×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Bangunan bersejarah

Elemen Budaya

Produk Arsitektur

Asal Daerah

Pekanbaru

Masjid Raya Pekanbaru

Tanggal 06 Aug 2018 oleh OSKM_16518226_Muhammad Dzaky Prihatmoko .

Masjid Raya Pekanbaru

Masjid yang merupakan masjid tertua di Pekanbaru ini dibangun pada tahun 1762. Masjid ini terletak di Jalan Senapelan, Kecamatan Senapelan. Dengan arsitektur tradisional yang dimilikinya, masjid ini merupakan peninggalan Kerajaan Siak Sri Indrapura tepatnya raja ke-4 nya yakni Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah.

Sejarah berdirinya masjid ini adalah ketika Sultan ABdul Jalil Alamuddin Syah memutuskan untuk memindahkan kerajaannya dari Siak ke Senapelan. Pada masa itu, pemindahan pusat kerajaan harus diikuti dengan pemindahan "Istana Raja" , " Balai Kerapatan Adat", dan juga "Masjid". Pada tahun 1762, mesjid ini diberi nama "Masjid Alam" dan pada tahun 1766, Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Sultan Abdul Jalil Muhammad Ali Muazzam Syah. Di bawah pemerintahan beliau, kerajaan yang baru berkembang pesat, sehingga menjadi ramai dan lama kelamaan Masjid Alam tidak lagi mampu menampung jamaah yang ada. Apalagi, Sayid Osman , seorang ulama, menggunakan tempat ini sebagai pusat penyebaran Agama Islam. Setelah dilakukan msuyawarah antara Sultan Ali, Sayid Osman, dan empat datuk, diputuskanlah untuk memperbesar masjd ini.

Pada tahun 1775, pekerjaan memperbesar masjid dilakukan. keempat "Tiang Seri" disediakan oleh Datuk Empat Suku, " Tiang Tua" oleh Sayid Osman, "Kubah Masjid" disediakan oleh Sultan Muhammad Ali, sedangkat pengerjaannya dilakukan oleh rakyat. hal ini memiliki makna, yaitu :

Sultan                     : Pucuk pemerintahan daulat

Datuk Empat Suku : Tiang pemerintahan pemegang adat

Ulama                     : Tiang agama pemegang hukum syarak

Rakyat                    : Darah daging pemegang soko pusaka, petuah, dan amanah

Masjid ini pun dirubah namanya menjadi Masjid Nur Alam, yang bermakna memberi penerangan kepada masyarakat di sekitarnya.

Dari tahun 1779-1784, terjadi beberapa kali pergantian pemerintahan, dari  Sultan Ali digantikan oleh Sultan Ismail (1779-1781), kemudian digantikan oleh Sultan Yahya ( 1781-1784), lalu digantikan lagi oleh Tengku Udo Sayid Ali pada tahun 1784. Pada masa Tengku Udo Sayid Ali, masjid ini dibuatkan selasar (teras) sebagai tempat duduk peziarah sekaligus sebagai tempat pemberian gelar. 

Pada masa Sultan Ismail II , selasar masjid ini diperbesar dan ketika Tengku Putra Sayid Hasyil memegang pemerintahan, mesjid ini dipindahkan 40 langkah ke arah timur. dengan dipindahkannya masjid ini, ukurannya menjadi lebih besar dan karena itu disebut dengan Masjid Raya. Pada masa kesultanan terakhir Kerajaan Siak Sri Indrapura yakni Sultan Syarif Kasim II , beliau menyatakan bahwa kerajaannya bergabung dengan NKRI dan beliaulah yang memutuskan untuk membangun masjid yang baru dengan semen dengan batu dengan lokasi berdekatan dengan masjid yang lama dengan tujuan bahwa masjid yang baru akan bersatu dengan masjid yang lama. Hal ini dilakukan karena beberapa pertimbangan, yaitu :

1. Masjid yang baru hakikatnya masih bersatu dengan masjd yang lama.

2. Masjid baru lokasinya berdekatan dengan nenek moyang beliau.

3. Masjid baru dibangun supaya lebih tahan dan lebih besar.

4. Masjid baru ini dibangun beliau dalam rangka mengenang jasa nenek moyangnya yang telah mengembangkan Islam di Kerajaan Siak dan sekitarnya.

Referensi : Bappeda Kota Pekanbaru

 

 

#OSKMITB2018

DISKUSI


TERBARU


Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

Refleksi Realit...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Refleksi Keraton Yogyakarta Melalui Perspektif Sosiologis

Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Adanya manusia menjadi penyebab munculnya kebudayaan. Kebudayaan sangat penting dalam k...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dala...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...