Ritual
Ritual
Ritual Adat Sulawesi Utara Kabupaten Kepulauan Talaud
Manam'mi, Tradisi Menangkap Ikan Dari Pulau Miangas
- 24 Desember 2018

Di sana, mereka berdiri di sekitaran patok dari batang pohon yang pada bagian ujungnya dilingkari daun kelapa kering. Salah seorang di antara tetua adat mengatakan, mereka masih menantikan satu patok lagi sebelum memanjatkan doa.

Sejak beberapa bulan lalu, mereka telah menancapkan dua patok di lokasi terpisah. Sebelum kedua patok dipertemukan, tak ada seorangpun yang boleh melintasi wilayah terlarang, yang sebelumnya sudah ditetapkan dan disepakati bersama.

Dua patok kayu itu adalah pertanda eha. Dalam tradisi masyarakat di kepulauan Talaud, eha dikenal sebagai hukum penghentian sementara aktivitas di laut maupun di darat. Di sekitar lokasi patok, masyarakat dilarang menangkap ikan, melintasi maupun beraktifitas di pesisir pantai.

Kabarnya, sejak bulan Januari, patok eha telah ditancapkan. Tak seorangpun berani beraktifitas di sana. Jika ketahuan, pelanggar hukum adat akan dikenai denda maupun sanksi menabuh gendang sambil berkeliling kampung, sebagai wujud penyesalan.

Tak lama kemudian, datang seorang yang ditugaskan mengambil patok eha dari lokasi lain. Setelah kedua patok dipertemukan, tetua adat Miangas berkumpul dan membacakan doa dalam bahasa lokal.

Sehabis pembacaan doa, Phit Hein Essing, Ratumbanua Miangas menceritakan, eha merupakan tahapan dari tradisi menangkap ikan yang dikenal dengan sebutan manam’mi. Kata dia, dahulu kala sebelum ada manam’mi, karena jumlah penduduk Miangas terbilang sedikit, pencarian ikan hanya dilakukan orang per orang atau yang disebut malenta. Tapi ternyata jumlah ikan yang didapat tak seberapa.

Setelah jumlah penduduk bertambah banyak, mereka mulai bersekutu untuk mencari ikan bersama. Manam’mi itu artinya menangkap ikan.

Sekitar 300 meter ke arah barat dari patok eha yang sudah dipertemukan, sejumlah warga berkumpul. Di sana, terdapat tali tambang yang telah dililit menggunakan daun kelapa muda. Warga sekitar menyebutnya sami.

Salah seorang warga mengatakan, panjang sami diperkirakan mencapai 500 meter. Konsekuensinya, ratusan warga harus ikut menariknya. Tua maupun muda.

Miangas adalah pulau yang berbatasan langsung dengan Filipina dan berstatus kecamatan khusus di kabupaten kepulauan Talaud. Hanya terdapat 1 desa di pulau tersebut. Umumnya, penduduk lokal berprofesi sebagai nelayan dan berkebun.

Waktu tempuh ke Miangas sekitar 8 jam, jika menggunakan kapal cepat dari Melonguane, ibukota kabupaten kepulauan Talaud. Sementara, dari Manado, ibukota provinsi Sulawesi Utara, waktu tempuh sekitar 24 jam. Di sisi lain, Filipina terlihat kebiru-biruan dari pulau tersebut. Dengan demikian, warga setempat lebih dekat dan cepat mendatangi Filipina ketimbang Melonguane maupun Manado.

Beberapa saat kemudian, ratusan warga sudah terlihat membentangkan sami hingga ke tengah lautan, nyaris membentuk setengah lingkaran, lalu bersama-sama membawanya ke arah timur. Sementara itu, di pantai bagian timur, rekan-rekan mereka juga membawa tali sejenis, namun menuju arah barat.

Upaya mempertemukan sami juga merupakan sebuah cara mengepung dan menggiring ikan ke lokasi Manam’mi. Terlihat cukup menguras energi. Bukan hanya melawan dingin, pembawa tali harus kuat diterjang gelombang. Sebagai penambah tenaga, di tengah laut, mereka berteriak-teriak sambil bercanda. Para tamu hanya bisa menyaksikan dari lokasi yang telah disediakan. Sebab, sebelum kedua sami dipertemukan, tak ada yang boleh menangkap ikan.

Jarak antara penarik sami di bagian timur dengan barat sekitar 1 kilometer. Rencananya, kedua sami akan dipertemukan di sebuah titik yang akan menjadi lokasi penangkapan ikan secara bersama-sama. Jadi, para penarik sami dari kedua penjuru harus menempuh sekitar 500 meter agar tiba di lokasi Manam’mi.

telah menghabiskan waktu lebih dari 1 jam, akhirnya sami berhasil dipertemukan. Para penarik sami mulai membentuk lingkaran untuk menghalangi ikan agar tidak meninggalkan lokasi Manam’mi. Meski demikian, belum ada seorangpun yang diperbolehkan menangkap ikan. Peserta Manam’mi harus menunggu air surut.

Manam’mi maupun Mane’e merupakan pengejawantahan prinsip hidup orang Talaud, yaitu menjunjung tinggi kebersamaan. Teguh dalam kebersamaan. Berat sama-sama dipikul, ringan sama-sama dijinjing,

anam’mi memiliki sejumlah tahapan agar usaha masyarakat secara bersama dalam mencari ikan bisa diperoleh. Tahapan itu terdiri dari, pertama, musyawarah dan mufakat untuk melakukan kegiatan bersama. Kedua, tahap menyamakan tindakan. Ketiga, memanjatkan doa sebelum memulai pekerjaan. Sesudah itu, mereka menuju tempat pencabutan eha. Kegiatan selanjutnya penarikan sami. Kemudian penangkapan ikan. Terakhir, syukur dengan mengadakan makan bersama.

sumber : http://www.mongabay.co.id/2016/05/29/semaraknya-menangkap-ikan-secara-tradisional-di-pulau-miangas-seperti-apa/

Diskusi

Silahkan masuk untuk berdiskusi.

Daftar Diskusi

Rekomendasi Entri

Gambar Entri
Tradisi MAKA
Seni Pertunjukan Seni Pertunjukan
Nusa Tenggara Barat

MAKA merupakan salah satu tradisi sakral dalam budaya Bima. Tradisi ini berupa ikrar kesetiaan kepada raja/sultan atau pemimpin, sebagai wujud bahwa ia bersumpah akan melindungi, mengharumkan dan menjaga kehormatan Dou Labo Dana Mbojo (bangsa dan tanah air). Gerakan utamanya adalah mengacungkan keris yang terhunus ke udara sambil mengucapkan sumpah kesetiaan. Berikut adalah teks inti sumpah prajurit Bima: "Tas Rumae… Wadu si ma tapa, wadu di mambi’a. Sura wa’ura londo parenta Sara." "Yang mulia tuanku...Jika batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika perintah pemerintah (atasan) telah dikeluarkan (diturunkan)." Tradisi MAKA dalam Budaya Bima dilakukan dalam dua momen: Saat seorang anak laki-laki selesai menjalani upacara Compo Sampari (ritual upacara kedewasaan anak laki-laki Bima), sebagai simbol bahwa ia siap membela tanah air di berbagai bidang yang digelutinya. Seharusnya dilakukan sendiri oleh si anak, namun tingkat kedewasaan anak zaman dulu dan...

avatar
Aji_permana
Gambar Entri
Wisma Muhammadiyah Ngloji
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Wisma Muhammadiyah Ngloji adalah sebuah bangunan milik organisasi Muhammadiyah yang terletak di Desa Sendangagung, Kecamatan Minggir, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Wisma ini menjadi pusat aktivitas warga Muhammadiyah di kawasan barat Sleman. Keberadaannya mencerminkan peran aktif Muhammadiyah dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendekatan dakwah dan pendidikan berbasis lokal.

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
SMP Negeri 1 Berbah
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

SMP Negeri 1 Berbah terletak di Tanjung Tirto, Kelurahan Kalitirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Gedung ini awalnya merupakan rumah dinas Administratuur Pabrik Gula Tanjung Tirto yang dibangun pada tahun 1923. Selama pendudukan Jepang, bangunan ini digunakan sebagai rumah dinas mandor tebu. Setelah Indonesia merdeka, bangunan tersebut sempat kosong dan dikuasai oleh pasukan TNI pada Serangan Umum 1 Maret 1949, tanpa ada yang menempatinya hingga tahun 1951. Sejak tahun 1951, bangunan ini digunakan untuk kegiatan sekolah, dimulai sebagai Sekolah Teknik Negeri Kalasan (STNK) dari tahun 1951 hingga 1952, kemudian berfungsi sebagai STN Kalasan dari tahun 1952 hingga 1969, sebelum akhirnya menjadi SMP Negeri 1 Berbah hingga sekarang. Bangunan SMP N I Berbah menghadap ke arah selatan dan terdiri dari dua bagian utama. Bagian depan bangunan asli, yang sekarang dijadikan kantor, memiliki denah segi enam, sementara bagian belakangnya berbentuk persegi panjang dengan atap limasan. Bangunan asli dib...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Pabrik Gula Randugunting
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Pabrik Gula Randugunting menyisakan jejak kejayaan berupa klinik kesehatan. Eks klinik Pabrik Gula Randugunting ini bahkan telah ditetapkan sebagai cagar budaya di Kabupaten Sleman melalui SK Bupati Nomor Nomor 79.21/Kep.KDH/A/2021 tentang Status Cagar Budaya Kabupaten Sleman Tahun 2021 Tahap XXI. Berlokasi di Jalan Tamanmartani-Manisrenggo, Kalurahan Tamanmartani, Kapanewon Kalasan, Kabupaten Sleman, pabrik ini didirikan oleh K. A. Erven Klaring pada tahun 1870. Pabrik Gula Randugunting berawal dari perkebunan tanaman nila (indigo), namun, pada akhir abad ke-19, harga indigo jatuh karena kalah dengan pewarna kain sintesis. Hal ini menyebabkan perkebunan Randugunting beralih menjadi perkebunan tebu dan menjadi pabrik gula. Tahun 1900, Koloniale Bank mengambil alih aset pabrik dari pemilik sebelumnya yang gagal membayar hutang kepada Koloniale Bank. Abad ke-20, kemunculan klinik atau rumah sakit di lingkungan pabrik gula menjadi fenomena baru dalam sejarah perkembangan rumah sakit...

avatar
Bernadetta Alice Caroline
Gambar Entri
Kompleks Panti Asih Pakem
Produk Arsitektur Produk Arsitektur
Daerah Istimewa Yogyakarta

Kompleks Panti Asih Pakem yang terletak di Padukuhan Panggeran, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, merupakan kompleks bangunan bersejarah yang dulunya berfungsi sebagai sanatorium. Sanatorium adalah fasilitas kesehatan khusus untuk mengkarantina penderita penyakit paru-paru. Saat ini, kompleks ini dalam kondisi utuh namun kurang terawat dan terkesan terbengkalai. Beberapa bagian bangunan mulai berlumut, meskipun terdapat penambahan teras di bagian depan. Kompleks Panti Asih terdiri dari beberapa komponen bangunan, antara lain: Bangunan Administrasi Paviliun A Paviliun B Paviliun C Ruang Isolasi Bekas rumah dinas dokter Binatu dan dapur Gereja

avatar
Bernadetta Alice Caroline