foto-foto,  sementara Mattaradde adalah kegiatan menyusun tumpukan padi yang belum dipisahkan dari batang utamanya menjadi layaknya gunungan. Satu hal yang menarik adalah nun jauh di pedalaman Alu, pangan disuplai dengan padi jenis dataran tinggi yang tidak membutuhkan pengairan terus menerus seperti padi di dataran rendah.

Dalam kegiatan Mopare, dibawah rangka kayu yang akan menjadi tumpukan padi yang disusun dilakukan ritual Mattunu Undung dengan bahan makanan yang diletakkan diatas nampan, dan nampan tersebut diletakkan diatas beberapa ikatan padi yang masih ada dalam batangnya, lalu seorang tampak melakukan pembakaran undung atau dupa dengan mengambil parang dan sabit lalu diketuk-ketukkan bagian belakangnya hingga bahan logamnya saling bersentuhan. Makanan yang disajikan diatas nampan tidak boleh diambil dan dimakan, jika ritual mattunu undung telah selesai dan padi akan digantung barulah kemudian makanan berupa penganan kecil ini bisa disentuh dan dimakan, ini yang menjadi target buruan anak-anak desa Puppuuring.

Setelah kegiatan Mattunu Undung dilakukan maka kemudian dilanjutkan dengan kegiatan Mattaradde, saat padi yang masih dalam batangan disusun vertikal dan para penduduk desa bergotong royong menyusunnya, beberapa orang akan berada di atas rangka bangunan kayu, sementara yang lainnya akan melempar ikatan padi pada orang yang berada diatas rangka bangunan.

Menurut Ishana Rachmawati Masang, dalam bahasa Pannei, kegiatan Mopare biasa disebut Mipare, alat yang digunakan adalah Rappakang, dan jenis padi yang dipanen adalah "pare uma" yang rasa nasinya sangat wangi berbeda dengan nasi yang biasa ditanam di sawah dataran rendah, pare uma bukanlah beras merah, jenis padi ini biasa juga dikenal orang dengan nama "padi kebun" yang artinya padi yang ditanam di kebun, bukan di persawahan. Tak perlu saluran irigasi untuk padi jenis pare uma, sebab kebanyakan air akan menyebabkan gagal panen, asalkan tanah lembab saja maka padi sudah bisa tumbuh dengan baik. Ditambahkan oleh Uwais Al Qarni, beras gunung lebih baik dari beras organik. Lebih kaya kandungan mineral dari beras sawah karena sistem pengairannya berasal dari air tanah di punggung bukit/gunung. Tidak banyak tempat di Indonesia yang membudidayakan padi gunung seperti ini. Seperti halnya di pulau Jawa yang sudah tak ada. Di Sumatera, masih ada beberapa. Di Papua, masih cukup banyak. Sementara di Sulawesi, Uwais hanya pernah menemuinya di sekitar wilayah Toli-Toli, Sulawesi Tengah, dan di Toraja, Sulawesi Selatan.

Beras yang dihasilkan di desa di pegunungan lebih banyak untuk dikonsumsi sendiri oleh warga desa, tidak untuk dijual. Menurut penuturan Irwan, yang sering mengadakan perjalanan ke daerah pedalaman Polman, masih ada daerah-daerah lain di kabupaten Polewali Mandar yang membudidayakan padi pegunungan seperti di Puppuuring, misalnya saja di daerah-daerah pedalaman seperti kecamatan Bulo, Tubbi Taramanu (Tutar), dan Matangnga. Sementara di kabupaten Mamasa juga masih ada, namun mulai berkurang. Padi pegunungan punya masa produksi yang lebih lama dibandingkan dengan padi persawahan, kalau padi di persawahan bisa dipanen sebanyak dua kali dalam setahun maka padi pegunungan punya masa produksi yang lama, butuh waktu panen sekali dalam setahun.

Menurut Muhammad Ridwan Alimuddin, desa Puppuuring hampir sama dengan kampung-kampung lain di Mandar. Bedanya hanya kemudahaan akses ke sana. Motor bisa mengakses, namun juga ada ojek. Rumah-rumah penduduk terbuat dari rumah panggung,  juga ada yang dari rumah berdinding batu. Kabar terbaru adalah sinyal telepon seluluer juga sudah masuk ke desa ini hanya saja saat Ridwan berkunjung kesana sinyal belum menyentuh tingkat 4G. Pekerjaan orang-orang di desa ini banyak bertani dan berkebun. Akses ke kota dari segi jarak dekat via Totolisi, tetapi akses jalan berbahaya. Sehingga orang-orang di Puppuuring lebih banyak memilih via desa Alu-kelurahan Petoosang. 

Puppuuring memiliki potensi kealamian untuk soal destinasi wisata, lokasinya yang jauh dari hingar bingar perkotaan dan akses jalan yang agak sulit membuat ia menjadi tempat yang nyaman untuk jadi kunjungan wisata petualangan. Ada satu hal menarik lagi dari desa ini , ada hamparan batu yang tersusun rapi di jalur sungai (deskripsinya lebih cocok untuk istilah batu meappar) yang jadi misteri, apakah disusun oleh manusia, atau merupakan bentukaan alami alam, namun jika dibentuk oleh alam maka hasilnya tampak sangat sempurna.

Sumber : http://www.kompadansamandar.or.id/budaya/682-mattaradde-dan-mopare-potret-ketahanan-pangan-orang-pedalaman-di-sulawesi-barat.html

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Bobor Kangkung
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Tengah

BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Ikan Tongkol Sambal Dabu Dabu Terasi
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Utara

Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Peda bakar sambal dabu-dabu
Makanan Minuman Makanan Minuman
Sulawesi Selatan

Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar

avatar
Deni Andrian
Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline