Masjid Jami' Ismailiyah terletak di Desa Beringin, Kecamatan Bedagai, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Sebelah utara masjid berbatasan dengan Sungai Bedagai dan rumah penduduk, sebelah timur dengan jalan besar, sebelah selatan dengan kebun rakyat serta bekas kerajaan Negeri Bedagai, dan sebelah barat dengan kebun rakyat. Adapun bekas kerajaan yang masih terlihat adalah struktur bata merah serta tanah lapang yang luas. Masjid yang merupakan masjid kerajaan ini berdiri di atas lantai bata yang ditata rapi, luas tanah sekitar 900m2, dan dibangun dua lantai dengan pagar tembok dan besi di sekililingnya.
Kepemilikan dan pengelolan masjid diatur oleh keturunan Sultan Bedagai, dimana sampai saat ini fisik dan fungsinya masih terjaga. Menurut ahli waris Sultan Bedagai, masjid dibangun pada tahun 1884. Pemugaran dilakukan pada tahun 1937, yakni penggantian atap yang semula dari genteng menjadi seng, meninggikan posisinya melebihi bangunan istana yang masih berdiri pada waktu itu, dan kubahnya diganti dengan yang lebih besar. Kemudian pada tahun 1982 dilakukan pemugaran kedua dengan mengganti lantai bagian dalam masjid dari tegel menjadi keramik dan dilakukan pembangunan menara. Bentuk asli masjid masih terlihat pada pagar tembok yang bergelombang di bagian atasnya dan memiliki dua tiang sebagai penyangga atap. Bangunan masjid ini terdiri dari serambi, ruang utama, menara, tempat wudhu, dan makam.
Serambi berada di semua sisi masjid dengan pagar setinggi ±1meter dan di atasnya berdiri tiang sejumlah 22 buah yang berhiaskan lengkungan. Lengkungan bagian dalam pagar serambi dihiasi bunga dan sulur-suluran, sementara di bagian tiang dihiasi sulur-suluran dan huruf Arab. Adapun hiasan di dinding pembatas antara serambi dengan ruang utama adalah keramik coklat bermotif matahari dan sebagian dicat putih. Terdapat dua buah anak tangga berkeramik kuning sebelum masuk ke serambi. Serambi di sisi utara dan selatan merupakan serambi tertutup berupa ruangan dengan pintu di bagian depan dan belakangnya. Semua sisi serambi selebar 3 meter dari ruang utama atau ruang sholat.
Ruang sholat berlantai keramik dan dinding bercat putih berhias kaligrafi ini memiliki ukuran ±21mx17m. Memiliki sembilan pintu dan empat jendela dengan bentuk lengkungan di atasnya serta dihiasi ornamen bunga-bungaan. Menurut masyarakat setempat ornamen ini disebut “roda sula” yaitu ornamen khas suku Melayu. Di dalam ruang utama terdapat empat tiang kayu, mihrab, dan mimbar. Mihrab terletak di sisi barat berbentuk lengkungan setengah lingkaran dan terbuat dari bahan keramik. Bagian luar mihrab berbentuk bulatan, dua pintu di sisi kanan dan kiri mihrab terlihat dibagian dinding belakang. Di sisi kiri mihrab terletak mimbar yang terbuat dari kayu berukir dengan dua pintu dan tiang di kedua sisi pintu. Mimbar tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yakni bawah (memiliki pintu tangga dengan dinding sisi kiri-kanan penuh ukiran), tengah (tempat duduk pemberi khotbah dengan ukiran berbentuk lengkungan), dan atap (berbentuk kerucut dengan ukir-ukiran bunga dan suluran). Atap masjid bertingkat tiga dan diberi jarak antara setiap atap sebagai ventilasi.
Masjid Jami' Ismailiyah juga memiliki menara dengan tinggi ±50 meter, terdiri dari lima tingkat, dan terletak di sudut timur laut halaman masjid. Tingkat pertama terdiri atas tiga tingkat berbentuk ruangan yang dihiasi dua jendela di setiap sisinya. Menara bagian kedua berbentuk segi delapan, sedangkan bagian ketiga dan keempat berbentuk bulat. Bagian kesatu hingga keempat ini di bagian paling atasnya diberi pagar keliling. Terakhir, bagian kelima berbentuk bulatan-bulatan yang makin kecil ke arah atas, dimana puncaknya dihiasi lingkaran yang di dalamnya berisi bulatan. Selain menara, di halaman masjid sebelah kiri juga terdapat bangunan tempat wudhu yang atapnya berbentuk tumpang dengan hiasan berbentuk “pucuk rebung” sebagai ciri khas bangunan Melayu. Sementara di halaman bagian selatan dan barat dipenuhi makam keluarga Sultan Bedagai. Di bagian belakang masjid terdapat tiga makam dalam satu pagar, yakni makam Sultan Bedagai Tengku Ismail Sulung Laut di bagian tengah dan makam kedua anaknya di sisi kiri-kanan. Nisan dan jirat makam terbuat dari marmer yang mana berdasarkan ahli warisnya, nisan dan marmer tersebut di impor dari Cina.
Sumber: http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1341/masjid-kerajaan-negeri-bedagai-masjid-jami-ismailiyah
BAHAN-BAHAN 1 ikat kangkung bumbu halus : 5 siung bawang merah 2 siung bawang putih 2 butir kemiri 1 sdt ketumbar bubuk seruas kencur aromatic : 2 lembar daun salam 2 lembar daun jeruk 1 btg sereh seruas lengkuas,geprek seasoning : 1 sdt garam (sesuai selera) 1/2 sdt kaldu bubuk 1/2 sdm gula jawa sisir 1 sdt gula pasir Rose Brand 1 bungkus santan cair instan Rose Brand 1 liter air 3 sdm minyak goreng untuk menumis CARA MEMASAK: Siangi kangkung cuci bersih,tiriskan Haluskan bumbu Tumis bumbu halus hingga harum dengan secukupnya minyak goreng,masukkan aromatic,masak hingga layu,beri air 1 lt Masukkan kangkung,beri seasoning,aduk rata Koreksi rasa Sajikan Sumber: https://cookpad.com/id/resep/25030546?ref=search&search_term=kangkung
Bahan: 1 buah tomat, potong dadu 2 ekor ikan tongkol ukuran sedang (1/2kg) 1/2 bks bumbu marinasi bubuk 1 sdt bawang putih Secukupnya garam Secukupnya gula 7 siung bawang merah, iris 5 buah cabe rawit, iris 2 batang sereh, ambil bagian putihnya, iris 3 lembar daun jeruk, iris tipis-tipis 1 bks terasi ABC Minyak untuk menumis Secukupnya air Cara memasak: Cuci bersih ikan tongkol. Taburi bumbu marinasi desaku, garam secukupnya, air 2 sdm ke ikan tongkol. Siapkan bahan-bahan. Iris tipis bawang merah, daun jeruk, seret, cabe rawit. Kukus ikan tongkol selama 10 menit. Lapisi dengan daun pisang atau daun kunyit. Boleh jg tidak d lapisi. Setelah ikan di kukus, goreng ikan. Tumis bawang merah dan bahan lainnya. Masukkan terasi yg telah dihancurkan. Setelah matang, masukkan ikan yang telah digoreng. Aduk hingga rata. Sajikan dengan nasi hangat. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/24995999?ref=search&search_term=dabu+dabu
Bahan-bahan Porsi 2 orang Bumbu Ikan bakar : 2 ekor ikan peda 1 sdm kecap 1/2 sdm Gula merah 1/2 sdt garam Minyak goreng Bahan sambal dabu-dabu : 7 buah cabe rawit merah, iris kecil 1 buah tomat merah, iris dadu 3 siung bawang merah,iris halus 2 lembar daun jeruk, buang tulang tengah daun, iris tipis 2 sdm minyak goreng panas Cara Membuat: Marinasi ikan dengan air perasan jeruk nipis dan garam secukupnya, diamkan 20 menit, kemudian panggang diatas teflon(aku di happycall yang dialasi daun pisang) sesekali olesi minyak plus bumbu ke ikannya(aku pakai bumbu kecap dan gula merah) panggang sampai matang. Cara bikin Sambal dabu-dabu : Campurkan semua bahan sambal dabu-dabu ke dalam mangkok kecuali minyak kelapa, panaskan minyak kelapa, kemudian siram diatas sambal tadi, sajikan ikan peda bakar dengan sambal dabu-dabu. Sumber: https://cookpad.com/id/resep/15232544?ref=search&search_term=peda+bakar
MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...
Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.