|
|
|
|
Mappogau sihanua sinjai Tanggal 21 Dec 2018 oleh Sri sumarni. |
Mappogau Sihanua adalah suatu upacara adat terbesar yang dilaksanakan setiap tahun pada bulan Oktober atau November oleh masyarakat pendukung kebudayaan Karampuang. Upacaranya berlangsung dengan sangat meriah, diikuti oleh ribuan orang dan dipusatkan di dalam kawasan adat Karampuang. Upacara Mappogau Sihanua ini berlangsung dalam beberapa tahapan sebagai
berikut :
1) Mabbahang, adalah musyawarah adat yang melibatkan seluruh komponen masyarakat. Inti acara dalam mabbahang adalah Mattanra esso atau menentukan hari pelaksanaan upacara.
2) Mappaota, adalah sebuah ritual permohonan izin atau restu untuk melaksanakan upacara besar ini. Dalam pelaksanaannya, seluruh penghulu adat dibantu oleh masyarakat mengunjungi tempat-tempat suci dengan membawa lempeng-lempeng, sejenis bakul mini yang berisi bahan-bahan sirih. Seluruh bahan-bahan ini dibawa oleh dua orang gadis kecil dalam pakaian adat khas Karampuang.
3) Mabbaja-baja, adalah kewajiban seluruh warga untuk membersihkan pekarangan rumah, menata rumah, membersihkan sekolah, pasar, jalanan, sumur dan yang paling penting adalah lokasi upacara.
4) Menre Bulu. Puncak acara Mappogau Sihanua adalah tiga hari setelah mabbaja-baja. Acara menre bulu atau naik gunung diawali dengan proses yang rumit. Malam hari menjelang pelaksanaannya, seluruh bahan dan alat, serta perangkat dan pelaksana sudah dinyatakan siap, termasuk makanan yang akan disantap oleh para tamu yang akan datang.
Menjelang pagi, seluruh ayam yang merupakan sumbangan warga dipotong, dibersihkan dan dibakar, yang semuanya dilaksanakan oleh kaum pria. Setelah bersih baru diserahkan kepada kaum ibu untuk diolah menjadi bahan makanan. Setelah siap saji, sebagian makanan digunakan sebagai bahan sesajian (ritual) dan sebagian lagi disajikan sebagai konsumsi peserta upacara. Sambil menyiapkan makanan, Sanro (dukun) beserta pembantu-pembantunya melaksanakan ritual mattuli yakni pemberian berkah dan menyambut kehadiran sang padi yang telah dipanen kaum petani.
5) Massulo beppa artinya menerangi kue. Pada acara ini, kue-kue yang disiapkkan oleh warga dan dibawa dari rumahnya masing-masing, ditempatkan ke dalam suatu wadah khusus yang disebut halaja yang terbuat dari hompong atau pucuk enau. Kue-kue tersebut dihidangkan dan diterangi dengan pelita yang terbuat dari bahan kemiri, yang dicampur dengan kapas dan dililitkan pada kayu atau belahan bamboo yang panjangnya sekitar 25 cm.
6) Mabbali sumange. Pelaksana dalam acara mabbali sumange adalah Sanro. Menjelang pagi seluruh anak-anak, bahkan kadang-kadang orang tua pun di-bacce (sebuah proses pengukuhan) bertempat di abbacereng dekat sumur adat. Seluruh anak-anak tersebut diberkatioleh Sanro, dengan jalan memberikan tanda di dahinya dengan kunyit basah bercampur dengan kapur putih, dengan harapan apabila sang anak terkena penyakit, maka penyakitnya akan cepat sembuh. Acara mabbacce ini juga sebagai simbol peresmian menjadi anggota komuniti adat Karampuang. Setelah acara mabacce selesai, maka seluruh komuniti adat Karampuang menyiapkan ramuan-ramuan obat dari dedaunan yang terdiri dari 40 jenis daun, kemudian diiris tipis-tipis oleh kaum muda-mudi. Daun-daun yang sudah diiris tadi dipercikkan kepada orang-orang yang yang sedang berkumpul di halaman rumah
adat Karampuang, dengan diiringi ritual khusus dari Sanro disertai iringan musik tradisional yang meriah.
Sumber : Buku Penetapan WBTB 2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |