×

Akun anda bermasalah?
Klik tombol dibawah
Atau
×

DATA


Kategori

Ritual

Provinsi

Sumatera Utara

Asal Daerah

Batak Toba

Maranggap

Tanggal 12 Jan 2019 oleh Hamzahmutaqinf .

Tradisi “maranggap” pada masyarakat Batak Toba tidak hanya mengandung nilai-nilai, tetapi juga sejumlah pengetahuan medis. Maranggap adalah satu tradisi di mana para tetangga bermalam di rumah keluarga yang baru memperoleh anak. Dulu kegiatan ini bisa dilakukan sampai satu minggu.

Selama maranggap mereka menggelar acara untuk menghilangkan kejenuhan. Pada dasarnya maranggap dilakukan untuk membantu keluarga yang baru saja dikarunai anak itu. Terutama keluarga yang baru mendapat anak pertama. Maklum, selain belum berpengalaman mengurus anak, kehadiran tetangga itu juga untuk membantu si istri dalam proses pemulihan pasca melahirkan.

Yang perempuan akan mengurus pekerjaan di dapur. Sedangkan pada malam harinya, kelompok laki-laki akan berjaga-jaga. Mereka menjagai si ibu dan bayinya. Dalam keyakinan masyarakat Batak Toba di masa lalu, bayi yang baru lahir, rentan diganggu roh halus.

Selain itu juga kerap menjadi sasaran seseorang yang sedang menuntut ilmu. Karena itu ari-ari bayi harus ditanam secara sembunyi-sembunyi. Jangan ada yang tahu. Karena tak jarang orang maranggap untuk mencari tahu dimana ari-ari itu ditanam.

Biasanya ari-ari itu dimasukkan ke dalam tandok kecil yang diayam dari pandan lengkap bdengan 1 biji kemiri, 1 buah jeruk purut, dan tujuh lembar daun sirih. Umumnya ditanam di tanah becek atau sawah dengan harapan, si anak kelak akan dilimpahi rezeki.

Hal itu dijelaskan budayawan Batak Toba dari Komunitas Laponta, Batara Guru Simanjuntak kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (15/9).

Maklum persalinan di masa lalu, tidak seperti sekarang ini. Setelah si ibu melahirkan, ia perlu mendapat terapi khusus. Pada umumnya si ibu akan “marbara”. Yakni menghangatkan tubuhnya dengan bara api. Hal ini dilakukan agar tulang dan persendiannya cepat sembuh dan tidak keropos.

Ketika marbara si ibu harus dijaga ketat. Apalagi saat malam hari. Bara api dipastikan harus tetap menyala. Maklum udara di kampung sangat dingin. Kondisi ibu yang baru melahirkan sangat rentan dengan iklim dingin. Dikhawatirkan si ibu menggigil sehingga berpengaruh kepada kesehatan dan ASI-nya.

Begitu juga dengan si bayi. Meski sudah dilampin dengan beberapa lapis kain, tetap juga harus berada dalam ruang yang hangat.

?Namun yang harus lebih diperhatikan adalah posisi tidur si bayi dan ibunya. Sering terjadi karena lalai, si bayi tertimpa ibunya sendiri. Termasuk ada kasus ibu yang melempar bayinya karena ia bermimpi buruk. Untuk memastikan itulah si ibu perlu ditemani secara intens,” jelas Batara Guru.

Pengetahuan Medis

Proses bersalin dalam tradisi masyarakat Batak Toba cukup unik. Sebelum sarana kesehatan memadai, persalinan biasa ditangani oleh si baso. Si baso adalah sebutan bagi seorang perempuan yang mempunyai bermacam keahlian. Salah satunya dalam bidang persalinan.

Biasanya, si baso juga memiliki sejumlah pengetahuan yang tak dimiliki kebanyakan orang. Misalnya ia dapat meramal nasib atau menentukan hari-hari baik. Bahkan adakalanya ia mampu berkomunikasi dengan makhluk-makhluk halus.

Setelah ibu melahirkan, si baso lalu memecahkan kemiri, mengunyahnya dan kemudian memberikannya kepada bayi. Tujuannya untuk membersihkan kotoran yang dibawa bayi dari kandungan.

“Juga membersihkan saluran pencernaan makanan dari kotoran pertama si bayi, yang disebut tilan,” jelas Batara.

Ia juga memilin benang berwarna merah, putih, hitam untuk dijadikan kalung atau gelang. Kemudian membungkus beberapa jenis tanaman obat seperti jerango untuk dijadikan mainan kalung atau gelang itu. Beberapa hari kemudian, dalam bungkusan itu, biasanya juga disimpan tali pusarnya.

Dalam budaya Batak Toba, proses kehamilan sampai kelahiran mengandung nilai-nilai. Contohnya, pada bulan 1 adalah proses menyatunya benih roh dan rohani dengan jasmani dan kodrati Mulajadi Nabolon (Sang Pencipta).

Pada bulan ke-2, Debata Natolu hadir dalam diri janin. Kehadiran Debata Natolu, diyakini akan menjaga, merawat dan menuntun bayi serta ibunya. Kehadiran Debata Natolu mengiringi proses yang terjadi di bulan-bulan berikutnya.

Dalam pengetahuan orang Batak Toba, setelah sembilan bulan dalam kandungan, bayi akan mulai berputar mencari lubang untuk keluar. Kejadian ini berlangsung selama tujuh hari. Setelah hari ketujuh itu, diyakini pintu bumi akan terbuka dan bayi tersebut keluar.

Selama fase mengandung dan melahirkan itu, kita juga mengenal beberap ritus lain, yang kini sudah jarang dipraktikkan. Antara lain, mangirdak. Mangirdak berarti memberi semangat. Yakni kelurga istri datang dan memberi makan anak perempuannya. Biasanya ini dilakukan pada fase tujuh bulanan.

Dalam kesempatan itu juga diberikan ulos tondi. Ulos tondi menyimbolkan kekuatan jiwa dan fisik, khususnya bagi si ibu agar diberi kekuatan dan semangat untuk menghadapi proses melahirkan.

Sesudah anak lahir, selanjutnya akan digelar ritus mangharoani, yakni syukuran karena si bayi telah lahir dengan selamat. Pada terminologi lain kerap disebut mamboan aek si unte. Air yang dibawa merupakan simbol untuk memperlancar ASI.

Sumber:

http://www.medanbisnisdaily.com/news/online/read/2017/09/15/5614/maranggap_tradisi_batak_toba_yang_kaya_nilai_dan_pengetahuan/

DISKUSI


TERBARU


Ulos Jugia

Oleh Zendratoteam | 14 Dec 2024.
Ulos

ULOS JUGIA Ulos Jugia disebut juga sebagai " Ulos na so ra pipot " atau pinunsaan. Biasanya adalah ulos "Homitan" yang disimp...

Tradisi Sekaten...

Oleh Journalaksa | 29 Oct 2024.
Tradisi Sekaten Surakarta

Masyarakat merupakan kesatuan hidup dari makhluk-makhluk manusia saling terikat oleh suatu sistem adat istiadat (Koentjaraningrat, 1996: 100). Masyar...

Seni Tari di Ci...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Seni Tari Banyumasan

Seni tari merupakan salah satu bentuk warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Cilacap. Tari-tarian tradisional yang ber...

Wayang Banyumas...

Oleh Aniasalsabila | 22 Oct 2024.
Wayang Banyumasan

Wayang merupakan salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Jawa. Sebagai seni pertunjukan, wayang te...

Ekspresi Muda K...

Oleh Journalaksa | 19 Oct 2024.
Ekspresi Muda Kota

Perkembangan teknologi yang semakin pesat tidak hanya ditemui pada bidang informasi, komunikasi, transportasi, konstruksi, pendidikan, atau kesehatan...

FITUR


Gambus

Oleh agus deden | 21 Jun 2012.
Alat Musik

Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual...

Hukum Adat Suku...

Oleh Riduwan Philly | 23 Jan 2015.
Aturan Adat

Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal...

Fuu

Oleh Sobat Budaya | 25 Jun 2014.
Alat Musik

Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend...

Ukiran Gorga Si...

Oleh hokky saavedra | 09 Apr 2012.
Ornamen Arsitektural

Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai...