|
|
|
|
Massureq Tanggal 16 Aug 2018 oleh OSKM_16018357_Yustriani Dianita Wulandari. |
Massureq
Tradisi seni dan kebudayaan dari Sulawesi Selatan
Massureq berasal dari suku bugis. Massureq terdiri dari kata Ma dan Sureq. Ma dalam Bahasa Bugis adalah suku kata yang menandakan sebuah kegiatan, sementara Sureq disini adalah kata benda. Maka massureq jika diartikan secara keseluruhan adalah suatu kegiatan membaca sureq atau naskah. Adapun naskah yang biasanya dibacakan adalah semua episode atau tereng dalam epos I La Galigo, Meongpalo Karellae dan beberapa naskah lainnya.
Filosofi terciptanya tradisi massureq berawal dari kebutuhan masyarakat bugis akan hiburan, dan pengetahuan terkait naskah-naskah Bugis. Massureq sendiri merupakan pendukung eksistensi atau keberadaan naskah-naskah Bugis. Karena melalui massureq, naskah tersebut dapat dengan mudah diwariskan dan dipahami isinya dengan cara yang lebih menghibur. Bahasa yang digunakan adalah bahasa suku bugis yaitu aksara lontara.
Saat ini, massureq masih sering dilakukan pada hari-hari besar seperti pernikahan, pertemuan atau perayaan, meskipun tidak jarang juga dibawakan dalam suasana kumpul keluarga sehari-hari. Tradisi massureq harus dilakukan oleh orang-orang yang menguasai teknik massureq. Sama halnya bernyanyi, dalam massureq terdapat teknik-teknik khusus dalam prakteknya. Seperti cengkok atau nada mendayunya harus sesuai dengan aturan, Passureq atau orang yang membawakan sureq harus paham akan teknik-teknik yang telah disebutkan sebelumnya. Yang mana pada saat ini sudah jarang generasi penerus yang peduli akan hal tersebut. Meskipun keberadaannya terancam, tapi disalah satu kabupaten di daerah Bugis, tradisi ini masih diajarkan kepada anak-anak dan cara mengajarkannya pun menarik karena seperti mengajarkan membaca al-quran, dimana sebuah sureq diletakan di atas bantal dan dibaca dengan cara estafet dari passureq satu ke passureq berikutnya.
Oleh karena itu, terdapat beberapa orang yang telah memulai usaha untuk mewariskan dan melestarikan massureq. Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan naskah-naskah yang tersimpan. Namun dalam masyarakat pedesaan, masih ada anggapan bahwa suatu naskah kuno merupakan benda keramat yang harus dijaga dan disembunyikan agar orang-orang tidak sembarangan menggunakan naskah tersebut. Padahal hal itu merupakan cara yang salah dalam melestarikan naskah-naskah kuno. Perilaku tersebutlah yang membuat naskah serta massureq sulit diwariskan.
Narasumber: Ukka Manyala
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |