Produk Arsitektur
Produk Arsitektur
Bangunan Masjid Daerah Istimewa Yogyakarta Jogja
Masjid Sulthonain
- 4 September 2014

Masjid Sulthonain beserta makam di belakangnya termasuk kagungan dalem(kepunyaan) Kraton Yogyakarta dan Surakarta. Didirikannya masjid ini karena dibelakang masjid terdapat makam keluarga Mataram, seperti makam Ratu Paku Buwana I yang menurunkan raja-raja kraton Yogyakarta dan Surakarta. Masjid ini diperkirakan berdiri pada masa kerajaan Mataram di Plered. Pendirian masjid ini tampaknya atas kerjasama antara Kraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Setelah Perjanjian Giyanti 1755, maka seluruh aset dan kekayaan Mataram dibagi menjadi dua, termasuk masjid ini. Sebelah utara menjadi kekuasaan Kasunanan Surakarta dan sebelah selatan menjadi kekuasaan Kasultanan Yogyakarta. Hal ini ditunjukkan dengan warna yang berbeda. Lantai utara berwarna abu-abu dengan tembok berwarna biru muda (Kasunanan Surakarta) dan lantai selatan berwarna merah dengan tembok putih (Kasultanan Yogyakarta). Sejak itulah nama masjid ini disebut masjid Sulthonain Nitikan. Nama ini sebagai pertanda bahwa masjid ini berada di wilayah kekuasaan dua kerajaan yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Sementara itu, makam disebelah barat masjid juga dibagi menjadi dua,sebelah barat milik Kasunanan Surakarta dan sebelah timur milik Kasultanan Yogyakarta. Kompleks makam ini dirawat oleh abdi dalem yang diangkat Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

Di atas pintu masjid terdapat pahatan tulisan Arab “pegon” yang berbunyi “Punika konten Masjid Panitikan Kagungan Dalem Ing Negari Surokarto, Yasan Dalem Ing Sangandap Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Ing Surokarto ingkang jumeneng kang kaping songo, nalika mulyaken Kagungan Dalem Masjid ing Panitikan, marengi ing dinten Senen Wage Wulan Shofar Tahun Jimiwal Hijrah 1309, penget jumenengipun Kagungan Dalem Masjid Panitikan ing wulan Jumadilawal kaping songo likur, selasa Kliwon Tahun Alip 1818”. Sementara pada bagian dalam atas pintu terdapat tulisan, “Hadza babul masjidil haram fi qoryati Panitikan tabingulbaladil akbari Surokarto Hadiningrat Hijrotun Nabi SAW, min makkah ilal madinah. Tho’ syin ghoin sanah Jimawal, alfu salasa-miatin watis’un 1309. Artinya : ini pintu Masjidil Haram di kampung Panitikan, dibangun oleh negari Surokarto Hadiningrat, Tahun Hijrah Nabi SAW dari Makkah ke Madinah 1309. Tho’ syin ghoin adalah nama huruf Arab yang mempunyai makna sandi semacam sengkalan dalam huruf Jawa. Tho’ = 1000; Syin = 300; Ghoin = 9. Dengan demikian huruf itu berarti 1309 H atau 1885 M. Tulisan tersebut menunjukkan renovasi pertama masjid Sulthonain Nitikan.

Renovasi pertama dilakukan oleh Kraton Kasunanan Surakarta pada masa pemerintahan Sunan Paku Buwana IX (1861-1893). Pada tahun 1885, masjid dibangun dengan kokoh dan megah. Tembok masjid dibuat tebal dengan ukuran hampir setengah meter. Bangunannya lebar. Luasnya kurang lebih 17 x 17 m termasuk ruang pawestren (tempat shalat putri) yang berupa emperan. Kerangka masjid berupa tiang dibuat dari kayu jati pilihan. Bangunan pintu depan hanya 1 buah dan jendela kecil berjumlah 2 buah. Di depan masjid dibuat dua buah kolam air untuk wudhu dengan luas 7 x 5 m serta kedalaman kolam 2 m. Pada bagian atap, genting terbuat dari kayu papan (sirap) yang tebalnya setara dengan genting cor.

Pada tahun 1927, masjid ini dibangun kembali oleh Kraton Kasunanan Surakarta. Perubahan bangunan yang dilakukan , antara lain : dua buah kolam air di depan masjid diratakan. Bagian depan masjid dibuat serambi dengan ukuran 14 x 2, 5 m. Di sebelah tenggara masjid dibuat kolam besar untuk wudhu dengan ukuran 3 x 2 m serta kedalaman 1 m. Sedangkan pada bagian atap, genting lama dari sirap diganti dengan genting lei (sejenis eternit) dengan ukuran 40 cm². Pada tahun 1932, masjid Sultonain kembali diugar. Serambi depan dibuat hak (pagar, jeruji kayu mirip dengan pagar teralis) dan bedug masjid dibuat dalam ukuran besar. Pada renovasi tahun 1954, banyak genting lei yang pecah sehingga diganti dengan genting berjo Godean. Bangunan tempat wudhu diubah dengan bak/kolam tertutup serta diberi pancuran air (padasan). Kolam air yang digunakan berukuran 1 x 2 m dengan kedalaman 75 cm. Mimbar model kurung yang khotibnya tidak tampak diganti dengan mimbar yang lebih praktis dan terbuka.

Pada tahun 1984 pemugaran Masjid Sulthonain dilakukan oleh masyarakat sekitar. Serambi masjid dibongkar dan diganti dengan bangunan yang lebih baik. Bangunan serambi diubah dengan ukuran luas 14,5 x 8 m dengan pondasi dan tiang cor. Pintu depan masjid yang awalnya 1 buah diganti 3 buah pintu yang ukurannya lebih besar. Sedangkan jendela bagian depan dibuat model monyetan serta dilengkapi ventilasi udara. Bangunan lantai yang semula berbentuk plesteran diganti tegel. Pada bagian atap, sebagaian genting berjo diganti genting soka Kebumen Pada renovasi ini, bagian pawestren masjid dibuat bagunan baru berupa ruang-ruang untuk kesekretariatan, kamar mandi wanita dan pria, kamar jaga petugas sebanyak 2 buah serta gudang dan dapur. Saat ini Masjid Sulthonain tetap digunakan sebagai sarana ibadah dan kegiatan keagamaan warga Nitikan, Yogyakarta.

 

Sumber: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/2014/07/14/masjid-sulthonain-dalam-lintas-sejarah/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Dari Rendang Hingga Gudeg: 10 Mahakarya Kuliner Indonesia yang Mengguncang Lidah
Makanan Minuman Makanan Minuman
DKI Jakarta

1. Rendang (Minangkabau) Rendang adalah hidangan daging (umumnya sapi) yang dimasak perlahan dalam santan dan bumbu rempah-rempah yang kaya selama berjam-jam (4–8 jam). Proses memasak yang sangat lama ini membuat santan mengering dan bumbu terserap sempurna ke dalam daging. Hasilnya adalah daging yang sangat empuk, padat, dan dilapisi bumbu hitam kecokelatan yang berminyak. Cita rasanya sangat kompleks: gurih, pedas, dan beraroma kuat. Rendang kering memiliki daya simpan yang panjang. Rendang adalah salah satu hidangan khas Indonesia yang paling terkenal dan diakui dunia. Berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, masakan ini memiliki nilai budaya yang tinggi dan proses memasak yang unik. 1. Asal dan Filosofi Asal: Rendang berasal dari tradisi memasak suku Minangkabau. Secara historis, masakan ini berfungsi sebagai bekal perjalanan jauh karena kemampuannya yang tahan lama berkat proses memasak yang menghilangkan air. Filosofi: Proses memasak rendang yang memakan waktu lama mela...

avatar
Umikulsum
Gambar Entri
Resep Ayam Goreng Bawang Putih Renyah, Gurih Harum Bikin Nagih
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam goreng adalah salah satu menu favorit keluarga yang tidak pernah membosankan. Namun, jika kamu ingin mencoba variasi yang lebih gurih dan harum, ayam goreng bawang putih renyah adalah pilihan yang tepat. Ciri khasnya terletak pada aroma bawang putih yang kuat serta kriukannya yang renyah saat digigit. Resep ini juga sangat mudah dibuat, cocok untuk menu harian maupun ide jualan. Bahan-Bahan Bahan Ayam Ungkep ½ kg ayam (boleh potong kecil agar lebih cepat matang) 5 siung bawang putih 4 siung bawang merah 1 sdt ketumbar bubuk 1 ruas kunyit (opsional untuk warna) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400 ml Bahan Kriuk Bawang 5–6 siung bawang putih, cincang halus 3 sdm tepung maizena ¼ sdt garam ¼ sdt lada Minyak banyak untuk menggoreng Cara Membuat Ungkep ayam terlebih dahulu Haluskan bawang putih, bawang merah, kunyit, dan ketumbar. Tumis sebentar hingga harum. Masukkan ayam, aduk rata, lalu tuang air. Tambahkan garam dan kaldu...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Resep Ayam Ungkep Bumbu Kuning Cepat, Praktis untuk Masakan Harian
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Barat

Ayam ungkep bumbu kuning adalah salah satu menu rumahan yang paling praktis dibuat. Rasanya gurih, aromanya harum, dan bisa diolah lagi menjadi berbagai hidangan seperti ayam goreng, ayam bakar, hingga pelengkap nasi kuning. Keunggulan lainnya, resep ini termasuk cepat dan cocok untuk kamu yang ingin memasak tanpa ribet namun tetap enak. Berikut resep ayam ungkep bumbu kuning cepat yang bisa kamu coba di rumah. Bahan-Bahan ½ kg ayam, potong sesuai selera 4 siung bawang putih 5 siung bawang merah 1 ruas kunyit 1 ruas jahe 1 ruas lengkuas (geprek) 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 batang serai (geprek) 1 sdt ketumbar bubuk (opsional) Garam secukupnya Kaldu bubuk secukupnya Air ± 400–500 ml Minyak sedikit untuk menumis Cara Membuat Haluskan bumbu Blender atau ulek bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, dan ketumbar bubuk (jika dipakai). Semakin halus bumbunya, semakin meresap ke ayam. Tumis bumbu hingga harum Panaskan sedikit m...

avatar
Apitsupriatna
Gambar Entri
Konsep Ikan Keramat Sebagai Konservasi Lokal Air Bersih Kawasan Goa Ngerong Tuban
Cerita Rakyat Cerita Rakyat
Jawa Timur

Sumber daya air merupakan sebuah unsur esensial dalam mendukung keberlangsungan kehidupan di bumi. Ketersediaan air dengan kualitas baik dan jumlah yang cukup menjadi faktor utama keseimbangan ekosistem serta kesejahteraan manusia. Namun, pada era modern saat ini, dunia menghadapi krisis air yang semakin mengkhawatirkan (Sari et al., 2024). Berkurangnya ketersediaan air disebabkan oleh berbagai faktor global seperti pemanasan, degradasi lingkungan, dan pertumbuhan penduduk yang pesat. Kondisi tersebut menuntut adanya langkah-langkah strategis dalam pengelolaan air dengan memperhatikan berbagai faktor yang tidak hanya teknis, tetapi juga memperhatikan sosial dan budaya masyarakat. Salah satu langkah yang relevan adalah konservasi air berbasis kearifan lokal. Langkah strategis ini memprioritaskan nilai-nilai budaya masyarakat sebagai dasar dalam menjaga sumber daya air. Salah satu wilayah yang mengimplementasikan konservasi berbasis kearifan lokal yaitu Goa Ngerong di kecamatan Rengel,...

avatar
Muhammad Rofiul Alim
Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya