Ritual
Ritual
Tradisi dan Adat Kampungku Sulawesi Selatan Segeri
Mappalili na Ma'giri ri Segeri
- 21 Agustus 2015

Ada Acara ‘Minta Hujan’ dan Kebal Senjata Tajam di Segeri

       Segeri merupakan  sebuah kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) yang terletak sekitar 75 kilometer di sebelah utara Kota Makassar. Diantara berbagai kecamatan di Kab. Pangkep, Kecamatan Segeri tergolong unik karena penamaan nama kampung dan desanya menggunakan bahasa Bugis dan bahasa Makassar. Namun mayoritas masyarakat di kecamatan Segeri merupakan Suku Bugis.

       Setiap tahunnya saat mengawali musim tanam padi di sawah, sekitar bulan November dan Desember yakni di penghujung musim kemarau, di Segeri selalu melakukan ritual ‘meminta hujan’ yang disebut Mappalili. Ritual ini dijalankan oleh pendeta Bugis Kuno yang disebut kaum Bissu. Komunitas Bissu sendiri juga dijumpai di Bone, Soppeng dan Wajo. Ritual ini dipimpin langsung oleh Puang Matoa Saidi. Puang Matoa Saidi tinggal di rumah arajang, tempat benda pusaka berupa bajak sawah yang nantinya akan diarak dan benda-benda pusaka lainnya.

       Ritual ini dimulai dengan persiapan yang dilakukan oleh Puang Matoa Saidi yakni membuat simbol-simbol diatas daun sirih menggunakan beras empat warna, simbol hitam untuk tanah, simbol merah untuk api, simbol kuning untuk angin dan simbol putih untuk air. Setelah persiapan selesai barulah upacara akan digelar keesokan harinya.

       Mappalili dimulai dengan membangunkan arajang ,bagian ini disebut dengan Matteddu arajang yakni membangunkan pusaka berupa bajak sawah. Bajak ini konon ditemukan secara gaib dan sudah ada sejak tahun 1330. Arajang di tiap daerah pun berbeda, bila di Segeri berupa bajak sawah, di Soppeng berupa potto atau gelang berkepala naga, serta di Bone dan Wajo berupa keris.

       Setelah matteddu arajang akan dilanjutkan dengan Mappalesso Arajang atau menaruh arajang pada ruang terbuka yang mirip pendopo. Kedua sisi arajang akan diberi beberapa ikat padi yang masih bulir serta bagian atasnya dipasangi payung khas bugis. Acara selanjutnya adalah Mallekko Bulale atau menjemput nenek. Penjemputan dilakukan di Pasar Segeri, dari Pasar Segeri rombongan kemudian menuju Sungai Segeri untuk mengambil air yang dinamakan Mallekko Wae yang nantinya akan dipakai dalam ritual membersihkan atau memandikan arajang, lalu dilanjutkan dengan Mapparewe Sumange atau mengembalikan semangat yakni memotifasi para pengarak yang mayoritas berprofesi petani agar selalu optimis akan keberhasilan panen padi dan  berharap hanya kepada Yang Maha Kuasa-lah sandaran segala sesuatu.

        Kegiatan terakhir adalah mengarak arajang mengelilingi kampung sekaligus sebagai pertanda bahwa waktunya untuk turun membajak sawah. Selain berkeliling kampung, arajang juga dibawa ke tengah sawah yang sekarang menjadi kawasan empang. Arajang disentuhkan ke tanah, lengkap dengan sesembahan termasuk menyembelih ayam yang merupakan bagian dari sesembahan. Pada saat mengarak , setiap warga yang dilewati dapat menyiramkan air ke rombongan pengarak arajang. Kegiatan ini merupakan bentuk permintaan hujan kepada Sang Pencipta. Semua orang akan disiram tanpa terkecuali dan tidak boleh marah, anak-anak biasanya akan sangat senang melakukan ini, jadi pastikan anda memiliki baju ganti apabila ingin terlibat dalam kegiatan ini.    Biasanya kegiatan ini diikuti oleh Bupati maupun turis mancanegara. Setelah diarak, arajang dibawa kembali untuk dibersihkan atau dimandikan sebelum disimpan kembali ke bubungan di atas rumah.

       Acara selanjutnya Tari Ma’bissu. Tari yang hanya dipertontonkan saat acara adat Mappalili. Para bissu duduk mengelilingi arajang yang dipimpin Puang Matoa, mereka lalu mengucapkan mantra dengan bahasa Bugis Kuno. Selanjutnya mereka menari sambil berkeliling, tidak lama kemudian mereka mengeluarkan keris yang diselipkan di pinggangnya. Keris ditarik dari sarungnya, lalu kemudian ditusukkan ke leher dan perutnya. Bissu memili ritual ma'giri atau menusuk tubuh dengan badik untuk memperlihatkan kekebalan. Ritual ini mencengangkan bagi mereka yang baru atau jarang melihatnya. Bagi bissu, dalam ritual maggiri menusuk tubuh dengan badik setajam apapun tak akan melukainya.

 

Andi Baso Mappincara

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline