Ritual
Ritual
Upacara Pemakaman Sumatera Utara Sidikalang
Marhusip Dohot Na Monding

Dalam kehidupan sekian banyak peristiwa yang dapat terjadi dalam hidup manusia, ada satu peristiwa yang pasti akan terjadi, yaitu kematian. Saya sebagai keturunan dari Suku Batak yang lahir dan dibesarkan di Bandung, memang memiliki pengetahuan yang cukup minim mengenai adat istiadat budaya asal saya sendiri. Jangankan tentang tata cara upacara, berbahasa batak pun saya tidak fasih dan masih harus bertanya tentang apa makna dari suatu ungkapan dalam Bahasa Batak. Sampai pada suatu ketika, tepatnya bulan Desember 2017, Opung Boru saya, (nenek dari Ayah), meninggal di usia yang sudah cukup lanjut. Sebagai seorang cucu, tidak mungkin jika saya tidak ikut mengantarkan Opung saya, sehingga saya harus mengikuti tata cara pemakaman dalam ada istiadat Suku Batak.

Pada awalnya, semua terasa normal, orang yang datang melayat memakai baju bernuansa gelap dan memakai ulos saat datang kerumah duka. Akan tetapi, ketika menjelang pemakaman Opung saya, disitu mulai banyak adat istiadat yang kurang familiar bagi saya, apalagi pemakaman tersebut dilakukan di Sidikalang, kota kelahiran Ayah saya. Jika pemakaman pada umumnya diiringi lagu-lagu yang sedih, tidak dengan pemakan kali ini. Disana terdapat gendang, seruling, tagading, saxophone bahkan penyanyi yang siap memainkan musiknya jika saatnya sudah tiba. Jadi bisa dibilang, pemakaman orang Batakn merupakan pemakan yang memakai alat musik yang cukup besar suaranya. Setelah saya telusuri, ternyata lagu-lagu yang dinyanyikan dan alat-alat musik yang disediakan ini memiliki makna bahwa meninggalnya seorang anggota keluarga, kita janganlah bersedih, melainkan kita harus bahagia dan bersukacita walaupun sebenarnya pasti ada kesedihan yang mendalam. Saat acara ini berlangsung, peti jenazah diletakkan ditengah ruangan dan dikelilingi oleh keluarga terdekatnya sambil satu per satu menyampaikan salam perpisahan kepada orang tercinta memakai bahasa daerah.

Ketika dipertengahan acara, Ayah saya yang merupakan anak laki-laki tertua di keluarga menyelipkan beberapa lembar uang kertas dengan pecahan yang berbeda-beda disela-sela jenazah Opung saya, saya pada saat itu hanya diam saja karena takutnya menggangu kekhidmatan adat istiadat. Sesaat setelah itu, musik pun dimainkan dengan sangat keras bahkan saya tidak dapat mendengar suara orang disebelah saya. Bersamaan dengan itu, beberapa orang tua mulai memasukkan tangan mereka dan mulai meraba-raba jenazah Opung saya untuk mendapatkan uang yang tadi Ayah saya selipkan. Mereka melakukan hal itu sambil menunduk-nundukkan kepala mereka seperti sedang berbicara dengan jenazah Opung saya. Setelah beberapa menit, lagu pun berhenti dan beberapa orang tua tersebut segera kembali ke tempat mereka sambil membawa uang yang tadi sudah mereka ambil. Hal ini terjadi untuk beberapa kloter.

Setelah beberapa bulan pasca pemakaman Opung saya, saya pun memberanikan diri bertanya kepada Ayah saya tentang filosofi adat tersebut karena itu merupakan hal yang sangat tidak lazim dan cenderung menyeramkan. Ternyata adat tersebut dinamakan "Marhusip Dohot Na Monding" yang jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesi adalah "Berbisik kepada yang Meninggal". Makna dari peristiwa ini adalah, saat salah anggota keluarga dari pihak yang meninggal menyelipkan uang disekitar tubuh jenazah, maka ini menunjukkan bahwa keluarga yang ditinggalkan itu sudah memiliki hidup yang diatas rata-rata sehingga peristiwa ini bisa menjadi saluran berkat bagi orang yang menerimanya. Tapi bisa jiga jika uang yang diselipkan tersebut sudah dipersiapkan sebelum orang yang bersangkutan itu meninggal dunia. Orang yang mengambil uang dari jenazah tersebut tidak bisa sembarangan orang, melainkan orang-orang yang hidup disekitar lingkungan  rumah orang yang telah meninggal tersebut. Gestur dari beberapa orang tua yang seakan-akan berbicara itu memang melambangkan seperti bertanya kepada jenazah dimana uang tersebut disembunyikan.

Seperti itulah kira-kira cuplikan dari upacara adat pemakaman dari Suku Batak. Peristiwa ini hanya merupakan salah satu dari banyak peristiwa yang terjadi, tapi ini merupakan salah satu yang paling menarik untuk bisa saya bagikan agar semua orang tahu mengenai kebudayaan pemakaman Suku Batak. Semoga informasi yang saya bagikan bisa bermanfaat bagi para pembaca dikemudian hari.

 

#OSKMITB2018

 

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Upacara Kelahiran di Nias
Ritual Ritual
Sumatera Utara

Kelahiran seorang anak yang dinantikan tentu membuat seorang ibu serta keluarga menjadi bahagia karena dapat bertemu dengan buah hatinya, terutama bagi ibu (melahirkan anak pertama). Tetapi tidak sedikit pula ibu yang mengalami stress yang bersamaan dengan rasa bahagia itu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang makna dari pra-kelahiran seseorang dalam adat Nias khusunya di Nias Barat, Kecamatan Lahomi Desa Tigaserangkai, dan menjelaskan tentang proses kelahiran anak mulai dari memberikan nama famanoro ono khora sibaya. Metode pelaksanaan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode observasi dan metode wawancara dengan pendekatan deskriptif. pendekatan deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fakta sosial dan memberikan keterangan yang jelas mengenai Pra-Kelahiran dalam adat Nias. Adapun hasil dalam pembahasan ini adalah pra-kelahiran, pada waktu melahirkan anak,Pemberian Nama (Famatorõ Tõi), acara famangõrõ ono khõ zibaya (Mengantar anak ke rumah paman),...

avatar
Admin Budaya
Gambar Entri
Prajurit Pemanah Kasultanan Kasepuhan Cirebon Di Festival Keraton Nusantara
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

Prajurit pemanah dari komunitas pemanah berkuda indonesia (KPBI) mengikuti Festival Keraton Nusantara 2017. mewakili kesultanan kasepuhan cirebon. PAKAIAN: terdiri dari ikat kepala/ totopong khas sunda jenis mahkuta wangsa. kain sembongb berwarnaungu di ikat di pinggang bersamaan dengan senjata tajam seperti golok dan pisau lalu baju & celana pangsi sunda. dengan baju corak ukiran batik khas sunda di bagian dada. untuk alas kaki sebagian besar memakai sendal gunung, namun juga ada yang memakai sepatu berkuda. BUSUR: sebagian besar memakai busur dengan model bentuk turkis dan ada juga memakai busur model bentuk korea. ANAK PANAH: Semua nya memakai anak panah bahan natural seperti bambu tonkin, kayu mapple & kayu spruce QUIVER (TEMPAT ANAK PANAH): Semua pemanah menggunakan quiver jenis backside quiver atau hip quiver . yaitu quiver yang anak panah di pasang di pinggang dan apabila anak panah di pasang di dalam quiver , nock anak panah menghadap ke belaka...

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
Kirab agung milad ke 215 kesultanan kacirebonan
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Jawa Barat

aksi pertunjukan pusaka dan pasukan kesultanan kacirebonan dari balaikota cirebon sampai ke keraton kacirebonan

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
PANURUNG: Pasukan Pengawal Keraton Sumedang Larang
Senjata dan Alat Perang Senjata dan Alat Perang
Jawa Barat

Para pasukan penjaga keraton Sumedang larang

avatar
ASEP NU KASEP TEA ATUH PIRAKU
Gambar Entri
sate ayam madura
Makanan Minuman Makanan Minuman
Jawa Timur

soto ayam adalah makanan dari lamongan

avatar
Sadaaaa