|
|
|
|
Mangadati Tanggal 14 Aug 2018 oleh OSKM18_16918294_daniel Daniel Sebastian. |
Pada era globlalisasi ini, tidak dapat dipungkiri banyak orang yang merantau keluar daerah asalnya, dan tidak dapat dipungkiri juga bahwa mereka yang merantau menemukan ‘cinta sejatinya’ di luar suku bangsanya. Namun bagian sebagian suku tertentu hal tersebut dapat menjadi suatu hal yang sangat menyulitkan kedua mempelai, khususnya suku Batak. Sebenernya kedua orang tua saya juga berasal dari kedua latar yang berbeda. Ayah saya seorang Cina dan mama saya seorang Batak, dan mereka juga mengakui bahwa begitu banyak acara acara adat yang harus mereka lalui serta menghabiskan uang yang jumlahnya terhitung besar. Namun di dalam suku Batak terdapat budaya pernikahan yang terbilang unik. Bagi mereka yang pada saat menikah tidak sempat atau berhalangan untuk mengadakan acara adat "Marunjuk" yaitu mengukuhkan pernikahan secara adat Batak atas mempelai, dapat mengadakan pernikahan adat susulan, setelah mempelai mengucapkan janji pernikahan. Budaya ini dikenal dengan nama Acara Mangadati/Pasahat Sulang Pahompu (Pesta Pernikahan Adat yang Tertunda).
Berbeda dengan Pesta Marunjuk –seperti yang kedua orang tua saya lakukan- yang harus melewati beberapa tahapan adat yang cukup panjang, Mengadati hanya menjalani beberapa tahapan adat berskala kecil saja. Skala kecil yang dimaksud contohnya adalah acara doa syukur menyambut pengantin yang dilanjutkan dengan acara manuruk-nuruk atau "permintaan maaf" kepada keluarga istri karena anaknya sudah dibawa kawin lari tanpa prosedur adat. Untuk mengukuhkan pernikahan tersebut, mau tak mau yang mempelai pria harus membayar adat kepada keluarga perempuan dengan mempersiapkan segala sesuatu, sama seperti mempersiapkan adat Marunjuk.
Perlu diketahui bahwa apabila sang istri kebetulan berasal dari suku lain, maka prosesi adatnya sedikit agak berbeda dimana keluarga tersebut harus lebih dahulu menetapkan "Hula-hula" yang akan menjadi wali dalam acara pengukuhan pernikahan adat. Biasanya yang dipilih jadi wali adalah hula-hula dari ibu/tulang atau hula-hula dari ompung boru atau ompung setingkat diatas ompung yang biasa dipanggil Inangtua Mangulahi.
#NirmalaPembangunBangsa
#OSKMITB2018
Gambus
Oleh
agus deden
| 21 Jun 2012.
Gambus Melayu Riau adalah salah satu jenis instrumental musik tradisional yang terdapat hampir di seluruh kawasan Melayu.Pergeseran nilai spiritual... |
Hukum Adat Suku...
Oleh
Riduwan Philly
| 23 Jan 2015.
Dalam upaya penyelamatan sumber daya alam di kabupaten Aceh Tenggara, Suku Alas memeliki beberapa aturan adat . Aturan-aturan tersebut terbagi dal... |
Fuu
Oleh
Sobat Budaya
| 25 Jun 2014.
Alat musik ini terbuat dari bambu. Fuu adalah alat musik tiup dari bahan kayu dan bambu yang digunakan sebagai alat bunyi untuk memanggil pend... |
Ukiran Gorga Si...
Oleh
hokky saavedra
| 09 Apr 2012.
Ukiran gorga "singa" sebagai ornamentasi tradisi kuno Batak merupakan penggambaran kepala singa yang terkait dengan mitologi batak sebagai... |